Home / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Bab 37 – Calon Suami Harus Peka

Share

Bab 37 – Calon Suami Harus Peka

Author: Sanny Rama
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mahanta melepaskan pitingannya dari kedua sahabatnya lalu ganti memeluk Ziana yang masih kebingungan. Ditariknya paksa tubuh perempuan itu masuk kembali ke dalam kamar tanpa memperdulikan bagaimana kedua tamunya.

“Apa-apaan kamu?” sentak Ziana agar Mahanta melepaskan pelukannya.

“Gila ya kamu! Ngapain kamu keluar nggak pakai daleman gini?!” bentak Mahanta balik.

“Siapa yang nggak pakai daleman?!”

Tanpa bisa dicegah, Mahanta menyentuh seluruh tubuh Ziana untuk memastikan sendiri kalau perempuan itu memang sudah memakai pakaian dalamnya sebelum keluar kamar. Sentuhan Mahanta tidak berhenti meskipun pria itu sudah merasakan pakaian dalam Ziana dibalik piyama tebal yang dipakainya. Menyentuh Ziana seperti ini membuat bagian intinya menegang lagi.

“Maha, berhenti... ja-jangan,” lirih Ziana kegelian.

“Sebentar saja, sayang. Aku tegang,” bisik Mahanta lalu menciumi leher Ziana dengan brutal.

“Ekhem! Kalau mau main, minimal pintunya ditutup dong!” seru Arjuna dari luar kamar. Pria itu sengaja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 38 – Bukan Keluarga Hirawan

    “Nggak usah mikirin dia. Apa kamu nggak mau ketemu Om Tomo dan Tante Juwita?”Senyum cerah seketika menghiasi wajah Ziana. Perempuan itu merasa sangat bahagia karena bisa bertemu lagi dengan dua orang yang sangat baik itu. “Mereka kesini juga? Dimana? Maha, antar aku kesana.”“Coba kita cari kesana ya.”Mahanta menuntun Ziana melewati beberapa tamu undangan yang masih mengantri untuk bisa masuk ke dalam ballroom. Keduanya memasuki ballroom dengan mudah karena anak buah Hasan membuka jalan untuk mereka. Saat Mahanta mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Tomo dan Juwita, seseorang memanggil Ziana.“Ziana sayang,” panggil Juwita yang sudah melihat mereka lebih dulu.“Bu Juwita,” sahut Ziana lalu berjalan mendekati wanita paruh baya itu sambil menarik tangan Mahanta.Juwita menyambut ramah kedatangan Ziana dan langsung memeluk perempuan itu dengan erat. “Kangen banget sama kamu. Kenapa kamu nggak mampir ke rumah kami?”“Ziana lagi ngidam, tante. Dia nggak bisa sering-sering keluar,”

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 39 – Menghadapi Sherena

    Ziana merasa sedikit mual mencium aroma parfum mahal disekitarnya, dan memutuskan pergi ke toilet untuk menyegarkan diri. Tapi sebelum masuk ke toilet, perempuan itu melihat ada lorong yang tembus sampai ke balkon di belakang ballroom. Alih-alih ke toilet, Ziana memutuskan melangkah menuju balkon itu. Pilihannya tidak salah karena pemandangan kota di malam hari sejauh mata memandang membuat Ziana tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ziana berjalan sampai ke pinggir balkon, sembari menyapu pemandangan indah yang jarang dilihatnya itu. “Bagus sekali,” ucapnya kagum. “Indah ‘kan?” Ziana menoleh cepat saat mendengar suara bariton di belakangnya. Kewaspadaannya sedikit berkurang saat melihat pria yang dikenalnya berada di balkon yang sama. “Pak Jay, apa kabar? Sedang apa Bapak disini?” “Kabar baik, Na. Menurut kamu, aku ngapain disini?” Ziana memperhatikan penampilan Jay dengan setelan jas dan hair do yang lain dari biasanya. Sadarlah ia kalau Jay juga diundang ke acara pesta ulang t

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 40 – Playing Victim

    “Capek banget ya bicara sama kamu. Bebal banget. Apa Maha juga secapek ini ya? Karena itu dia ninggalin kamu dan lebih nyaman denganku?”“Kamu! Dasar jalang sialan!”Ziana menelan salivanya melihat sorot kemarahan di mata Sherena. Perempuan itu berhasil memancing emosi Sherena yang tidak bisa lagi berdiam di tempatnya. Dengan higheelsnya, Sherena melangkah cepat mendekati Ziana. Tangannya terangkat ke atas siap menampar pipi Ziana seperti sebelumnya. “Aaa...!” jerit Ziana sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Akibatnya tamparan Sherena hanya mengenai tangan Ziana.“Jalang gila! Murahan! Menjauh dari Maha! Sialan!”Sherena yang sudah gelap mata, terus memukuli dan mencakar bagian tubuh Ziana yang bisa dicapainya. Tubuh Ziana membungkuk melindungi perutnya agar tidak terkenal pukulan Sherena. Sesekali Ziana meringis kesakitan karena pukulan Sherena cukup kuat untuk standar seorang wanita.“Berhenti! Menjauh dari Ziana!”Juwita yang mencari keberadaan Ziana, mendengar jeritan dari

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 41 – Visum

    “Aku juga tidak tahu pastinya, om. Yang jelas saat aku sampai di balkon, aku lihat Sherena sedang mendorong Ziana dan tante Juwita sudah lemas di lantai. Om, aku takut terjadi sesuatu dengan kandungan Ziana,” ucap Mahanta lirih.“Dokter belum memberitahu apapun, Maha. Kita masih punya harapan. Om akan menyelidiki hal ini.”Mahanta mengangguk mempercayakan masalah itu pada Tomo. Satu-satunya yang Mahanta pikirkan saat ini adalah keselamatan Ziana dan bayinya.Tak lama dokter Kavya datang dan langsung masuk ke ruang perawatan tanpa bicara pada Mahanta. Dari raut wajahnya, Mahanta bisa menebak kalau dokter Kavya sudah tahu tentang kondisi Ziana.“Kenapa lama sekali?” gumam Mahanta membuat Tomo menepuk pundaknya.“Tenanglah, Maha. Meskipun hatimu sedang cemas, pikiranmu harus tetap tenang.”“Nggak bisa, om. Bagaimana kalau__”“Jangan mendahului takdir Tuhan dengan mengatakan asumsi yang membuat pikiranmu semakin buruk. Apa kamu lupa kalau belahan jiwa om juga ada di dalam sana?”Mahanta m

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 42 – Kebohongan Sherena

    “Sherena. Wajahmu?” Nenek Darisa memperhatikan tisu di tangannya yang berganti warna seperti lebam di wajah Sherena. Meskipun bingung dengan apa yang dilihatnya, tapi nenek Darisa tidak seheboh sebelumnya.Mahanta dan Lintang yang puas melihat kebohongan Sherena nyaris terbongkar, memulai rencana berikutnya. Mahanta meraih tisu di tangan nenek Darisa. “Kamu belum cuci muka ya? Kok wajahmu kotor gini?”Lintang yang keluar dari kamar mandi dengan handuk basah di tangannya, mendekat lalu menyodorkan handuk itu pada Mahanta. “Cepat dibersihkan. Bisa-bisa infeksi kalau lukanya kotor,” ucapnya dengan wajah serius.“Benar juga. Sherena, biar Maha membantumu. Cepat, Maha,” ucap nenek Darisa.Sherena semakin panik karena Mahanta dan Lintang berdiri di sisi brankarnya. Kedua tangannya dipegang dengan kuat oleh kedua pria kekar itu. Sementara Mahanta mulai mengusap wajahnya dengan handuk basah itu.“Jangan! Lepasin!” jerit Sherena yang tidak diindahkan oleh Mahanta dan Lintang.Mahanta terus men

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 43 – Ajakan Juwita dan Tomo

    “Kamu mau mandi juga, sayang?” tanya Mahanta sambil menaikturunkan alisnya menggoda Ziana.“Aku bisa mandi sendiri. Jangan macam-macam, Maha,” tegur Ziana sembari memukul lengan pria itu.“Kamu belum boleh turun dari brankar, Ziana. Dokter Kavya bilang kamu harus bedrest. Istirahat total.”“Tapi aku baik-baik saja. Gimana caranya ke toilet kalau harus bedrest?”“Aku gendong. Kamu nggak boleh jalan. Sekarang ya?”Ziana terpaksa menahan malu dihadapan Tomo dan Juwita ketika Mahanta menggendongnya masuk ke kamar mandi. Hasrat ingin pipisnya sudah diujung tanduk dan tidak ada pilihan lain bagi Ziana. Saat Mahanta dan Ziana sibuk dengan urusan mereka di kamar mandi, Lintang menepati ucapannya untuk datang lagi. Kedua tangannya tampak membawa beberapa paper bag.“Om, tante. Ini sarapannya. Dimana Maha dan Ziana?”Belum sempat Tomo menjawabnya, terdengar jeritan tertahan Ziana dari dalam kamar mandi. Sontak Lintang menunjuk ke arah kamar mandi sambil melebarkan matanya menatap Tomo. Anggukan

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 44 – Pernikahan Private

    “Wah, gila kamu! Aku memang jomblo tapi bukan berarti incaranku istri orang,” omel Lintang tidak terima.“Siapa tahu. Namanya juga kepepet. Atau kau memang sukanya yang seperti itu?” tanya Mahanta semakin curiga.“Ngaco. Semakin banyak kita tahu informasi, semakin cepat kita mengungkap semua ini. Bukankah kau juga ingin menyingkirkan Sherena dari jalanmu?”Mahanta tidak bisa menyangkal tentang hal yang dikatakan Lintang. Setelah sekian lama berpacaran dengan Sherena, Mahanta ingin mengakhiri semuanya. Tapi Sherena tidak pernah bisa disingkirkan dengan mudah. Mahanta harus sangat berhati-hati agar Ziana tetap aman.“Kau benar. Kumpulkan semua informasinya. Akan sangat bagus kalau kita dapat buktinya juga. Tapi ingat, Lintang. Kau harus berhati-hati. Terutama pada sahabat kita.”“Maksudmu Arjuna? Apa yang membuatmu curiga?”“Jay bukan satu-satunya orang yang mendekati Sherena saat itu. Apa kau lupa?”Lintang terdiam mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. “Kenapa kalian bertiga bis

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 45 – Kado Pernikahan

    “Mah, nanti kita bicarakan. Sekarang buka saatnya,” tegur Mahanta.“Kenapa harus nanti? Lagipula tidak ada orang lain disini. Bantuan apa yang kamu maksud, Hannah?”Hannah melirik Mahanta dan Ziana bergantian sebelum menatap Intan. “Pak Maha membantu membangun toko kue di depan rumah saya, Bu Intan. Ibu ingat ‘kan saat terakhir kali kita bertemu. Tentang fitnah pada toko kue saya dan juga sewa toko.”“Ya, aku ingat. Jadi Maha yang membantumu membuka toko kue baru?”Hannah mengangguk sambil tersenyum, “Kalau bukan karena Pak Maha, mungkin saya belum bisa berjualan kue lagi sampai sekarang. Pak Maha dan Pak Lintang juga membantu membersihkan nama baik toko kue saya.”“Begitu. Jadi, apa ada surat perjanjian diantara kalian?”“Mah! Apa maksud mama bicara seperti itu?” Mahanta buru-buru mendekati Intan.“Loh, mama rasa surat perjanjian itu penting kalau menyangkut uang, Maha. Lagipula Hannah sudah bilang akan mengembalikannya. Bukannya itu sudah termasuk kesepakatan?”“Mah__”“Mamamu benar

Latest chapter

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 118 – Menarik Simpati Ziana

    Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu menyuapi Ra

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 117 – Permintaan Tolong

    “Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 116 – Jadi Atau Tidak?

    “Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 115 – Olahraga Malam

    “Pelan, mas. Sa-sakit,” lirih Hannah dengan suara serak menahan hasratnya.“Tahan, sayang. Aku coba lagi ya.”Lintang yang kepalang tanggung, mendorong tubuhnya hingga berhasil memasuki celah sempit milik Hannah. Pria itu mengerang keras saat miliknya terasa hangat dan terjepit ketat. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Lintang membuatnya menunduk mengecup pipi Hannah.Ditatapnya ekspresi wajah Hannah yang meringis menahan sakit. Dia tidak menyangka efek perawatan yang disarankan Ziana membuat miliknya seperti perawan lagi. Akibatnya Hannah merasakan sakit seperti malam pertamanya dengan Renan.“Sakit, mas,” lirih Hannah membuat Lintang mencium bibirnya lagi.Lintang terus menyentuh tubuh Hannah, membuat wanita itu melupakan rasa sakitnya hingga bisa menerima miliknya di dalam sana. Perlahan Lintang menggerakkan tubuhnya hingga miliknya terasa lebih licin. Suara desahan dan decapan mendominasi kamar yang berhawa sangat dingin itu. Tapi sedingin apapun suhu kamar itu tidak bisa mengur

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 114 – Baju Halal

    Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tanpa peringatan. Hannah yang kaget, nyaris terjatuh karena refleks mundur dari depan pintu. Lintang dengan sigap meraih pinggang Hannah lalu memeluknya.“Hati-hati, sayang. Sedang apa kamu disini?”“Aku... itu... anu...”Rasa gugup membuat Hannah tergagap. Matanya mencoba melirik ke dalam kamar mandi, tepatnya ke arah koper mereka yang terlihat terbuka lebar. Wajah Hannah semakin pias dengan kemungkinan Lintang sudah melihat baju itu.“Kamu kenapa, sayang? Makanannya sudah datang?”“Iya. Sudah. Kamu mau makan sekarang?”“Ayo,” ajak Lintang.Hannah tidak punya alasan untuk membuatnya kembali masuk ke kamar mandi, hingga memilih mengikuti Lintang. Mereka duduk berdampingan lalu mulai menikmati hidangan makan malam di depan mereka. Lezatnya rasa makanan itu membuat Hannah tidak berhenti mencicipinya.“Enak ya?” tanya Lintang yang diangguki Hannah.“Makanannya enak sekali. Pas di lidah. Aku pikir makanan seperti apa yang ada di hotel mewah seperti ini.

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 113 – Hadiah Dari Ziana

    Setelah pesta resepsi pernikahan itu selesai, kedua pasang pengantin baru itu pun berangkat dengan mobil masing-masing. Lintang dan Hannah menuju hotel, sedangkan Arjuna dan Rianti menuju apartemen Arjuna.“Wah, hotelnya besar sekali, mas,” puji Hannah kagum. Dia tidak pernah masuk ke hotel sebesar itu selama hidupnya.“Ini hadiah pernikahan dari om Tomo. Hotel ini juga punya om Tomo. Ayo, kita check in dulu.”Lintang menuntun Hannah mendekati resepsionis yang sudah siap menyambut kedatangan mereka. Seorang office boy mengambil alih koper yang dibawa Lintang, lalu mengantar keduanya menuju kamar hotel tempat mereka akan menginap selama tiga hari dua malam itu.“Silakan masuk, tuan, nyonya,” ucap office boy itu setelah pintu kamar terbuka lebar di hadapan mereka.“Terima kasih. Taruh saja kopernya di sini,” sahut Lintang lalu memberikan tip untuk office boy itu.Hannah memasuki kamar lebih dulu dan langsung mendekati jendela besar di dekat tempat tidur. Ia ingin melihat pemandangan dar

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 112 – Dua Pasang Pengantin

    “Daripada mereka live show disini? Gimana kalau Rania melihatnya?”Mahanta buru-buru mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Arjuna. Dering telepon terdengar jelas dari kantong jas Arjuna, tapi justru diabaikan pria itu yang masih asyik mencumbu Rianti. Belum menyerah, Mahanta mengulangi terus panggilan itu, hingga Rianti menghentikan ciuman Arjuna.“Ada telepon, Ar,” ucap Rianti sambil mendorong pelan bahu Arjuna.“Biarkan saja.”“Tapi sepertinya penting. Kita bisa lanjutkan nanti.”Arjuna menatap wajah Rianti yang sudah memerah sampai ke telinganya. Bibir wanita itu terlihat pucat dan ada sedikit bekas gigitan karena ulahnya. Mau tidak mau Arjuna mengalihkan pandangannya ke arah jasnya yang tergeletak di lantai begitu saja.“Siapa sih, mengganggu saja.” Kening Arjuna mengerut melihat nama Mahanta muncul di layar ponselnya. Pria itu segera mengedarkan pandangannya dan melihat sahabatnya berdiri tidak jauh dari posisinya. “Kamu ngapain sih? Ganggu saja.”“Heh! Kalau nggak gitu, kamu mau

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 111 – Takut Khilaf

    Hari yang ditunggu-tunggu, hari pernikahan Hannah dan Lintang akhirnya tiba juga. Semua orang sudah berkumpul di halaman mansion Tomo untuk menyaksikan upacara sakral itu. Meskipun tidak banyak tamu undangan, tapi sudah cukup membahagiakan bagi Hannah dan Lintang. Acara akad akan segera berlangsung ketika Arjuna tiba di mansion itu. Tidak seperti biasanya, wajah pria itu terlihat muram dan lelah. Entah kemana perginya Arjuna yang selalu ceria dan bersemangat. Tanpa mempedulikan sekitarnya, Arjuna segera duduk di kursi khusus untuknya. Ia tersenyum tipis saat bertatapan dengan Mahanta yang duduk bersama Ziana.“Lihat itu Arjuna sudah datang,” bisik Mahanta pada Ziana. “Iya, aku sudah melihatnya. Lihat penampilannya kacau sekali.”“Aku dengar sejak kejadian malam itu, Arjuna hanya mengurung diri di apartemennya. Ia hanya makan kalau Lintang membawakannya makanan. Selebihnya hanya diam melamun. Apa Rianti tidak mengatakan apa-apa?”“Mereka sama-sama keras kepala. Sampai sekarang aku be

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 110 – Mari Kita Bicara

    Tengah malam, Rianti tersentak kaget lalu mengerjakan matanya perlahan. Ia mencoba mengingat keberadaannya saat ini yang masih berada di kamar Zaidan. Saat Rianti memeriksa boks bayi itu, matanya melotot karena Zaidan tidak ada di dalam boks itu. “Zaidan dimana?” Lekas Rianti berlari keluar kamar dan melihat sekitarnya sudah gelap. Sedikit ragu, Rianti menoleh ke arah kamar Ziana dan Mahanta. Besar kemungkinan Zaidan ada disana. Tapi alasan kenapa Ziana tidak membangunkan Rianti membuatnya bingung. “Apa kucoba ketuk saja ya?” Rianti berjalan mendekati pintu kamar dan bersiap mengetuknya. Tapi tangannya melayang di udara karena keraguan yang masih menggantung. Akhirnya Rianti memutuskan untuk mengirimkan chat pada Ziana. {“Malam, nona. Maaf saya ketiduran tadi. Apa sekarang bayi Zaidan bersama nona?”}Rianti mengirimkan chat itu dan menunggu. Ia berharap Ziana masih terbangun dan membalas chatnya. Tapi selang lima menit kemudian, belum juga ada balasan dari Ziana. Pesannya juga ti

DMCA.com Protection Status