Bab 37. Aku tidak Tahu
"Kira-kira, Nizar pernah nggak inget aku? Atau misal mengaku ke kamu kalau dia sudah salah meninggalkan aku?" Kembali Ainun bertanya pada Alia yang semakin merasa tidak nyaman.
Wanita itu berharap dalam hati teman-temannya yang lain langsung datang agar Ainun mengalihkan topik pembicaraan. Namun, sepertinya tidak karena pengajian masih lama lagi.
"Kemarin Diqi ke rumah aku buat ngambil kitabnya yang sudah lama aku pinjem. Dia kalau ngomong mungkin suka ngawur, tapi entah kenapa aku malah senang. Katanya, Nizar selalu ngebahas aku ke dia setiap kali ketemu. Nizar masih merasa bersalah bahkan berharap di kehidupan yang akan datang, jodohnya adalah aku. Dia seperti lupa bahwa kehidupan yang akan datang adalah akhirat, tidak seperti dalam negeri dongeng atau drama-drama Kulea. Mungkin itu sebabnya, setiap malam aku memimpikan Nizar datang meminta maaf. Ternyata dia masih selalu memikirkan aku. Menurut kamu sendiri, kenapa Nizar masih mikirin a
Bab 38. Suara Hati Ainun"Sepertinya kamu kurang bersih, deh, masa ada debu di dapur ini?" Ainun mencolek lemari kaca, lantas tersenyum penuh arti karena tidak ada debu sama sekali yang menempel di sana. Dia pun melanjutkan, "mau aku bantu buatin kopi sesuai takaran yang Nizar suka?""Tidak perlu." Alia merampas kembali gula yang dipegang oleh sahabatnya, lalu menuangkan satu sendok makan gula, satu sendok teh kopi."Bukan seperti itu, Lia."Alia menatap tajam pada Ainun. "Mungkin itu dulu, tapi setelah menikah, kesukaan Nizar berubah. Dia lebih menyukai takaran yang aku buat sendiri.""Oke." Senyum Ainun merekah, kemudian meninggalkan dapur begitu saja karena merasa kesal.Dia tersentak begitu melihat Bu Aminah yang baru saja melewati pintu. Luka lama kembali terkuak. Tiga hari sebelum putranya menikah, wanita paruh baya itu meminta Ainun untuk bertemu.Hari itu, sepulang dari majlis, Ainun menemui Bu Aminah di dekat alun-alun. "Iya, Tan?""Aku tahu kamu dan Nizar saling mencintai, t
Bab 39. Tangisan AliaAlia merenung sendiri dalam kamar setelah mencuci piring bekas makan siang tadi. Suaminya telat pulang karena ada pekerjaan tambahan di sekolah tempatnya mengajar dan Bu Aminah memaksa agar wanita itu mau ikut makan duluan bersamanya. Nizar pun mengizinkan.Dia merenung bukan tanpa sebab, tetapi story Whats-App Ainun yang menjadi penyebabnya. Sepulang dari sana, Ainun memang langsung menyimpan nomor sahabatnya kembali.'Tuhan, bila cintaku pada Shinta terlarang, mengapa Kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku. —Rahwana.'"Ai, kamu gak marah kan sama ibu? Setelah aku tanya Nizar, beliau ternyata emang suka nonton kisah Ramayana. Makanya tadi mungkin tanpa sengaja ibu bahas tentang kisah cinta Rahwana." Pesan suara itu Alia kirim sebagai balasan atas story Ainun.Tidak berselang lama, centang dua abu-abu itu berubah menjadi biru menyusul tulisan 'mengetik...' di bawah nama pemilik akun.Ainun : Apakah aku akan menemukan lelaki seperti Rahwana yang mencintai Shi
Bab 40. Pengkhianat Berkedok Sahabat"Jadi, kita harus melakukan apa?"Rania tersenyum licik. "Mudah saja, pukul lima sore nanti kita ke rumah mertuanya. Kita buat kekacauan di sana supaya suami dan kedua mertuanya tahu kalau Alia nggak sebaik yang mereka pikir. Tadi kamu bilang Bu Aminah muji-muji Alia, kan? Lakukan bagianmu, kulakukan bagianku.""Ah, aku pusing. Kayaknya Alia gak bakal tega deh ngefitnah aku ke Diqi. Secara dia tahu kalau Diqi itu sahabat aku juga." Ainun memutar badan, sengaja memunggungi Rania yang langsung memanyunkan bibir.Perasaannya kacau balau. Meskipun kesal, tetapi hatinya tidak sejalan dengan pikiran. Antara mau mengomel atau diam saja menunggu klarifikasi dari Alia sendiri.Selain karena takut pada Bu Aminah, Ainun juga khawatir Nizar salah paham dan langsung mengusirnya demi melindungi sang istri. Bisa saja kan itu terjadi karena Nizar adalah tipe lelaki pelindung.Bagaimana jika Nizar sekeluarga menyerbu Ainun, balas mempermalukannya? Terlebih Bu Amina
Bab 41. Kericuhan Menjelang SenjaSetelah menemukan hasil screenshoot itu, Rania langsung menunjukkannya pada Nizar. "Baca baik-baik. Teman aku bisa menyadap Whats-App."Nizar cukup terkejut, tetapi masih bisa menyembunyikan ekspresinya dengan senyum tipis. "Biar Alia sendiri yang menjelaskan karena siang tadi aku cek semua sosmed-nya gak ada chat seperti itu sama Diqi."Sebelah alis Rania terangkat tipis seakan menunjukkan kalau dia tidak percaya. Namun, isakan kecil dari Ainun kembali memancing perhatian mereka semua termasuk Bu Aminah yang sejak tadi memilih diam."Gak usah nangis, Ai. Pokoknya Alia harus menjelaskan kenapa dia sebenci ini sama kamu," tegur Rania dengan suara tegas dan napas memburu. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang terus meronta dalam dada.Sementara Alia, dia meraih ponsel Rania dan membaca pesan antara dirinya dengan Diqi. Ponsel itu hampir saja jatuh dari tangan Alia jika Rania tidak bergerak cepat m
Bab 42. Sedikit BuktiPercaya pada sesuatu yang kebenarannya masih buram itu tidak boleh meskipun dia adalah keluarga sendiri. Sebenarnya Nizar berada di pihak Alia, tetapi dia khawatir jika istrinya benar-benar melakukan itu.Pertama, dia adalah sahabat Diqi. Mudah bagi Alia untuk mengatakan itu jika memang ingin. Apalagi melalui pesan di Whats-App yang tanpa pengawasan.Kedua, Alia seorang wanita. Mereka cenderung suka bercerita tentang banyak hal termasuk sesuatu yang sepele sekalipun. Bisa saja mereka mengobrol ringan, berujung fitnah itu.Pada intinya, Nizar akan selalu membela Alia jika berada dalam kebenaran. Akan tetapi, ketika fakta mengatakan kalau sang istri di posisi salah, Nizar tentu harus menegur dengan baik.Alia mengurai pelukan, menatap dalam kedua mata Nizar yang selalu dia rindukan. Jantung Alia berdegup cepat, terdengar bagai pacuan kuda. "Sayang, aku berani bersumpah, aku tidak melakukannya. Chat itu palsu, mungkin sengaja die
Bab 43. Perusak MoodPagi-pagi sekali, ketika hendak pergi ke majlis, Ainun dihadang oleh Rania. Kunci motornya dirampas dan sayang sekali karena Bu Madinah telah keluar lebih dulu."Kunci aku kenapa direbut? Ada masalah? Marah?""Iya, aku marah.""Harusnya aku yang marah karena ternyata kamu nipu aku. Chat-chat itu cuma karangan kamu. Kamu pikir aku gak malu di depan Nizar, nangis-nangis terus nuduh istrinya ngefitnah aku?"Rania mendengus kesal. Sekali lagi dia tidak merasa bersalah. Gadis itu lantas mengikis jarak dengan senyum yang sulit diartikan.Napasnya berembus pelan. "Sebenarnya itu bagian dari rencana aku demi kamu. Sudah kubilang, kita harus berusaha mengusik kebahagiaan Alia. Aku sengaja gak ngasih tahu kamu supaya aktingnya terlihat alami. Biasanya kamu paling jago urusan ngomel, kenapa kemarin ngandelin air mata doang?""Kamu gak tahu gimana aku ngehargai Nizar sebagai penuntut ilmu. Meskipun dia nyakitin aku, tetap saj
Bab 44. Dunia Milik Berdua"Idih, najis kalau sampai ngajakin kamu!" umpat Ainun mengangkat sudut bibir atasnya pertanda kesal."Maaf, terlalu banyak bukannya belajar malah sibuk cerita." Diqi menyela, sambil tersenyum santai pada Ainun yang merupakan sahabatnya sendiri.Sebenarnya sikap sembrono Ainun menjadi salah satu alasan kenapa Diqi sampai jatuh hati padanya. Tentu karena ingin mengubah sifat itu, menuntunnya agar semakin baik dari hari ke hari meski tidak dipungkiri kalau dia juga masih kadang suka usil.Namun, sikap usil itu tidak dia tunjukan pada semua orang. Hanya sosok tertentu saja yang sudah pasti lama bersahabat dengannya. Pun Diqi mulai menjaga sikap semenjak Alia menikah."Pelit terhadap ilmu itu gak boleh, tapi rakus ilmu malah dianjurkan. Aku, Nina sama Santi niat pengen belajar kok ya malah ditolak!" cetus Ayu, memasang tampang judes karena tidak menerima penolakan."Kalau ditolak itu mundur, bukan maju terus pantang mun
Bab 45. Luka yang Dipelihara"Jangan menghakimi siapa pun atas tindakan yang dia lakukan, sampai engkau bisa menempatkan dirimu andai saja berada di posisinya.Sebab orang yang di tangannya memegang bara api tidaklah sama keadaannya dengan orang yang sedang memegang dinar."~ Ath Tharifi________________________Story itu sengaja Ainun unggah di Whats-App, bukan menyindir siapa pun, hanya memikirkan tentang dirinya sendiri yang mungkin tiba-tiba saja menjadi jahat.Itu bukan keinginannya. Hati yang bermain atas segala itu. Tentang bagaimana seseorang mengambil tindakan, sungguh berdasarkan suara hati.Ainun bukan tipikal manusia yang pandai menyembunyikan lukanya lama. Dia butuh seseorang untuk mencurahkan segala yang terpendam dalam hati.Seperti sore tadi, Ainun mati-matian menyembunyikan rasa cemburunya. Terus tersenyum di antara orang-orang yang sedang bersenda gurau tanpa tahu keadaan Ainun. Berulang kali melakukan kontak