Share

BAB 3

Penulis: Pena_Receh01
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 16:37:44

Mereka sangat terkejut atas ucapan Devano, sedangkan Kania menundukan kepala dan tubuhnya gemetar. Sella yang memang takut karena tidak menjalankan perintah sang majikan dengan benar.

"Kamu kenapa, Nia? Kenapa kamu tiba-tiba mengigil gini pas ada Tuan Devano," seru Sella.

Suara wanita itu terdengar oleh Devano, membuat pria tersebut menoleh lalu menyeringai. Kania mengepalkann tangan dengan keadaan terikat ke belakang.

"Gadis satunya ya Tuan? Em ... silakan ambil aja Tuan, lagian saya cuma mau bawa yang satunya, soalnya pengganti lunasin hutang Ibunya," sahut pria paruh baya itu.

Usia lelaki itu memang sekitar enam puluhan, tetapi dia sangat takut dengan pria yang lebih muda di depannya ini. Kekuasaan Devano sangat menyeramkan, jika saja berbuat salah bisa gawat.

"Saya pengen mereka berdua, satu pembantu saya dan satunya milik saya. Paham! Apa anda mau mengambil mereka dari saya," sinis Devano.

Lawan bicara Devano langsung menggeleng dengan cepat,  ia melangkah mendekati pria tersebut tetapi mendapatkan tatapan tajam nyalinya menciut.

"Tapi ... Tuan, gadis itu buat lunasin hutang, pasti Tuan tau dong," ujar lelaki itu.

Suara lelaki tua itu sedikit terbata-bata, lalu Devano menatap datar Alex. Paham akan tatapan tersebut, pria ini segera mengambil sesuatu di mobil dan lekas memberikan barang pada majikannya.

"Berapa hutangnya? Sini saya bayar! Cepat sebutkan! Membuang waktu saya aja."

Karena tidak ingin membuat Devano semakin kesal, lelaki tua itu langsung menyebutkan nominal tetapi lebih besar dari yang dihutangi Erna. Mendengar hal ini Devano menyeringai, pria tersebut menulis nilai sesuai hutang yang dia tau. Lalu segera menyerahkan pada rentenir.

"Kami sudah sudah tau berapa hutang Ibunya Kania, mau membohongi kami? Mau cari untung atau cari mati," ujar Alex.

Lelaki tua itu langsung bungkam, bahkan wajahnya memucat. Dia segera membungkukkan badan meminta maaf, sedangkan Devano hanya melirik datar. Pria yang memiliki kuasa lebih besar dari mereka segera menatap Kania yang menunduk.

"Apa kau menunggu saya menarikmu keluar dari situ? Cepat keluar!"

Sella mematung mendengar perkataan Devano, membuat lelaki itu mendengkus kesal.

"Sepertinya telingamu ini gak berguna ya? Apa gak dengar apa perkataan saya! Udah kau ini tidak becus melaksanakan tugas, kau membiarkan Kania terluka," sungut lelaki itu.

Alex yang melihat sang bos semakin murka, segera membantu  Sella keluar dari kendaraan. Wanita tersebut sedikit kesulitan, lalu perempuan yang diincar Devano menundukkan kepala dan malah memojokan diri.

"Tuan, jangan ...."

Devano menyeringai mendengar hal itu, lelaki tersebut segera memasuki mobil dan menarik lengan Kania membuat wanita tersebut memberontak.

"Diam! Kamu sekarang adalah milikku."

Suara lelaki itu tidak tinggi, tetapi sangat tajam bak pisau yang baru selesai diasah.

"Cepat! Harusnya kamu berterima kasih sudah kutolong. Kalau enggak kamu ... bakal jadi mainan lelaki bangkotan itu," sinis Devano.

Dengan kasar lelaki itu langsung menarik lengan Kania, membuat wanita tersebut sempat hendak terjatuh. Beruntung pinggang perempuan ini segera ditangkap Devano.

"Kamu cuma boleh terluka olehku! Jaga diri baik-baik," seru Devano.

Lelaki itu tidak berminat melepaskan ikatan di tangan Kania, sedangkan Sella. Perempuan tersebut sudah dibantu oleh Alex, setelah wanita yang mereka tawan keluar dari kendaraan. Pria tua dan bawahannya lekas memasuki kendaraan dan melajukan dengan tergesa-gesa.

"Dia boleh ikut, duduk di depan!"

Setelah berkata demikian, Sella segera mengucapkan terimakasih. Lalu wanita itu segera memasuki kendaraan tersebut, sedangkan Alex membukakan pintu untuk majikannya.

"Cepat, masuk! Apa kamu mau diikat terus lari ngejar mobil ini," ucap Devano dingin.

Kania menggelengkan kepala, dia tidak berani menatap mata lelaki itu.

"Tuan ... saya pulang sendiri aja," tolak wanita itu.

Devano memutarkan bola matanya, helaan napas terdengar. Melihat itu Alex sangat takut, bahkan Sella tanpa sadar mengigit bibir.

"Siapa yang mau ngantrin kamu ke rumah? Geer banget deh, saya udah bayarin hutang Ibumu, berarti sekarang kamu milik saya! Udah cepat masuk!"

Karena masih diam membantu, Devano berinisiatif menggendong Kania membuat perempuan itu menjerit.

"Tuan! Tolong ... jangan," pekik wanita itu.

Setelah mendudukan Kania di jok, lelaki itu segera menyuruh Kania untuk geseran ke samping. Tetapi wanita tersebut malah diam, dia menggelengkan kepala membuat Devano menghela napas.

"Mau geser atau saya pangku!"

Mendengar perkataan lelaki itu, Kania segera menggeser tubuhnya. Membuat Devano menyeringai lalu pria tersebut lekas duduk dan memerintahkan Alex melajukan kendaraan.

Eum ... kita ke rumah, Tuan?" tanya Alex.

Devano langsung menatap lelaki yang menjadi sekertaris merangkap asistennya itu.

"Terlalu banyak nanya!" balas Devano.

Alex langsung merapatkan bibirnya, lelaki itu menggerutu dalam hati. Tetapi tidak bisa menyuarakan, memilih menebak jika sang Tuan ingin ke kediaman. Tanpa menunggu sekertarisnya, Devano segera membuka pintu dan keluar dari kendaraan. Ia memandang datar Kania yang malah memojokan diri.

"Cepat turun! Atau mau aku ...."

Ucapan Devano tidak diteruskan kala mendengar perkataan lelaki itu. Kania bergegas keluar walau dengan susah payah, karena tangan masih terikat dibelakang. Sella melihat keadaan temannya, hanya meringis. Dia ingin bersuara tetapi kalah dengan rasa takut.

"Dari tadi! Lambat banget," ketus lelaki itu.

Kata yang keluar walau nadanya tidak tinggi, tetapi sangat menusuk. Lelaki itu langsung menarik lengan Kania, membuat wanita tersebut kewalahan mengimbangi langkah Devano. Sedangkan Alex dan Sella meringis melihat hal tersebut.

"Apa sih yang diperbuat wanita itu?" tanya Alex.

Lelaki itu berbisik ke telinga Sella, sang empu menggelengkan kepala.

"Gak tau, tapi ... bukannya kalau Tuan Devano deket cewek bakal muntah ya? Kok ini bahkan megang-megang Kania," sahut wanita itu.

Mata Alex langsung membulat, ia melupakan hal penting tersebut. Lelaki ini segera menatap Devano yang masih menyeret Kania,  banyak pertanyaan di benak kala melihat hal itu.

"Apa Tuan Devano udah sembuh?"

Pertanyaan Sella membuyarkan pikiran Alex, lelaki itu langsung menggeleng lalu pria tersebut segera menghentikan langkah dan memegang lengan Sella membuat perempuan ini ikut berhenti.

"Ini, sebut nomor rekeningmu. Kata Tuan Devano, ada hadiah yang harus aku kirim buat yang menemukan gadis itu," lontar Alex.

Sella mendengar itu seperti mendapatkan jeckpot. Wanita tersebut segera mengeluarkan handphone lalu menyodorkan nomor rekeningnya. Alex segera mengirim nominal yang disebutkan Devano, setelah terkirim pria tersebut menaruh handphone ke saku kembali.

"Udah, karena kamu membuat dia terluka, kamu diberhentikan selama dua bulan."

Mata Sella langsung melotot, tubuh yang tadinya kegirangan kini lemas. Dia memegang tangan lelaki itu, membuat Alex menatap wanita tersebut.

"Tuan ... apa gak bisa bilang jangan menghentikan saya kerja dulu, saya nanti cari uang gimana buat selama itu," rengek Sella.

Alex menghela napas lalu lelaki itu segera melepaskan cekalan tangan Sella dari lengannya.

"Beruntung kamu cuma diberhentikan selama dua bulan, dari pada di pecat. Terima aja deh, Tuan Devano susah dinego yang ada malah parah nanti," jelas Alex.

Sella berwajah murung tetapi ia menganggukan kepala membenarkan perkataan Alex. Sedangkan di tempat lain, Devano langsung mendorong Kania ke kasur, dengan keadaan tangan masih terikat di belakang membuat wanita itu meringis.

"Beraninya kamu pergi, ha!" bentak lelaki itu.

Bab terkait

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 4

    Lelaki itu kembali melakukan perbuatannya kembali, tetapi kini dalam keadaan sadar. Devano segera memakai pakaian dan meninggalkan Kania di kamar, pintu ia kunci. Sedangkan wanita yang dia gauli terbaring di kasur dengan mata terpejam, karena pingsan setelah beberapa ronde pria tersebut melakukannya."Bener-bener gak ada reaksi apapun," gumam lelaki itu."Harus membuktikan sama yang lain, mungkin udah sembuh," lanjutnya.Devano segera menyuruh Alex menyiapkan wanita di klub malam miliknya. Mendengar perintah majikan, lelaki itu sangat terkejut tetapi segera menuruti. Pria ini segera melajukan kendaraan menuju tempat tersebut. "Rasanya nikmat," ucap Devano. Dia melepaskan keperjakaan pada Kania, bahkan dalam keadaan mabuk. Membuat Devano sangat tak percaya dan melakukan lagi tadi untuk membuktikan.Sedangkan di tempat lain, Alex sangat kebingungan. Harus wanita manakah yang akan menemani majikannya, karena pusing akhirnya lelaki itu memilih beberapa perempuan untuk menunggu di kamar

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 5

    "Lelet banget sih! Mau cosplay jadi keong," sinis Devano. Lelaki itu memandang dengan tatapan tajam ke arah temannya, sedangkan pria yang menyandang dokter pribadi keluarga Devano ini hanya menghela napas. "Dia yang harus diperiksa?" tanya dokter itu. Devano hanya menggerakan kepala ke atas dan ke bawah membuat lelaki yang berstatus dokter itu segera mendekati Kania. Pria ini lekas memeriksa wanita terbaring di ranjang, lalu menganggukan kepala. "Dia belum makan, maghnya kambuh. Nanti kukasih resep obatnya," lontar sang dokter. Mendengar hal tersebut, lelaki yang berkuasa di sini memandang Kania lalu dokter ini. Ia memiringkan kepala lalu segera menyelimuti Kania kembali, membuat orang yang baru memeriksa wanita itu mengerutkan kening."Gak mual pas bersentuhan kulit sama dia?" Lelaki itu langsung mendongak menatap temannya, wajah Devano sangat datar membuat orang sulit menebak apa yang dipikirkan pria tersebut. "Ya! Dan cuma dia yang bisa disentuh." Azka semakin mengerutkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 6

    Mendengar ucapan Erna, Rentenir itu langsung mengomeli wanita tersebut. "Sialan! Kenapa gak bilang kalau dia punya Tuan Devano, ha! Mau ngebunuh saya, kamu!" sentak lelaki itu. Erna mengeryitkan kening mendengar omelan lelaki tua itu. Begitupun Dania, wanita yang usia tidak jauh dari Kania dia menatap sang Ibu. "Maksud Tuan, gimana? Saya gak paham. Tuan Devano? Siapa. Kania punya dia? Maksudnya gimana sih," lontar Erna. Mendapati ucapan Erna, lelaki lawan bicara wanita itu mendengkus. "Gak perlu banyak omong! Kamu tanyakan aja sama anakmu itu, dia dibawa Tuan Devano sekarang. Dan hutangmu udah dilunasi sama dia," sungut pria tua itu. Dia langsung mematikan sambungan telepon, membuat Erna yang memanggil berdecak. Ia memilih mendaratkan bokong di kursi, diikuti Dania ikut duduk si samping wanita ini."Sini, Bu! Aku dengerin perkataan pria tua itu," pinta Dania. Wanita itu langsung menyerahkan benda pipih tersebut. Memang ia saat menelepon segera merekam pembicaraan, untuk bukti a

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 7

    Kania langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki yang terus fokus mengerjakan sesuatu di laptop. Sedangkan Devano dengan cepat memutar badan dan memandang wanita yang bisa ia sentuh. "Terima nasib aja, kamu gak akan aku biarin pergi dari sini!" lontar lelaki itu. "Fokus aja ke pemulihan badanmu itu, udah punya penyakit ke gitu makan gak teratur," cibirnya.Wanita itu mengerutkan kening mendengar penuturan Devano. "Makan mie doang tiap hari, emang gaji yang kukasih kurang! Lihat badanmu kurus banget, gak ada dagingnya kayanya. Tulang doang!" Mulut Kania terbuka saat mendengar ucapan lelaki itu yang sangat tepat. "Apa! Kok Tuan, tau. Jangan-jangan Tuan ngincer saya ya dari dulu," tuduh Kania.Devano memutarkan bola mata mendengar asal tebakan wanita tersebut. Dia bersidekap dan memandang sinis Kania. "Siapa kamu? Sampe aku mantau. Jangan kegeeran dan besar kepala, aku pengen dapetin kamu karena cuma kamu yang bisa kusentuh."Wanita ini mengerutkan kening sampai alis menyatu, meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 8

    Semua langsung menoleh menatap asal suara, mereka semua melotot akibat terkejut. Melihat hal ini Devano melangkah mendekati, saat Kania hendak pergi dia dipegangi tangannya oleh orang yang berada di dekatnya. "Tuan, dia mau kabur. Hukum aja, beraninya kabur dari Tuan, udah bagus Tuan memilih dia," cerocos seorang perempuan.Devano melemparkan pandangan sekilas pada perempuan tersebut, lalu ia kembali menatap Kania. Senyuman sinis terulas di bibir lelaki tersebut, dia bersidekap. "Kalian pintar juga, memang benar. Kalau Dia! Berhasil kabur, kalian yang bakal kena dampaknya. Jadi ... kalau kamu masih berusaha kabur silakan, siap-siap aja mereka bakal ku pecat atau bahkan lebih," ucap Devano dingin.Mata Kania membulat sempurna mendengar ucapan Devano. ia melepaskan cengkraman tangan kepala pelayan yang memeganginya, lalu segera berjalan mendekati Devano dan menunjuk wajah pria tersebut dengan lengan gemetar. Semua yang berada di ruangan tersebut terkejut, wajah mereka memucat, melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 9

    Waktu terus bergerak tanpa jeda, seolah berlomba dengan detak jantung manusia. Hanya saja ia tak ikut berhenti kala para makhluk meninggal. Devano tengah berdiri di ambang pintu, menatap rintik hujan yang mengguyur bumi dan atap kediaman seluruh wilayah yang dikuasai. Pandangan mata begitu dingin sekaligus tajam, seperti dari tatapannya keluar sebuah benda tajam yang siap menghunus lawan.Lelaki ini sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, menatap benda kecil yang terus berputar menandakan waktu terus berjalan. Hawa dingin menusuk kulit tidak membuat lelaki ini mengubah riak wajah. Helaan napas kasar terdengar saat melihat bawaan yang baru sampai."Maaf, Tuan. Saya terlambat, saya bingung memilih pakaian buat Kania, karena tak tau ukuran badannya. Pas mau nanya, Tuan sudah mematikan sambungan telepon." Devano memiringkan kepala menatap bawaannya, apalagi mendengar suara pria itu yang terdengar gemetar membuat lelaki ini hanya memandang sinis."Kauu menyalahkanku! Ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 10

    Wanita paruh baya itu mulai menceritakan semua yang di dengar. Ekspresi kesal muncul di riak wajah Kania kalah mendengar, tangannya terkepal merasakan amarah merambat. Lalu saat diri dikuasai emosi, dia tersadar kala merasakan sentuhan yang memegang tangannya. "Kenapa Ibu gak bilang pas aku dateng, dia bener-bener keterlaluan! Cuma gara-gara luka kecil di bibir ini. Dia sampe mecat Sella," geram Kania. Suara Kania sampai gemetar karena kemarahan, sedangkan wanita paruh baya tersebut segera meremas lembut tangan Kania. Seolah mencoba memadamkan api yang berkobar di hati perempuan tawanan sang majikan. Namun, belum sempat mengeluarkan suara, pintu terbuka dan muncul kepala pelayan menatap mereka. "Aku paham kamu peduli sama dia," seru sang kepala pelayan. Dia berkata demikian seraya menunjuk Kania. "Tapi jangan kasih tau semuanya, cukup seperlunya aja. Kalau Tuan Devano tau, bisa membahayakan kita semua, tau!" Dia memperingati dengan nada tegas, membuat Kania yang mendengar hal t

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 11

    Mata Devano terlihat tajam saat menatap layar yang menampilkan Kania yang sedang berada di kamar. Kepalanya sedikit miring, dan dia tersenyum sinis melihat gerakan gelisah wanita tawanan itu. Terlihat wanita tersebut sesekali menggigit bibir bawah, dan itu membuat pria yang melihat hal ini merasa gejolak sesuatu di tubuh. "Apa yang sedang kamu pikirkan, gadis kecil?" gumamnya dengan nada mengejek.Tiba-tiba, pintu terbuka dengan tiba-tiba, membuat Devano terkejut. Dia cepat-cepat menutup laptop dan menoleh ke asal suara. Mata pria tersebut menemukan Alex, bawahannya, yang tampak kaget juga. "Sudah bosan dengan pekerjaanmu, ya?" geram Devano dengan suara tinggi.Alex menelan ludah saat mendapatkan tatapan begitu sinis dari Devano. Dengan rasa takut yang jelas terpancar dari mata pria tersebut, ia segera mendekati sang Bos dan kini berada di samping majikannya ini. "Kalau gak di paksa Ka Wiliam, mana mungkin aku mau diam terlalu lama di sisimu Tuan!" Tetapi lelaki itu hanya berani m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 113 [TAMAT]

    Devano terperanjak mendengar seruan sang istri kala selesai menutup pintu, percakapan mereka tidak terdengar ke luar. Lelaki itu segera memandang wajah cemburu Kania dan membelai penuh kasih sayang. “Apa yang dipikirkan otak kecilmu itu, jangan bicara sembarangan,” tegur lelaki itu. Dia mendorong kening Kania membuat sang empu mengerucutkan bibirnya, lelaki itu segera menyalakan kemudi lalu Kania spontan memegang lengannya membuat dia menoleh. “Ada apa lagi,” kata Devano dengan nada malas. Perempuan itu masih memajukan bibirnya, dia bahkan berani menunjuk pipi sang suami sampai jari wanita tersebut menyentuh wajah Devano. “Kamu pasti berbohong, karena kamu sedikit lagi mau sembuh. Kamu mau mencari wanita lain yang lebih pantas denganmu,” sungut perempuan tersebut. Devano memutarkan bola mata mendengar ucapan sang istri, ia memilih mematikan mesin kendaraan lagi dan tangannya memilih menggengga

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 112

    Li Jiazhen segera pergi setelah selesai dengan urusannya, tidak ingin menyulut amarah Devano lagi. Kini hanya sepasang suami istri ini yang ada di ruangan, kekasih Kania melangkah kaki menuju dispenser air lalu menyalakan unruk mengisi air di gelas dan meneguk hingga tandas. Sang perempuan tersebut mengikuti, tetapi lelaki ini sama sekali tak mengeluarkan suara. Terlihat jelas dari wajah tidak ingin diganggu sedikitpun."Sayang ….""Kamu marah?" tanyanya pelan.Lelaki ini hanya melirik tanpa menjawab pertanyaan Kania, padahal wanita itu sudah sangat jelas tau jika sang suami tengah berperang dengan emosi yang bergejolak."Pergilah! aku bakal lembur, kamu pulang aja."Devano secara halus mengusir sang istri, mendengar hal ini Kania menggeleng. Perempuan itu segera memeluk suaminya yang berjalan menuju sofa, membuat sang empu menghentikan langkah."Maafkan aku, Sayang. Lain kali aku gak bakal berbicara dengan pria itu kalau diajak

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 111

    Karyawan itu tidak menanggapi ucapan Devano, dia langsung berlari lalu memeluk suami Kania. Mata pria tersebut membulat sempurna karena terkejut, ia berusaha melindungi minuman yang dibawa agar tidak tumpah.“Tuan … terima kasih!”seru lelaki tersebut.Setelah tersadar akan pandangan mata Devano, ia segera melepaskan pelukkan lalu menjauh. Menundukkan kepala tidak berani memandang wajah pemilik perusaaan ini.“Di mana sikapmu yang tadi? Kenapa sangat cepat lenyap,” ucap Devano datar.Pria ini semakin menunduk, sedangkan yang lain hanya memandang nanar. Mereka segera melakukan pekerjaan kembali kala Devano melirik semua. “Sudahlah, aku tidak mau menakutimu lagi. Selamat karena sudah menjadi Ayah, doakan istriku juga. Semoga dia lancar sampai anakku lahir,” ujar Devano.Karyawan itu mengangguk lalu mengucapkan terimakasih dan mendoakan istri Devano yang dibalas senyuman pria tersebut. Beberapa orang yang melihat memandang tak perca

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 110

    Devano mendengar ucapan karyawannya langsung mendelik, ia kembali memandang ke depan.“Kalau kamu ada kesalahan lagi aku gak akan mengeluarkanmu begitu saja dari ruangan, aku aku keluar mau menjemput istriku di luar. Oh ya, siapkan minuman untuk dia, eh jangan! Biar saya aja yang buat, kamu cepat pergi beli susu untuk ibu hamil,” seru Devano.Setelah berkata demikian lelaki itu kembli bergegas melangkah, sedangkan karyawan yang diperintahkan mulutnya terbuka lebar. Ia benar-benar tidak mengenali Devano, sikap sangat berbeda dengan dulu. Bahkan sekarang ada rasa toleransi, dia merasa bersyukur akan kehadiran yang datang ke hidup sang Bos.“Ah, iya! Aku harus segera pergi membeli susu ibu hamil,” pekik pria tersebut.Dia langsung berlari untuk melakukan kerjaannya, se

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 109 [PART 2]

    William terperanjak mendengar suara Devano, membuat ia spontan menginjak pedal gas. Beruntung Kania sudah memakai sabuk pengaman dan berpegangan sebagai jaga-jaga. Bahkan handphone yang dipegang perempuan tersebut sampai terjatuh, lelaki sedang berganti profesi jadi supir ini lekas mematikan mesin dan membantu mengambil ponsel sang majikan.“Tu-Tuan,” kata William terbata-bata kala melihat layar handphone.Pria yang dipanggil Tuan itu memasang wajah datar kala mendengar suara William, sedangkan Kania segera mengambil handphone lalu segera mengganti jadi kamera depan.“Sayang, kamu mengejutkan kami,” tegur Kania.Lelaki itu hanya mendengkus mendengar teguran sang istri, ia memalingkan wajah menyembunyikan riak kekesalan.“Iya, maafkan aku. Aku hanya terkejut karena William melajukan kendaraan sangat kencang,” seru Devano.Me

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 109 [PART 1]

    Waktu terus bergerak sangat cepat, kini kehidupan sepasang suami istri itu sangat harmonis. Tetapi kadang Kania sangat jengkel pada Devano karena terlalu oper protektif pada dia. Bahkan untuk ke dapur aja tidak diperbolehkan, katanya takut sesuatu hal buru terjadi."Yasmin … aku sangat bosan," keluh Kania.Bibirnya mengerucut tanda sangat kesal, sedangkan Yasmin paham akan perasaan keduanya. Satu sisi Devano takut sesuatu terjadi, karena pas usia kandungan perempuan itu empat bulan, Kania sempat hendak terjatuh di dapur akibat ada minyak yag tumpah. Bahkan karena hal tersebut, beberapa pelayan dipecat begitupun yang tak menyukai wanita hamil ini."Tuan begitu karena sangat menyayangimu, takut kamu kenapa-napa," balas Yasmin.Kania menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Yasmin, tetapi ia juga kembali cemberut karena merasa terkekang di sangkar emas milik sang suami. Sedangkan sahabat perempuan tersebut, sebenarnya mereka percakapan dan segera m

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 108 PART 2

    Mendengar ucapan wanita itu mereka terdiam sejenak, membuat Elsa langsung menyeringai. Tak berselang lama perempuan tersebut segera dibopong salah satu dari para pria ini.“Diamlah, Nyonya! Ini perintah Tuan Devano, kalau anda terus memberontak. Mohon maaf kalau kami bakal kasar, karena Tuan Devano memperbolehkan hal itu.”Mendengar hal itu Elsa membulatkan mata, perempuan tersebut berhenti memberontak. Sedangkan bawahan Devano lekas memasuki ke kendaraan, William yang ada di dalam mobil hanya tersenyum lalu melajukan alat tranfortasi tersebut.“William, kalian mau membawaku ke mana?” tanya wanita tersebut.Lelaki tersebut tidak menjawab, membuat Elsa mengepalkan tangan.“Pinjam handphone-mu, aku mau berbicara dengan anakku.’Elsa menyodorkan tangannya ke arah William, pria tersebut tak merespon sedikitpun membuat Ibu Devano memakinya. Tangan perempua

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 108 PART 1

    Suara lembut dan serak terdengar di indra pendengar Devano, apalagi panggilan sayang membuat ia bergegas menoleh. Senyuman langsung ia lemparkan kala mata bertabrakan dengan manik Kania. Tatapan perempuan itu masih sangat sayu, pria ini segera menyudahi telepon lalu memasukkan benda pipih ke saku. Melangkah mendekat dan melingkarkan pelukkan di pinggang Kania.“Sayang, kamu ngobrol sama siapa tadi?” tanya Kania dengan suara serak.Devano mendengar perkataan Kania hanya mengulas senyuman, dia membenarkan pelukkan pada istrinya agar wanita ini nyaman.“Gak perlu kamu pikirkan, mendingan temani aku berbaring sebentar. Kepalaku agak pusing,” tutur pria tersebut.Mendengar perkataan sang suami, Kania spontan mengarahkan punggung tangan ke dahi Devano dan dia sendiri. Gerakkan perempuan tersebut sangat cepat, refleks dilakukan seolah ingin segera memastikan keadaan pri

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 107 PART 2

    Liburan keluarga besar ini masih sangat ramai, walau beberapa sudah ada yang pergi. Entah karena urusan mendadak atau usiran dari pria berstatus suami Kania. Mereka sekarang tengah pulang ke kediaman masing-masing, sedangkan Devano pergi mengantarkan Farrah terlebih dahulu. Saat gadis kecil itu turun diikuti istri lelaki tadi mengemudi, kedua manusia saling berpelukkan."Auntie, nanti kalau jalan-jalan ajak aku lagi ya," kata Farrah.Mendengar perkataan gadis kecil itu, Devano mendelik. Dia memandang sinis Farrah, tetapi disambut senyuman di bibir perempuan muda ini."Cih, malas aku bawa kamu. Kamu menyabotase waktu istriku," balas lelaki berkemeja hitam itu.Kania hanya terkekeh mendengar balasan sang suami pada Farrah, wanita itu langsung mengulurkan tangan dan mengusap penuh kasih sayang puncuk kepala gadis kecil tersebut."Gak usah dengarkan, Paman. Okey, nanti Auntie ajak ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status