Beranda / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Bab 75 – Pengasuh Bayi

Share

Bab 75 – Pengasuh Bayi

Penulis: Sanny Rama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 23:57:24

“Tidak. Jangan. Sss...” Ziana mencoba menolak sambil terus menahan rasa sakitnya. Tapi Mahanta sudah melucuti penutup atas tubuhnya. Refleks Ziana menyilangkan kedua tangan di depan tubuhnya. Pandangan mereka kembali bertemu sebelum Mahanta melahap pucuk dada Ziana.

Kedua tangan Ziana masih berusaha mendorong Mahanta agar menjauh. Tapi rasa sakitnya bertambah saat pucuk dadanya ikut tertarik.

“Ach! Sakit!” desis Ziana lalu memalingkan wajahnya tidak mau menatap Mahanta.

Tubuh Ziana merinding ketika perlahan bengkak di kedua bukit kembarnya mulai berkurang. Meriang yang sempat dirasakannya perlahan mulai menghilang. Meskipun sesekali masih terasa panas dingin, setidaknya kondisinya tidak separah tadi.

Ziana menggigit bibir bawahnya merasakan sensasi lain yang tiba-tiba muncul. Nafasnya mulai memburu hingga wajahnya merona merah. Terlebih Mahanta sepertinya belum mau menyudahi perlakuannya pada pucuk dada Ziana.

Perutnya juga terasa nyeri dan ada cairan panas yang terus keluar dari bagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 76 – Kamu Jahat, Mas

    “Ah, nggak, Maha. Tante cuma mau nanya apa kalian sudah makan? Kalau belum, biar maid yang mengantar makanan untuk kalian,” ucap Juwita salah tingkah sambil mencoba mengintip ke dalam kamar.“Ziana sedang mandi, tante. Sekalian aku mau minta ijin menginap disini malam ini.”“Loh, ini juga rumahmu, Maha. Kenapa minta ijin segala. Memangnya kalian sudah baikan ya?”Mahanta menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. Dia sampai lupa kapan terakhir kali keramas. “Belum sih, tante. Aku lagi usahakan.”“Makanya jujur kalau ada masalah. Sikap diammu dan menghindar dari masalah hanya akan membuat Ziana salah paham. Lalu ujung-ujungnya apa? Ziana sampai minta cerai ‘kan?”“Aku belum bisa cerita sekarang, tante. Secepatnya...”Tiba-tiba Mahanta menghentikan ucapannya ketika melihat seseorang yang familiar keluar dari dapur. Pria itu memundurkan tubuhnya ke dalam kamar hingga hanya kepalanya saja yang terlihat. Ditariknya tangan Tomo masuk ke dalam kamar, lalu tangan Juwita hingga kini mereka berada

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 77 – Dugaan Tak Terduga

    “Bagaimana bisa kamu berpikir begitu? Bayi itu, anak kita, mas,” sambung Ziana yang mulai menangis sedih.Mahanta semakin panik lalu berlutut di hadapan Ziana sambil memegang tangannya. “Maafkan aku, sayang. Sungguh, aku juga memaki diriku sendiri karena bersikap egois seperti itu. Tapi akhirnya aku memilih mengikuti kemauan penculik itu.”“Apa kamu tahu siapa penculik itu, Maha?” tanya Juwita.“Sherena. Apa om benar?”Jawaban Tomo membuat Mahanta mengangguk cepat. “Aku berhasil mendapatkan petunjuk dari perawat yang membersihkan bayi kita saat itu. Dia mengatakan kalau salah satu temannya bertemu diam-diam dengan Sherena. Aku juga sudah memeriksa rekaman CCTV di rumah sakit saat itu. Sherena datang ke ruang bayi dengan memakai pakaian pasien, bersama perawat yang menggendong seorang bayi. Dan keluar lagi masih dengan formasi yang sama.”“Apa itu artinya Sherena menukar bayi kalian saat itu?”“Iya, om. Hanya itu kesempatannya.” Mahanta kembali beralih menatap Ziana yang masih sesengguk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 78 – Tempat Persembunyian

    “Dia bisa libur satu kali seminggu dan biasanya menyesuaikan jadwal dengan Ziana. Untuk minggu ini, besok liburnya. Biasanya dia pergi keluar mansion pagi-pagi sekali dan baru kembali setelah makan malam,” sahut Juwita.“Kalau begitu, aku akan mengatur seseorang untuk mengikutinya. Dan kalau kita beruntung, mungkin kita bisa menemukan dimana Sherena menyembunyikan bayi kami.”Mahanta kembali menggenggam tangan Ziana yang buru-buru menarik tangannya kembali. “Cepat pergi sana. Aku akan melihat apa yang dilakukan pengasuh itu alias Sherena.”“Hati-hati, sayang. Kita semua tahu kalau Sherena sangat licik. Dia bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.”Mahanta pun terpaksa meninggalkan mansion itu meskipun hatinya masih tidak tenang. Membiarkan Ziana dan Sherena dalam satu atap, sama saja mengumpankan Ziana ke mulut harimau.Sepeninggal Mahanta, Ziana mendekati kamar Ananda. Perempuan itu sengaja tidak mengungkapkan kehadirannya demi mengetahui apa yang sedang dikerjakan pengasuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 79 – Kabar Baik

    “Bos, buka pintunya, bos. Saya mau laporan,” ucap salah anak buah Lintang yang menempel seperti cicak di kaca mobil pria itu.Lintang segera membuka kunci mobilnya lalu membiarkan anak buahnya masuk. Mereka mendengarkan laporan tentang orang yang tinggal di rumah tempat pengasuh Rena masuk tadi.“Selain pengasuh itu, ada dua wanita lain yang tinggal dan seorang bayi. Mereka sudah tinggal disana sejak sebulan yang lalu. Dan sebelumnya ada salah satu dari wanita itu yang hamil besar,” ucap anak buah Lintang.“Lalu, wanita itu melahirkan bayi yang menangis tadi?” tebak Lintang.“Iya, bos. Kok bos tahu?”“Jangan ngelawak. Cepat bilang, apalagi yang kamu dengar?”“Tetangga mereka bilang kalau mereka akan pindah besok.”Mahanta dan Lintang saling pandang lalu mengangguk pelan. Mereka harus bertindak cepat dan menyelamatkan bayi itu sebelum terlambat. Lintang segera mengumpulkan anak buahnya untuk melakukan penyergapan malam ini juga.~~~Ziana menunggu dengan cemas setelah mendapat kabar da

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 80 – Perpisahan Lagi

    “Mereka berhasil dilumpuhkan. Tapi Sherena berhasil kabur. Sepertinya kita akan menghadapi masalah yang lebih besar lagi setelah ini,” ucap Mahanta sambil melirik Ananda.“Apa maksudmu, mas?”“Aku hanya menebaknya saja. Terlebih nenek Darisa masih sangat menginginkan aku menikah dengan Sherena. Entah apalagi yang akan Sherena rencanakan sekarang.”“Aku rasa dia tidak akan bertindak ceroboh. Senjatanya saja ditinggal disini. Bisa-bisanya dia menukar bayi kalian dengan bayinya sendiri. Sekarang apa yang akan kita lakukan pada Ananda?” tanya Tomo.“Apa maksud, ayah? Ananda akan tetap bersama kita. Dia masih bayi, ayah. Aku akan merawatnya.”Mahanta, Tomo, Juwita, dan Lintang saling pandang, sebelum Tomo bicara lagi. “Kamu yakin, Ziana? Ananda itu bayinya Sherena ‘loh.”“Aku tahu, ayah. Tapi dia tidak bertanggung jawab terhadap perilaku orang tuanya. Kalau memang Sherena ingin mengambil Ananda, aku tidak keberatan sama sekali.”“Ya sudah. Yang dikatakan Ziana ada benarnya. Apa hasil test

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 81 – Mencari Bukti

    “Bunda paham kecemasanmu. Tapi mereka melakukannya untuk menghentikan Sherena. Wanita itu sudah banyak sekali menyakiti orang lain, termasuk keluargamu, Ziana. Seseorang harus menghentikannya dan menjebloskan dia ke penjara.”“Bunda tahu ceritanya?”“Maha sudah menceritakan semuanya. Bunda pikir, kelakuan Sherena hanya sebatas sikapnya yang sombong dan arogan. Tapi ternyata lebih parah dari itu. Pertama toko kuenya Hannah, lalu kakak iparmu difitnah ‘kan? Belum lagi kematian kedua orang tuamu dan kakak iparmu itu juga.”“Apa, bunda?”Juwita langsung gelagapan menyadari dirinya sudah keceplosan. Mahanta memang menceritakan semuanya tentang perbuatan Sherena termasuk dugaan kematian orang tua Ziana, dan Renan yang berhubungan dengan Sherena. Tapi Mahanta meminta Juwita merahasiakan bagian kematian ketiga keluarga terdekat Ziana itu.“Bunda, apa maksud ucapan bunda tadi? Sherena ada hubungannya dengan kematian kedua orang tuaku dan kak Renan? Darimana bunda tahu itu? Katakan, bunda,” des

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 82 – Duplikat Handphone

    “Simpan saja wajah memelasmu itu. Siapa suruh menyakiti istrimu disaat dia paling membutuhkanmu. Melahirkan sendirian itu tidak enak, Maha. Ziana pasti merasa tidak punya suami, padahal masih ada.”“Aku tahu, om. Dan aku sangat menyesal. Tapi aku tidak mau berpisah dengan Ziana. Aku tidak bisa hidup tanpa dia, om.”“Bulol memang terdepan, om. Percuma saja menasehatinya sekarang. Satu-satunya yang ia inginkan hanya Ziana,” sambar Lintang.“Kita bahas nanti saja. Lihat kesana.”Mereka bertiga menoleh ke arah yang ditunjuk Tomo. Tampak sebuah mobil yang mereka tunggu sejak tadi, akhirnya lewat di hadapan mereka. Lintang segera menyalakan mesin mobil dan menjalankannya keluar dari tempat persembunyikan mereka. Bukan hanya mobil Mahanta, tapi juga beberapa mobil lain bermunculan mengepung mobil itu.Pengiriman uang memang sengaja dilakukan di pagi hari saat jalanan dipenuhi kendaraan yang berlalu-lalang. Dan kali ini perjalanan mereka sedikit terganggu karena penutupan jalan yang dilakukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 83 – Saudara Tiri

    “Maid, cepat kesini. Kenapa meja makan masih berantakan? Cepat bereskan,” omel Juwita.Ziana yang mendengarnya, menghela nafas lega lalu mendorong Arjuna agar berjalan keluar mansion lebih cepat. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan pergi dari mansion itu. Masih belum tenang, Ziana terus menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengejarnya.“Jangan menoleh lagi. Kita keluar seperti biasa. Bukan maling. Apa yang membuatmu khawatir?”“Aku tidak bilang mau pergi pada bunda. Bagaimana kalau bunda tahu aku keluar bersamamu?”“Sebaiknya kau tidak membawa-bawa namaku atau aku tidak mau menolongmu lagi.”“Apa-apaan itu? Kau tidak mau bertanggung jawab?”Arjuna mendengus kesal, “Justru aku sedang melakukan tanggung jawabku sekarang. Sekarang kita mau kemana?”“Apa kau lupa untuk menduplikat handphone ini?” Ziana menggoyangkan ponsel yang masih dipegangnya.“Ya, aku tahu.”Mobil terus bergerak cepat menuju sebuah tempat yang tidak bisa Ziana bayangkan sebelumnya. Saat Arjuna memark

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 118 – Menarik Simpati Ziana

    Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu menyuapi Ra

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 117 – Permintaan Tolong

    “Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 116 – Jadi Atau Tidak?

    “Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 115 – Olahraga Malam

    “Pelan, mas. Sa-sakit,” lirih Hannah dengan suara serak menahan hasratnya.“Tahan, sayang. Aku coba lagi ya.”Lintang yang kepalang tanggung, mendorong tubuhnya hingga berhasil memasuki celah sempit milik Hannah. Pria itu mengerang keras saat miliknya terasa hangat dan terjepit ketat. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Lintang membuatnya menunduk mengecup pipi Hannah.Ditatapnya ekspresi wajah Hannah yang meringis menahan sakit. Dia tidak menyangka efek perawatan yang disarankan Ziana membuat miliknya seperti perawan lagi. Akibatnya Hannah merasakan sakit seperti malam pertamanya dengan Renan.“Sakit, mas,” lirih Hannah membuat Lintang mencium bibirnya lagi.Lintang terus menyentuh tubuh Hannah, membuat wanita itu melupakan rasa sakitnya hingga bisa menerima miliknya di dalam sana. Perlahan Lintang menggerakkan tubuhnya hingga miliknya terasa lebih licin. Suara desahan dan decapan mendominasi kamar yang berhawa sangat dingin itu. Tapi sedingin apapun suhu kamar itu tidak bisa mengur

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 114 – Baju Halal

    Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tanpa peringatan. Hannah yang kaget, nyaris terjatuh karena refleks mundur dari depan pintu. Lintang dengan sigap meraih pinggang Hannah lalu memeluknya.“Hati-hati, sayang. Sedang apa kamu disini?”“Aku... itu... anu...”Rasa gugup membuat Hannah tergagap. Matanya mencoba melirik ke dalam kamar mandi, tepatnya ke arah koper mereka yang terlihat terbuka lebar. Wajah Hannah semakin pias dengan kemungkinan Lintang sudah melihat baju itu.“Kamu kenapa, sayang? Makanannya sudah datang?”“Iya. Sudah. Kamu mau makan sekarang?”“Ayo,” ajak Lintang.Hannah tidak punya alasan untuk membuatnya kembali masuk ke kamar mandi, hingga memilih mengikuti Lintang. Mereka duduk berdampingan lalu mulai menikmati hidangan makan malam di depan mereka. Lezatnya rasa makanan itu membuat Hannah tidak berhenti mencicipinya.“Enak ya?” tanya Lintang yang diangguki Hannah.“Makanannya enak sekali. Pas di lidah. Aku pikir makanan seperti apa yang ada di hotel mewah seperti ini.

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 113 – Hadiah Dari Ziana

    Setelah pesta resepsi pernikahan itu selesai, kedua pasang pengantin baru itu pun berangkat dengan mobil masing-masing. Lintang dan Hannah menuju hotel, sedangkan Arjuna dan Rianti menuju apartemen Arjuna.“Wah, hotelnya besar sekali, mas,” puji Hannah kagum. Dia tidak pernah masuk ke hotel sebesar itu selama hidupnya.“Ini hadiah pernikahan dari om Tomo. Hotel ini juga punya om Tomo. Ayo, kita check in dulu.”Lintang menuntun Hannah mendekati resepsionis yang sudah siap menyambut kedatangan mereka. Seorang office boy mengambil alih koper yang dibawa Lintang, lalu mengantar keduanya menuju kamar hotel tempat mereka akan menginap selama tiga hari dua malam itu.“Silakan masuk, tuan, nyonya,” ucap office boy itu setelah pintu kamar terbuka lebar di hadapan mereka.“Terima kasih. Taruh saja kopernya di sini,” sahut Lintang lalu memberikan tip untuk office boy itu.Hannah memasuki kamar lebih dulu dan langsung mendekati jendela besar di dekat tempat tidur. Ia ingin melihat pemandangan dar

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 112 – Dua Pasang Pengantin

    “Daripada mereka live show disini? Gimana kalau Rania melihatnya?”Mahanta buru-buru mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Arjuna. Dering telepon terdengar jelas dari kantong jas Arjuna, tapi justru diabaikan pria itu yang masih asyik mencumbu Rianti. Belum menyerah, Mahanta mengulangi terus panggilan itu, hingga Rianti menghentikan ciuman Arjuna.“Ada telepon, Ar,” ucap Rianti sambil mendorong pelan bahu Arjuna.“Biarkan saja.”“Tapi sepertinya penting. Kita bisa lanjutkan nanti.”Arjuna menatap wajah Rianti yang sudah memerah sampai ke telinganya. Bibir wanita itu terlihat pucat dan ada sedikit bekas gigitan karena ulahnya. Mau tidak mau Arjuna mengalihkan pandangannya ke arah jasnya yang tergeletak di lantai begitu saja.“Siapa sih, mengganggu saja.” Kening Arjuna mengerut melihat nama Mahanta muncul di layar ponselnya. Pria itu segera mengedarkan pandangannya dan melihat sahabatnya berdiri tidak jauh dari posisinya. “Kamu ngapain sih? Ganggu saja.”“Heh! Kalau nggak gitu, kamu mau

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 111 – Takut Khilaf

    Hari yang ditunggu-tunggu, hari pernikahan Hannah dan Lintang akhirnya tiba juga. Semua orang sudah berkumpul di halaman mansion Tomo untuk menyaksikan upacara sakral itu. Meskipun tidak banyak tamu undangan, tapi sudah cukup membahagiakan bagi Hannah dan Lintang. Acara akad akan segera berlangsung ketika Arjuna tiba di mansion itu. Tidak seperti biasanya, wajah pria itu terlihat muram dan lelah. Entah kemana perginya Arjuna yang selalu ceria dan bersemangat. Tanpa mempedulikan sekitarnya, Arjuna segera duduk di kursi khusus untuknya. Ia tersenyum tipis saat bertatapan dengan Mahanta yang duduk bersama Ziana.“Lihat itu Arjuna sudah datang,” bisik Mahanta pada Ziana. “Iya, aku sudah melihatnya. Lihat penampilannya kacau sekali.”“Aku dengar sejak kejadian malam itu, Arjuna hanya mengurung diri di apartemennya. Ia hanya makan kalau Lintang membawakannya makanan. Selebihnya hanya diam melamun. Apa Rianti tidak mengatakan apa-apa?”“Mereka sama-sama keras kepala. Sampai sekarang aku be

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 110 – Mari Kita Bicara

    Tengah malam, Rianti tersentak kaget lalu mengerjakan matanya perlahan. Ia mencoba mengingat keberadaannya saat ini yang masih berada di kamar Zaidan. Saat Rianti memeriksa boks bayi itu, matanya melotot karena Zaidan tidak ada di dalam boks itu. “Zaidan dimana?” Lekas Rianti berlari keluar kamar dan melihat sekitarnya sudah gelap. Sedikit ragu, Rianti menoleh ke arah kamar Ziana dan Mahanta. Besar kemungkinan Zaidan ada disana. Tapi alasan kenapa Ziana tidak membangunkan Rianti membuatnya bingung. “Apa kucoba ketuk saja ya?” Rianti berjalan mendekati pintu kamar dan bersiap mengetuknya. Tapi tangannya melayang di udara karena keraguan yang masih menggantung. Akhirnya Rianti memutuskan untuk mengirimkan chat pada Ziana. {“Malam, nona. Maaf saya ketiduran tadi. Apa sekarang bayi Zaidan bersama nona?”}Rianti mengirimkan chat itu dan menunggu. Ia berharap Ziana masih terbangun dan membalas chatnya. Tapi selang lima menit kemudian, belum juga ada balasan dari Ziana. Pesannya juga ti

DMCA.com Protection Status