Share

42. Lelah

Author: Mkarmila
last update Last Updated: 2024-07-31 00:01:38

Ryu dan Aluna tercekat mendengarkan suara seseorang yang tiba-tiba datang dan duduk di meja mereka. Wanita itu duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Sikapnya yang tenang namun terkesan arogan membuat perasaan Aluna khawatir kalau Renata akan membuat keributan lagi.

“Ren, kamu ngikutin aku?” Pertanyaan yang langsung terbesit di kepala Ryu ketika melihat keberadaan Renata di tempat ini.

Renata tidak menampik kalau sedang membuntuti, tetapi bukan Ryu melainkan Aluna. Ia hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan wanita yang menjadi madunya itu setelah dirinya mempermalukannya. Renata pikir Aluna akan mengaduh pada Ryu.

Ternyata, Renata benar mereka sedang melakukan pertemuan. Mulai hari ini ia akan membuat Aluna tidak nyaman dimanapun ia berada.

“Bukan.” Suara Renata terdengar santai namun, maniknya selalu menatap lekat Aluna yang sekarang menundukkan kepalanya.

Sementara Ryu sudah berdiri lalu meraih tangan Aluna, menariknya agar mengikutinya.

“Berhenti aku bilang, Mas!” ujar Renata c
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   43. Zona Nyaman

    Dengan langkah kaki yang berat Aluna menuju ruangan Dosen. Manik sendu Aluna bertatapan dengan netra Dosen yang sudah datang. Meski mereka masih menyapa tetapi ada sedikit perubahan dari sikap Dosen tersebut. Seringai tipis yang memang tidak ditunjukkan padanya. Tapi Aluna bukan wanita yang tidak peka hingga mereka berbisik-bisik di belakangnya.“Pagi, Ibu Aluna,” sapa Ibu Reni datar. Biasanya wanita yang tiga tahun di atas Aluna itu selalu menyapanya dengan riang karena memang orangnya yang ramah.Aluna membalas dengan anggukan saja.“Pagi, Bu!” sapa dosen lain yang baru saja datang juga.“Maaf, Ibu Aluna.” Aluna menoleh ke sumber suara k etika namanya dipanggil. “Mohon bisa ke ruangan Rektor sekarang.”Jantung Aluna sudah tidak bisa berdetak dengan beraturan. Apakah ini ada kaitannya dengan keributan yang disebabkan oleh Renata kemarin. Dengan menampilkan sikap tenang, Aluna mengangguk pada staff tata usaha yang bernama Erlin. Lalu berdiri dari duduk nyamannya melangkah menuju gedun

    Last Updated : 2024-08-01
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   44. Hentikan

    Sudah dua kali Renata bertemu dengan Aluna, semenjak tujuh tahun berlalu. Lebih tepatnya satu kali tanpa disengaja saat ia mengantarkan Mauren ke sekolahan dan satu kali lagi saat Renata menghampiri Aluna di kampus. Setelahnya ia akan berada di belakang layar karena orang lain yang akan bekerja untuknya.Seperti saat ini, sudut bibirnya tertarik ke samping membentuk seulas senyuman kemenangan. Bukan hal yang sulit untuk membuat Aluna menderita. Ia akan melakukan segala cara untuk membuat Ryu hanya kembali melihatnya.“Aku sudah perigatkan kamu tapi kamu malah mendekat hingga Ryu terjebak oleh anakmu,” gumannya. Setelah ia melihat sendiri kekacauan yang ia buat Renata segera melajukan mobilnya agar tidak ada yang melihatnya.Flash on“Gimana senang ya, mau ke sekolah baru,” tanya Ryu ketika di mobil. Perjalanan kali ini adalah menuju ke sekolahan Mauren yang baru. Putrinya itu sangat antusias sekali ingin segera tiba di sekolahan yang akan menemaninya mulai saat ini.“Iya, dong, Pi,” s

    Last Updated : 2024-08-04
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   45. Pindah

    Suara teriakan itu datangnya dari dalam rumah. Aluna terbelalak mendapati itu suara adalah suara Mbok Tum. Entah, keberanian dari mana wanita ART itu kini memasang badannya yang kecil itu di depan Aluna. Seolah untuk melindungi sang majikan dari orang-orang jahat yang sudah mencelakai Aluna. Tatapan nyalang Mbok Tum menghujami Ibu-ibu yang sama melongonya dengan Pak RT.“Kalian itu ngakunya orang kaya dan perpendidikan tinggi,” pekik Mbok Tum sambil mengangkat jari telunjuknya mengarahkan kepada satu persatu Ibu-ibu di depannya dengan geram. “Tapi kelakuan anda-anda ini seperti preman pasar.”“Diam kamu pembantu!” teriak wanita yang dikenal bar-bar dari semua Ibu-ibu yang sudah berkumpul. Tidak terima dengan ucapan Mbok Tum, wanita itu langsung bereaksi.“Sudah, Mbok,” lirih Aluna menyentuh bahu Mbok Tum agar menghindar saja. “Jangan ikut campur nanti Mbok yang kena sasaran.”Melihat sang majikan yang terluka tanpa banyak tanya, Mbok Tum hendak mengiring Aluna untuk masuk. Terserah k

    Last Updated : 2024-08-06
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   46. Ikhlas

    “Darimana saja kamu baru pulang?” tanya Ryu dingin ketika melihat kedatangan Renata. Belum juga menjawab, Ryu memekik setelah menyadari ada yang tidak biasa dari sang istri. “Kamu mabuk, Ren!”Sementara itu, Renata masih berdiri membeku. Kedua tangannya masih memegang bagian atas pintu rumah yang terbuka. Ia memang dalam pengaruh minuman keras tetapi tidak sepenuhnya mabuk. Masih bisa menatap tatapan tajam dari mata sang suami.Belum sempat Renata menjawab pertanyaan bernada dingin itu, sang suami yang sedang bertolak pinggang tanpa mengalihkan pandangan itu mengajukan pertanyaan untuk yang kedua kalinya.“Pulang dalam keadaan mabuk, apa itu sekarang kerjaan kamu, hah!” bentak Ryu saat Renata hanya diam saja.“Mami …!” teriak Mauren sembari berjalan cepat untuk menghampiri Renata. Putrinya itu memang menunggu di kamar namun, bentakan Ryu terdengar olehnya. Ingin melihat apa yang terjadi, Mauren menggerakkan kakinya keluar kamar.Tetapi sebelum Mauren sampai di depan Renata, Ryu menghe

    Last Updated : 2024-08-07
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   47. Menepi

    Ya, Aluna akan menepi ke kampung halaman Mbok Tum. Dia sudah tidak bekerja, otomatis tidak ada beban pekerjaan yang harus ia selesaikan. Sedangkan sekolah Langit, nanti akan ia pikirkan untuk mencari solusinya.Tidak ada acara pamitan kepada tetangga sebelah rumah karena memang orang-orang itu yang menginginkan dirinya untuk pergi.“Mi, memangnya kita mau kemana sih?” tanya Langit.Lelaki kecil Aluna itu masih binggung dengan kalimat Aluna yang mengatakan bahwa mereka semua akan pindah ke tempat yang lebih tenang dan damai daripada di rumah yang ditinggali sekarang. Kendatipun Aluna hanya ingin memberikan Langit gambaran kebahagiaan di tempat lain.“Oke, aku suka, Mi!” Langit berseru, mungkin saat ini ia sudah membayangkan kebahagiaan di sana.Sesaat kemudian, ia mengingat Ryu. “Terus, Papi bagaimana, Mi?”Aluna melirik Mbok Tum. Tetapi percuma saja karena Mbok Tum juga tidak akan berani menjawabnya.“Nanti kalau kerjaan Papi sudah selesai, pasti akan nyusul.” Aluna berbohong demi aga

    Last Updated : 2024-08-08
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   48. Kosong

    Ryu merasakan ada yang berbeda dari bibir yang tengah dikulumnya saat ini. Ada sensasi berbeda dengan yang dibayangkan. Lagi, Aluna yang ia kenal tidak seagresif ini ketika Ryu menyentuhnya. Wanita itu cenderung bersikap malu-malu tapi mau. Hingga suara leguhan yang berbeda membuat Ryu menghentikan lumatannya seraya membuat jarak.“Renata! Kam-kamu …!”Tenggorokan Ryu tercekat ketika matanya terbuka kemudian mendapati wajah Renata, bukan seseorang yang ada dalam pikirannya. Helaan napas kasar dan decakan pelan keluar dari mulut Ryu pun terdengar. Ada rasa kecewa yang tidak mungkin diluapkan di depan Renata.“Kenapa?” tanya Renata seraya mengangkat lebih tinggi dagunya seolah menantang sang suami. “Apa kamu mau berterima kasih karena aku telah bersedia menjadi objek kamu pada jalang itu.” Renata selalu akan mengingatkan Ryu dengan panggilan jalang yang ia tujukan pada Aluna.Ryu melarikan tatapan ke arah lain, yang penting ia tidak sedang bertatapan dengan Renata. Mengabaikan kalimat R

    Last Updated : 2024-08-14
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   49. Buntu

    Ryu berkali-kali memukul kepalanya sendiri. Merasa pikirannya buntu untuk menemukan Aluna dan Langit.Setelah beberapa saat mengelilingi rumah, berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk atas kesunyian rumah yang nyatanya Ryu tidak menemukan apapun.Sang Dokter itu pun keluar rumah, pandangannya menyusuri sekitar dan ia bernapas lega ketika menemukan Ibu-ibu yang sedang mengerumuni tukang sayur. Kakinya sudah melangkah mendekati Ibu-ibu tersebut ketika suara seseorang menghentikannya.“Maaf, dengan suaminya Ibu Aluna ya!” Itu panggilan yang Ryu dengar.“Iya, Pak. Nama saya Ryu Ragnala.” Ryu menjawab sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Kalau tidak salah Ryu mengenal pria ini adalah Pak RT komplek ini. “Dengan Bapak RT kan?” tanyanya.Laki-laki dihadapannya mengangguk. “Iya, saya RT di komplek ini. Kebetulan ada yang ingin saya sampaikan. Silahkah kita bicara di rumah saya.”Pak RT tidak sengaja melihat Ryu yang keluar dari rumah Aluna. Dengan jarak rumah yang hanya 1

    Last Updated : 2024-08-17
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   50. Panggilan

    “Mami, minta rumputnya.”Aluna dan Langit sedang berada di kandang sapi, sedang memberi makan hewan rawatan dari suami Mbok Tum. Tidak pernah terbayangkan kehidupan yang sangat jauh dari perkotaan yang akan Aluna alami. Ia sudah berada di tahap pasrah dengan keadaan.“Langit, jangan dekat-dekat dengan sapinya. Nanti bajunya kotor,” teriak Aluna dengan sedikit kencang. Pasalnya Langit seolah tanpa beban menjalani kehidupan yang … Aluna sendiri juga tidak bisa menjabarkan. Yang jelas Langit terlihat sangat Bahagia dan menikmatinya.“Bu, sudah. Ayo kita masuk saja. Biar suami saya saja yang ngasih makan sapinya.” Mbok Tum yang paham kekhawatiran Aluna memberikan solusinya.Aluna tersenyum tipis. Sebenarnya bukan kehidupan yang seperti ini, yang ia inginkan untuk Langit. Tetapi keadaan yang mengharuskan.“Langit tampak senang, Mbok. Aku sampe heran. Padahal aku pikir Langit pasti susah berdapatasi dengan lingkungan baru yang seperti ini.”“Sudah, ayo Ibu masuk dulu. Sebentar saya gendong

    Last Updated : 2024-08-18

Latest chapter

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   107. Akhir

    “Ayah …!”“Mami …!”“Yayah …!”“Mimi …!”Suara-suara berisik itu membuat Aluna mengeliat. “Mas, ayo bangun! Anak-anak sudah pulang itu,” tutur Aluna seraya memukul lengan Bian yang menempel erat di tubuhnya polosnya.“Biarin aja, nanti mereka juga diem sendiri,” ucap Bian tidak peduli.“Mas …!” hardik Aluna sebab Bian mengabaikannya. “Bangun …!”Bian berdecak pelan sebelum melepaskan tangannya dari tubuh Aluna. Bangkit dan mendudukan tubuhnya, lalu menyalakan lampu kamar. Laki-laki itu kemudian memunguti kaos dan celana pendeknya yang tergeletak di lantai. Memakainya dengan cepat dan hendak membuka pintu yang masih terkunci dari dalam. Sementara Aluna berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Saat pintu dibuka, ketiga anaknya sedang berdiri dengan wajah berseri.“Sudah pulang?” tanya Bian memandang bergantian ke arah Tegar, Langit dan Awan.“Tante belikan banyak makanan, Ayah,” sahut Langit sembari memperlihatkan satu kantung plastik berisi camilan dan susu.“Mama juga belik

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   106. Gak Mau

    “Apa keputusanmu tidak bisa diubah, Mbak?” tanya Alan dengan wajah yang lesu, lalu menghembuskan napas pelan.Segala upaya sudah dilakukan tetapi masih tidak bisa membuat Renata tersentuh dengan sikap dan tindakan yang dilakukan Alan.Renata mengelengkan kepalanya. “Tidak, kamu masih muda dan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku.”“Kamulah yang terbaik buat aku, Mbak,” sahut Alan tegas, tidak ada keraguan sama sekali di hatinya.Renata hanya tertawa, kemudian beranjak berdiri. Pembicaraan ini pasti tidak akan menemukan titik temu karena keduanya saling keras kepala.“Mbak, aku belum selesai bicara.” Alan bergegas menghampiri Renata. “Tidak masalah kalau kamu tidak bisa mencintaiku, Mbak. Pelan-pelan aku akan buat kamu jatuh cinta sama aku,” ucap Alan, menarik siku lengan Renata dengan pelan. Laki-laki itu masih bersikeras untuk membujuk Renata.Sekali lagi Renata mengeleng tegas. Tidak ada cinta di hatinya untuk Alan, jadi buat apa menerima pinangan dari lelaki itu. Yan

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   105. Lebih Baik

    “Mohon maaf Ibu, bisa masuk ke ruangan dokter,” ucap seorang perawat yang datang menghampiri Renata.“Hah, ada apa?” Renata tertegun. Namun, tiga detik kemudian wanita itu beranjak berdiri, sebab dihantui rasa penasaran yang tinggi. “Sebentar aku masuk dulu!” ucapnya pada Aluna sebelum pergi.Pintu berwarna putih itu, Renata buka dengan segera. Seketika mulutnya ternganga melihat pemandangan di depannya. “Kenapa bisa seperti ini?” ucapnya setelah mendekat. Lalu dengan cepat mengambil tisu untuk menolong Alan.“Tadi tiba-tiba Mauren mau muntah, rencananya mau aku ajak ke kamar mandi ternyata dia gak bisa nahan dan berakhirlah seperti ini,” jelas Alan sambil membersihkan bekas muntahan di brankar dengan tisu. Sementara Renata dengan spontan membersihkan baju Mauren.“Dokter Renata!”Renata mendongak dan menatap seseorang setelah namanya di panggil.“Dokter Wahyu!” gumamnya lirih. Dan saat itu juga kenangan Ryu memenuhi pikirannya. Tanpa sadar sudut matanya berembun dan ia melangkah mund

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   104. Bertemu Kembali

    “Sus, tolong anak saya!” ucap Alan ketika tiba di klinik.Laki-laki itu berjalan mendekati meja resepsionis sambil mengendong Mauren. Ya, Mauren terlepas dari gendongan hanya saat berada di dalam mobil saja. Renata juga binggung dengan sikap tiba-tiba putrinya itu. Aneh, itulah yang terlintas di pikirannya.Seorang gadis yang duduk di balik meja resepsionis itu mendongak dan bertemu tatap dengan Alan yang wajahnya terlihat cemas.“Iya, bisa daftar dulu ya,” ucapnya sopan.Alan lalu melirik Renata yang hanya mengekor di belakangnya. “Mi, tolong isi ini,” ucap Alan dan menunjuk dagunya pada satu lembar kertas yang ada di meja, di depannya.Renata pun mendekat dan mengisi form di depannya dalam diam. Sebab, tadi di mobil sudah berdebat dengan Alan. Tidak perlu datang ke klinik karena ia akan mengompres Mauren dan akan memberikan obat penurun panas.“Mohon tunggu sebentar, kurang tiga panggilan lagi, setelah itu putri Bapak ya,” ucapnya sambil tersenyum ramah.Renata sudah seringkali berh

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   103. Sakit

    “Ah, apa dia tidak memiliki makanan apapun di sini?” gumam Renata saat membuka kulkas dan tidak menemukan apapun di sana kecuali dua botol air mineral berukuran sedang di pintu kulkas.“Mami …!” teriak Mauren.Suara Mauren itu mengagetkan Renata. Wanita itu buru-buru berlari menuju kamar dan mendapati Mauren yang sudah membuka matanya dengan tatapan sayu.“Sudah bangun?” tanyanya kemudian melangkah mendekat ke arah tempat tidur.“Mi, pusing,” ucap Mauren tiba-tiba.Refleks, Renata langsung menyentuh kening Mauren dengan telapak tangannya kemudian membaliknya dengan punggung tangannya. “Koq demam? Bentar Mami ambilkan kompres dulu.”Renata keluar dari kamar, menuju dapur lagi untuk mencari baskom dan kain. Sementara di dapur, wanita itu mengamati sekeliling, semua yang diperlukan tidak ada di sana.“Ah, apa yang aku harapkan di sini. Dia paling hanya numpang tidur di sini,” keluhnya lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk menghubungi Alan.Tidak lama kemudian, Alan mengangkat teleponn

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   102. Tersenyum

    “Mau turun, gak?”“No!” jawab Renata, ia memilih bertahan di dalam mobil saja daripada harus bersama dengan Alan.“Oke,” jawab Alan lalu menutup pintu mobil. Lelaki itu berjalan ke arah belakang dan membuka pintunya.“Alan, mau dibawa ke mana Mauren?” seru Renata. Seketika kepanikan melandanya . “Biarin Mauren tidur di mobil saja!”Alan kemudian menatap Renata sekilas, kalau wanita ini ingin bertahan di dalam mobil ia tidak peduli. Tetapi ia akan membawa Mauren masuk ke dalam apartemennya.“Apa kamu gak kasihan sama Mauren tidurnya gak nyaman seperti itu.”“Aku tetap disini, Mauren juga harus tetap di sini,” sahut Renata cepat, membantah ucapan Alan.Namun, tanpa mendengarkan keinginan Renata, Alan langsung saja mengendong Mauren dan membawanya masuk.“Hey,” seru Renata. Alan menyematkan senyuman tipis kala melirik Renata yang turun dari mobil kemudian mengikuti langkahnya masuk ke dalam gedung apartemen.“Alan, aku bilang-”“Jangan berisik, Mbak!”Tanpa Renata sadari langkahnya terus

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   101. Terserah

    “Kamu mau buat aku malu, Alan Sanjaya?”Begitu keluar dari gedung, Renata menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. Melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan orang-orang. Setelah sampai di ujung koridor yang sepi, wanita itu menghentikan langkahnya sembari berkaca pinggang. Kekesalannya sudah memuncak seiring sikap Alan yang santai seolah tidak pernah melakukan kesalahan.“Mbak …!”“Aku bukan Mbakmu!” jerit Renata frustasi, merasa muak dengan panggilan itu karena Alan memanggilnya dengan suara rendah dan lembut.Sedangkan lelaki itu mengulum senyum. Selama ini, Renata tidak pernah protes dengan cara panggilnya, tetapi tiba-tiba dia mengklaim bukan Mbaknya.“Oke, kalau begitu aku panggil Sayang saja,” ucapnya disertai kekehan, meski mata Renata sudah menyorotnya tajam, Alan tidak peduli.“Jawab aku, Alan!” bentak Renata sudah hilang kesabarannya. “Kamu mau buat aku dan Mauren malu, hah! Belum cukup ka-”Renata tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika kelima jari Alan singgah di bi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   100. Acara

    Hari ini, Alan sengaja datang ke sekolahan Mauren. Semalam, Bara mengirimkan pesan bahwa di sekolahan Mauren sedang ada acara, tidak membuang kesempatan Alan akan hadir di acara tersebut.Lelaki itu berangkat tanpa memberitahu pada sang putri. Ia tidak peduli, kalau ternyata nanti di sana akan mendapatkan penolakan. Ia bisa memastikan nanti akan bertemu dengan Renata di dalam. Sekali lagi, Alan katakan tidak peduli.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya dia menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk pengunjung.Sikap Alan yang ramah membuat tidak ada kecanggungan bila harus menyapa orang-orang yang sebelumnya tidak kenal. Dengan langkah tegas, tidak ada keraguan sedikitpun lelaki itu berjalan menjangkau menuju gedung Aula, tempat diadakannya acara tersebut.Ketika Alan sudah mencapai gedung tersebut, langkahnya terhenti sebab ada seorang resepsionis yang berjaga sembari menyodorkan buku tamu bagi yang akan masuk.“Selamat siang, maaf dengan wali murid siapa ya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   99. Keras Kepala

    Renata dan Alan duduk bersisihan di teras rumah. Hari ini memang Alan sengaja datang di malam hari untuk bisa bertemu dan berbicara dari hari ke hati dengan Renata. Semenjak kepulangan wanita itu dari rumah sakit dan Alan yang pindah ke apartemen, membuat keduanya jarang bertemu. Sekalinya Alan ingin mengantar Mauren ke sekolah, hal itu sudah lebih dulu dilakukan oleh Renata.Selama hampir sepuluh belas menit, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara angin yang bertiup seolah memecahkan keheningan . Dan selama itu pula, tatapan Alan hanya tertuju pada wajah cantik Renata. Dari situ Alan dapat mengamati dengan jelas wajah Renata yang tidak banyak berubah setelah bertahun-tahun tidak bertemu.Sungguh bodoh, dirinya dulu meninggalkan wanita ini. Harusnya saat itu dia tidak meninggalkan Renata dan membangun keluarga kecilnya, mempertahankan wanita yang dia cintai meski jalan itu tidak akan mudah karena pertentangan dari kedua keluarga. Namun, sekarang hanya penyesalan yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status