Share

15. Rujuk

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-19 17:20:02

“Mami!”

Aluna menoleh sekilas ke belakang, tersenyum lebar ketika Langit berjalan mendekat, sebelum kembali mengaduk ayam kecap yang ada di wajah. “Sudah bangun ya!”

“Mami masak apa?” tanya Langit yang kini sudah berada di samping Aluna. Meski tinggi badannya tidak bisa menjangkau tinggi kichenset yang akhirnya Langit berjinjit untuk melihat ke dalam wajan. “Aku gak bisa lihat Mami.”

Kembali Aluna menyunggingkan senyuman lalu meletakkan spatula kemudian mengendong Langit yang tiba-tiba girang saat bisa melihat apa yang ada di dalam wajan. “Wah, ayam kecap ya. Aku suka, aku suka Mi!”

Wanita itu mengangguk, berjalan menuju meja makan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari dapur. Mendudukan sang putra dengan berujar, “Tunggu sini, Mami ambilkan makan buat kamu.”

Langit mengangguk, tidak sabar akan makan menu kesukaannya setelah beberapa hari hanya makan, makanan dari rumah sakit yang tidak seenak masakan sang Mami. Sementara Aluna kembali ke dapur. Mengaduk sekali lagi setelahnya mematika
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   16. Siapa

    “Maaf, bukannya waktu itu Pak Ryu sudah tidak memperpanjang permasalahannya ya, Bu?” tanya Ibu Martha selaku kepala sekolah, saat Aluna tiba-tiba datang menemuinya.Aluna mengerti, pasti keputusannya ini akan disangkut pautkan dengan perdebatannya dengan Ryu waktu itu. “Memang, Bu. Tetapi ini keputusan dari saya pribadi. Kebetulan saya akan pindah rumah dan disana ada sekolahan yang dekat dari rumah.” Aluna mengatakan dengan tenang.“Oh, begitu ya, Bu. Sayang sekali harus pindah ya, padahal mau kenaikan kelas.”Aluna memang tidak memikirkan hal itu, yang penting Langit harus pindah dari sekolah ini. Dan ia berharap Ryu tidak akan mencarinya. Semalaman ia berpikir keras, obrolan dengan Ryu sudah terlalu jauh dan ia harus tegas mengambil keputusan.“Tidak papa, Bu,” jawab Aluna. Menurutnya, kepindahan sekolah Langit harus segera dilakukan agar Ryu tidak akan kembali mengusiknya.“Tapi, Ibu harus melalui proses terlebih dahulu. Jadi begini ….” Ibu Marta menjeda ucapannya mengambil kertas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   17. Janji

    Drrrrttt …Drrrrttt …Aluna melirik ponsel yang ia letakkan di dashboard mobil usai berbincang dengan Bian beberapa saat yang lalu.“Mas Bian,” gumamnya. Dengan tergesa Aluna langsung menerima panggilan tersebut. Pikirannya sontak tertuju pada Langit, mungkin telah terjadi sesuatu di rumah.“Ya, Mas,” jawab Aluna dengan perasaan yang tidak baik.“Lun, mantan suami kamu ada di sini,” sahut Bian di sana. “Aku sudah usir dia baik-baik tapi gagal, malah sekarang ia tidur di kamar sama Langit.”Cittt …Aluna seketika menghentikan mobilnya, beruntung tidak ada kendaraan di belakangnya.“Lun, Aluna … kamu kenapa?” teriak Bian karena tidak mendapat respon dari Aluna.Kemampuan berbicara Aluna mendadak menghilang. Kenapa Ryu jadi bersikap kurang ajar begitu. Harusnya pria itu menghormati batasan yang diberikan Aluna. Kemarin menerobos masuk sekarang tidur di kamarnya. Besok apa lagi, Aluna sampai memijat pelipisnya.“I-iya, Mas.” Aluna membalas panggilan Bian. “Tunggu, limabelas menit lagi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   18. Apa

    Ryu menepati janjinya.Ia selalu datang untuk menemui Langit setelah pulang dari rumah sakit. Pria itu selalu membawakan Langit hadiah setiap kali datang. Jangan tanyakan bagaimana bahagianya Langit. Dihadirkan sosok Papi yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya, ditambah bonus mainan.Dan ini hari ketiga Ryu datang dengan membawa remote car. Sebelumnya, di hari pertama sejak pengakuan Ryu adalah Papinya Langit, lelaki itu membawakan mainan robot yang lumayan mahal, dilihat dari kecanggihan dan ukurannya yang besar. Tampaknya Ryu tidak memikirkan harganya, mengingat robot itu pernah Aluna lihat kalau limited edition.Sedangkan hari keduanya, Ryu membawakan sepeda untuk Langit. Putranya bukan tidak memiliki sepeda, melainkan Ryu membelikan sepeda yang lebih canggih dari yang dimiliki Langit sebelumnya.“Pi, kata Mami besok aku masuk sekolah lagi,” ujar Langit pada Ryu. Putranya itu sedang berbaring di pangkuannya, setelah kelelahan bermain. Tangan Ryu mengusap-usap kepala Langit sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   19. Semoga

    Renata mendecakan lidahnya ketika suara sirine mobil ambulans lebih kencang daripada suara seseorang yang menjawab pertanyaannya.“Apa!”Sesaat kemudian, ia menyadari bahwa sedang menelpon poli UGD. Buru-buru Renata memutus panggilan sepihak, bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka, seseorang berdiri di ambang pintu .“Mas, kamu darimana aja koq baru pulang?” tanya Renata menghampiri Ryu yang datang dengan wajah lelahnya. “Aku khawatir makanya barusan telepon rumah sakit.”“Kamu telepon rumah sakit?” Ryu mengernyit, tampak terkejut. Tidak biasanya sang istri melakukan hal itu. “Untuk apa?”Tangan Renata tiba-tiba mengalungkan pada leher Ryu. “Iya, hp kamu mati, Mas.”“Oh,” jawab Ryu santai, melirik kedua tangan Renata di lehernya tanpa mau melepasnya.Renata menempelkan tubuhnya dengan sang suami, berjinjit kemudian mendaratkan bibirnya pada bibir Ryu, mengecupnya sekilas. “Kenapa hanya oh saja? Memangnya kamu darimana sih, Mas?” Renata masih penasaran dengan jawaban Ryu.Melihat ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   20. Pilihan

    “Baik, kalau begitu kami permisi, Bu.”Aluna pamit lalu membungkukkan badannya pada wali kelas Langit. Ryu yang berada di sampingnya hanya menampilkan senyuman saja.Tak berselang lama, kedua mantan suami istri itu berjalan bersisihan meninggalkan sekolahan. Setelah berkenalan dengan wali kelas dan mengantar Langit ke kelas barunya.“Setelah ini mau kemana, biar aku antar,” tanya Ryu yang memang belum mengetahui kegiatan Aluna apa saja setiap harinya. Jujur, ia merasa malu tidak pernah bertanya sebelumnya. Selama ini, pertemuan mereka lebih banyak membahas masa lalu dan juga tentang Langit.Aluna terus berjalan dan berujar, “Gak perlu, aku naik taxi.”“Aku antar, Aluna,” ucap Ryu sedikit memaksa. “Sekalian ada yang mau aku obrolin sama kamu.” Ryu menarik tangan Aluna dan tidak membiarkan mantannya itu menolak.Aluna mendengus, Ryu kembali ke setelan awal, pria itu sukanya melakukan pemaksaan.“Aku sudah bil-”“Nurut kenapa sih, Lun!” sela Ryu tanpa melepas tangan Aluna seraya membawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   21. Senyuman

    “Aku ….”Suara Aluna terhenti seiring dering ponsel miliknya yang berada di dalam tas. Dengan cekatan ia mengambil dan melihat siapa yang menelpon. Nomor asing, Aluna sudah terbiasa untuk menjawabnya. Profesinya sebagai Dosen, tidak mungkin ia akan menyimpan semua nomor hp mahasiswanya.“Siapa?” tanya Bian penasaran.“Belum tahu,” sahut Aluna lalu segera mengeser icon hijau pada benda pipih elektronik tersebut. “Halo!”“Selamat siang, Ibu. Maaf, ini dengan wali murid dari Langit Yudhistira ya?” tanya wanita disebrang sana saat Aluna sudah menyapa.“Iya, ini dengan siapa ya?” Aluna bertanya balik setelah menjawab pertanyaan penelpon.“Perkenalkan saya Ibu Rose, wali kelas dari Langit Yudhistira.”“Iya, Ibu Rose, salam kenal juga. Saya Maminya Langit,” jawab Aluna dengan sedikit tegang. “Maaf, apa ada masalah dengan anak saya, Bu?”“Oh, tidak. Saya mohon ijin untuk memasukkan nomor Ibu ke group kelas, untuk kemudahan penyampaian segala informasi yang berkaitan dengan sekolahan.”“Oh, si

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   22. Good Night

    “Papi …!” teriak Langkit kala melihat mobil Ryu terparkir di depan pagar rumah.Ryu langsung merentangkan kedua tangannya saat Langit mendekat kemudian berhamburan kedalam dekapannya. Tangan besar Ryu mengusap punggung kecil sang putra. Beberapa saak kemudian, Langit mengurai pelukan teringat sesuatu.“Kenapa?” tanya Ryu yang heran dengan perubahan wajah sang anak.Langit melepaskan diri dari Ryu lalu memberi jarak agar bisa bertemu tatap dengan pria dewasa itu. Kedua tangannya di lipat di depan dada sembari mendongak, bola matanya melebar.“Kenapa kemarin gak datang? Apa operasinya Papi sampai malam? Sampai aku tidur, iya?” cecar Langit. Kemarin setelah Bian memberi kesenangan, ia teringat kembli dengan Ryu. Wajar yang ia lakukan mengingat Ryu telah berjanji akan ada untuknya dan juga untuk sang Mami.“Masuk yuk!” Ryu mengandeng tangan Langit seraya mengangkat paper bag yang lumayan besar dan sengaja di letakkan asal saat akan memeluk Langit tadi.Keduanya masuk rumah dan disambut sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   23. Kebiasaan

    “Mas, apa di rumah sakit ada perombakan jadwal?” tanya Renata. Memandang ke arah Ryu dari pantulan cermin, meja rias. Wanita itu sedang memakai cream malam, aktifitasnya sebelum tidur. “Kamu itu sering banget lho pulang malam!”Ryu tak menjawab. Tiba-tiba lidahnya terasa kelu. Sebelumnya Renata juga pernah bertanya, tetapi ia masih mencoba mencari alasan. Dan sekarang tidak mungkin ia menggunakan alasan yang sama.“Mas!” desah Renata melihat Ryu yang hanya diam saja. “Jangan buat aku berpikir buruk sama kamu ya.”Sebagai seorang istri, wajar kalau Renata curiga. Wajah yang tampan, profesi yang menjanjikan dan tentunya siapa yang tidak mengenal Ryu, putra dari pemilik rumah sakit. Pasti banyak wanita-wanita yang ingin mendekatinya. Di tambah lagi, pembawaan Ryu yang ramah. Tidak ada yang tidak terpesona oleh paras sang Dokter.“Jangan ngaco, buang pikiran burukmu itu!” Ryu mengalihkan perhatian dari ponsel di genggamannya, meletakkan ponselnya di nakas, lalu bergegas berdiri. Mungkin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   107. Akhir

    “Ayah …!”“Mami …!”“Yayah …!”“Mimi …!”Suara-suara berisik itu membuat Aluna mengeliat. “Mas, ayo bangun! Anak-anak sudah pulang itu,” tutur Aluna seraya memukul lengan Bian yang menempel erat di tubuhnya polosnya.“Biarin aja, nanti mereka juga diem sendiri,” ucap Bian tidak peduli.“Mas …!” hardik Aluna sebab Bian mengabaikannya. “Bangun …!”Bian berdecak pelan sebelum melepaskan tangannya dari tubuh Aluna. Bangkit dan mendudukan tubuhnya, lalu menyalakan lampu kamar. Laki-laki itu kemudian memunguti kaos dan celana pendeknya yang tergeletak di lantai. Memakainya dengan cepat dan hendak membuka pintu yang masih terkunci dari dalam. Sementara Aluna berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Saat pintu dibuka, ketiga anaknya sedang berdiri dengan wajah berseri.“Sudah pulang?” tanya Bian memandang bergantian ke arah Tegar, Langit dan Awan.“Tante belikan banyak makanan, Ayah,” sahut Langit sembari memperlihatkan satu kantung plastik berisi camilan dan susu.“Mama juga belik

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   106. Gak Mau

    “Apa keputusanmu tidak bisa diubah, Mbak?” tanya Alan dengan wajah yang lesu, lalu menghembuskan napas pelan.Segala upaya sudah dilakukan tetapi masih tidak bisa membuat Renata tersentuh dengan sikap dan tindakan yang dilakukan Alan.Renata mengelengkan kepalanya. “Tidak, kamu masih muda dan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku.”“Kamulah yang terbaik buat aku, Mbak,” sahut Alan tegas, tidak ada keraguan sama sekali di hatinya.Renata hanya tertawa, kemudian beranjak berdiri. Pembicaraan ini pasti tidak akan menemukan titik temu karena keduanya saling keras kepala.“Mbak, aku belum selesai bicara.” Alan bergegas menghampiri Renata. “Tidak masalah kalau kamu tidak bisa mencintaiku, Mbak. Pelan-pelan aku akan buat kamu jatuh cinta sama aku,” ucap Alan, menarik siku lengan Renata dengan pelan. Laki-laki itu masih bersikeras untuk membujuk Renata.Sekali lagi Renata mengeleng tegas. Tidak ada cinta di hatinya untuk Alan, jadi buat apa menerima pinangan dari lelaki itu. Yan

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   105. Lebih Baik

    “Mohon maaf Ibu, bisa masuk ke ruangan dokter,” ucap seorang perawat yang datang menghampiri Renata.“Hah, ada apa?” Renata tertegun. Namun, tiga detik kemudian wanita itu beranjak berdiri, sebab dihantui rasa penasaran yang tinggi. “Sebentar aku masuk dulu!” ucapnya pada Aluna sebelum pergi.Pintu berwarna putih itu, Renata buka dengan segera. Seketika mulutnya ternganga melihat pemandangan di depannya. “Kenapa bisa seperti ini?” ucapnya setelah mendekat. Lalu dengan cepat mengambil tisu untuk menolong Alan.“Tadi tiba-tiba Mauren mau muntah, rencananya mau aku ajak ke kamar mandi ternyata dia gak bisa nahan dan berakhirlah seperti ini,” jelas Alan sambil membersihkan bekas muntahan di brankar dengan tisu. Sementara Renata dengan spontan membersihkan baju Mauren.“Dokter Renata!”Renata mendongak dan menatap seseorang setelah namanya di panggil.“Dokter Wahyu!” gumamnya lirih. Dan saat itu juga kenangan Ryu memenuhi pikirannya. Tanpa sadar sudut matanya berembun dan ia melangkah mund

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   104. Bertemu Kembali

    “Sus, tolong anak saya!” ucap Alan ketika tiba di klinik.Laki-laki itu berjalan mendekati meja resepsionis sambil mengendong Mauren. Ya, Mauren terlepas dari gendongan hanya saat berada di dalam mobil saja. Renata juga binggung dengan sikap tiba-tiba putrinya itu. Aneh, itulah yang terlintas di pikirannya.Seorang gadis yang duduk di balik meja resepsionis itu mendongak dan bertemu tatap dengan Alan yang wajahnya terlihat cemas.“Iya, bisa daftar dulu ya,” ucapnya sopan.Alan lalu melirik Renata yang hanya mengekor di belakangnya. “Mi, tolong isi ini,” ucap Alan dan menunjuk dagunya pada satu lembar kertas yang ada di meja, di depannya.Renata pun mendekat dan mengisi form di depannya dalam diam. Sebab, tadi di mobil sudah berdebat dengan Alan. Tidak perlu datang ke klinik karena ia akan mengompres Mauren dan akan memberikan obat penurun panas.“Mohon tunggu sebentar, kurang tiga panggilan lagi, setelah itu putri Bapak ya,” ucapnya sambil tersenyum ramah.Renata sudah seringkali berh

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   103. Sakit

    “Ah, apa dia tidak memiliki makanan apapun di sini?” gumam Renata saat membuka kulkas dan tidak menemukan apapun di sana kecuali dua botol air mineral berukuran sedang di pintu kulkas.“Mami …!” teriak Mauren.Suara Mauren itu mengagetkan Renata. Wanita itu buru-buru berlari menuju kamar dan mendapati Mauren yang sudah membuka matanya dengan tatapan sayu.“Sudah bangun?” tanyanya kemudian melangkah mendekat ke arah tempat tidur.“Mi, pusing,” ucap Mauren tiba-tiba.Refleks, Renata langsung menyentuh kening Mauren dengan telapak tangannya kemudian membaliknya dengan punggung tangannya. “Koq demam? Bentar Mami ambilkan kompres dulu.”Renata keluar dari kamar, menuju dapur lagi untuk mencari baskom dan kain. Sementara di dapur, wanita itu mengamati sekeliling, semua yang diperlukan tidak ada di sana.“Ah, apa yang aku harapkan di sini. Dia paling hanya numpang tidur di sini,” keluhnya lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk menghubungi Alan.Tidak lama kemudian, Alan mengangkat teleponn

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   102. Tersenyum

    “Mau turun, gak?”“No!” jawab Renata, ia memilih bertahan di dalam mobil saja daripada harus bersama dengan Alan.“Oke,” jawab Alan lalu menutup pintu mobil. Lelaki itu berjalan ke arah belakang dan membuka pintunya.“Alan, mau dibawa ke mana Mauren?” seru Renata. Seketika kepanikan melandanya . “Biarin Mauren tidur di mobil saja!”Alan kemudian menatap Renata sekilas, kalau wanita ini ingin bertahan di dalam mobil ia tidak peduli. Tetapi ia akan membawa Mauren masuk ke dalam apartemennya.“Apa kamu gak kasihan sama Mauren tidurnya gak nyaman seperti itu.”“Aku tetap disini, Mauren juga harus tetap di sini,” sahut Renata cepat, membantah ucapan Alan.Namun, tanpa mendengarkan keinginan Renata, Alan langsung saja mengendong Mauren dan membawanya masuk.“Hey,” seru Renata. Alan menyematkan senyuman tipis kala melirik Renata yang turun dari mobil kemudian mengikuti langkahnya masuk ke dalam gedung apartemen.“Alan, aku bilang-”“Jangan berisik, Mbak!”Tanpa Renata sadari langkahnya terus

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   101. Terserah

    “Kamu mau buat aku malu, Alan Sanjaya?”Begitu keluar dari gedung, Renata menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. Melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan orang-orang. Setelah sampai di ujung koridor yang sepi, wanita itu menghentikan langkahnya sembari berkaca pinggang. Kekesalannya sudah memuncak seiring sikap Alan yang santai seolah tidak pernah melakukan kesalahan.“Mbak …!”“Aku bukan Mbakmu!” jerit Renata frustasi, merasa muak dengan panggilan itu karena Alan memanggilnya dengan suara rendah dan lembut.Sedangkan lelaki itu mengulum senyum. Selama ini, Renata tidak pernah protes dengan cara panggilnya, tetapi tiba-tiba dia mengklaim bukan Mbaknya.“Oke, kalau begitu aku panggil Sayang saja,” ucapnya disertai kekehan, meski mata Renata sudah menyorotnya tajam, Alan tidak peduli.“Jawab aku, Alan!” bentak Renata sudah hilang kesabarannya. “Kamu mau buat aku dan Mauren malu, hah! Belum cukup ka-”Renata tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika kelima jari Alan singgah di bi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   100. Acara

    Hari ini, Alan sengaja datang ke sekolahan Mauren. Semalam, Bara mengirimkan pesan bahwa di sekolahan Mauren sedang ada acara, tidak membuang kesempatan Alan akan hadir di acara tersebut.Lelaki itu berangkat tanpa memberitahu pada sang putri. Ia tidak peduli, kalau ternyata nanti di sana akan mendapatkan penolakan. Ia bisa memastikan nanti akan bertemu dengan Renata di dalam. Sekali lagi, Alan katakan tidak peduli.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya dia menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk pengunjung.Sikap Alan yang ramah membuat tidak ada kecanggungan bila harus menyapa orang-orang yang sebelumnya tidak kenal. Dengan langkah tegas, tidak ada keraguan sedikitpun lelaki itu berjalan menjangkau menuju gedung Aula, tempat diadakannya acara tersebut.Ketika Alan sudah mencapai gedung tersebut, langkahnya terhenti sebab ada seorang resepsionis yang berjaga sembari menyodorkan buku tamu bagi yang akan masuk.“Selamat siang, maaf dengan wali murid siapa ya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   99. Keras Kepala

    Renata dan Alan duduk bersisihan di teras rumah. Hari ini memang Alan sengaja datang di malam hari untuk bisa bertemu dan berbicara dari hari ke hati dengan Renata. Semenjak kepulangan wanita itu dari rumah sakit dan Alan yang pindah ke apartemen, membuat keduanya jarang bertemu. Sekalinya Alan ingin mengantar Mauren ke sekolah, hal itu sudah lebih dulu dilakukan oleh Renata.Selama hampir sepuluh belas menit, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara angin yang bertiup seolah memecahkan keheningan . Dan selama itu pula, tatapan Alan hanya tertuju pada wajah cantik Renata. Dari situ Alan dapat mengamati dengan jelas wajah Renata yang tidak banyak berubah setelah bertahun-tahun tidak bertemu.Sungguh bodoh, dirinya dulu meninggalkan wanita ini. Harusnya saat itu dia tidak meninggalkan Renata dan membangun keluarga kecilnya, mempertahankan wanita yang dia cintai meski jalan itu tidak akan mudah karena pertentangan dari kedua keluarga. Namun, sekarang hanya penyesalan yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status