Dia melihat orang tuanya dan sebagian murid disandra oleh sekelompok orang. Ayahnya yang melihat Yira di depan pintu segera mengisyaratkan YIra untuk segera pergi.
"Ayah!" Yira bersiap berlari menemui ayahnya namun tangannya ditarik oleh seseorang dibelakang."Lepaskan aku!"Yira mengibaskan tangannya, dia bersiap untuk menghampiri orang tuanya. Ayahnya menggeleng, dia melarang Yira untuk mendekat. Belum selesai mencerna keadaan, Yira langsung ditarik menjauh. Yira menoleh menatap orang tuanya, kemudian mempercepat larinya. Mereka berlari jauh masuk ke dalam Hutan."Kak Xuan, apa yang terjadi? kenapa mereka menangkap ayah?" tanya Yira."Itu karena kamu menolak lamaran Yu Shao." jawab Xuan.Yira menoleh, dia melihat samar-samar beberapa orang berlari mengejar mereka. Sebelum mereka sadar, anak buah Yu Shao melempar serangan. Yira yang merasakan tanah bergetar, dia langsung mendorong Xuan menjauh dan benar saja getaran itu membuat tanah memiliki retakan lebar. Untung saja mereka baik-baik saja.Yira lari ke arah kanan sedangkan Xuan lari ke arah sebaliknya, mereka lari terpisah. Nasib ada di atangan mereka masing-masing, mereka harus mengandalkan diri sendiri. Yira terus berlari, sayangnya dia menemui jalan buntu. dia berhenti ditebing curam yang terdapat sungai dengan aliran air yang deras."Yira, untuk apa lari lagi. Lebih baik menikah denganku dan membuat sekte kecilmu menjadi sekte besar, itu lebih menguntungkan bukan?" ucap Yu Shao."Aku tidak sudi!" Balas Yira."Lancang! tuan muda kami mau deganmu hanya karena kamu cantik, tuan muda kami bisa mendapat yang lebih darimu!" kata salah satu anak buah Yu Shao.Yira terdiam, dia melihat Yu Shao berjalan mendekatinya. Dia bimbang harus bagaimana, dia menatap sungai di belakangnya yang memiliki air biru dengan kabut tebal berwarna merah muda. Karena tidak ada jalan lain dia memilih jalan bunuh diri ."Lebih baik aku mati dari pada harus bersama orang brengsek sepertimu!" ucap Yira.Yira menjatuhkan dirinya ke sungai dan hanyut di bawa oleh derasnya aliran air. Yu Shao mendekati jurang, menatap sungai dengan kesal. Dia memalingkan padangannya, menatap tajam anak buahnya yang memaki Yira tadi lalu menebas lehernya untuk melampiaskan kekesalnnya.Di sisi lain Xuan yang kabur dari kejaran anak buah Yu Shao tertangkap dan di bawa kembali ke sekte Rubah Apuyurac. Dia di lempar untuk berkumpul dengan yang lainnya. Yu Shao yang masih kesal memprovokasi mereka semua, terutama ayah Yira sang ketua sekte."Nona muda kalian sudah bunuh diri. Sebagai gantinya aku akan membunuh seisi sekte. Bunuh mereka!" ucap Yu Shao.Yu Shao tertawa puas melihat para murid di bunuh dengan keji, dia memang orang dengan tempramen yang buruk. Dia bahkan membunuh kakak kandungnya agar mendapatkan apa yang dia inginkan yaitu penerus sekte Dantian. Darah bercecer diamana-mana, dia menatap Xuan yang tidak berdaya.Yu Shao mengambil pedangnya, dia mendekai Xuan dan menghunuskan ujung pedangnya ke arah leher Xuan. Sebenarnya dari dulu dia sudah sangat ingin membunuh Xuan karena berani menjadi saingannya."Aku akan membunuhmu!" Yu Shao mengayunkan pedangnya."Berhenti!" ucap sebuah suara.Yu Shao menghentikan ayunan pedangnya, menatap kebelakang. Dia melihat ayahnya datang, untuk menghentikan kegaduhan yang dibuat oleh putranya. Karena dia takut Kerajaan Ignis Ventus akan ikut turun tangan di pihak lawan.Beberapa hari kemudian.*Gubuk Tengah Hutan*Yira perlahan membuka matanya, kepalanya terasa sangat berat, dia memegang kepalanya seraya memandangi sekitar dia merasa tempat itu sangat asing. Dia sedang berada di sebuah gubuk kecil di tengah hutan, Yira mulai membuka matanya lebar-lebar dan kesadarannya mulai penuh. Dia terus memandangi sekitar hingga matanya berhenti pada sosok laki-laki tampan yang terus mengamatinya.Yirapun sontak terkejut."Ka..ka..kamu siapa?" tanya Yira.Yira segera menyenderkan tubuhnya ke tembok, dia menatap orang di depannya dengan waspada. Dia menyilangkan kedua tangganya di depan dada, lalu memalingkan wajahnya ke samping. Yira melirik menatap orang di depannya, dia memperlihatkan wajah kesal."ahh aku bisa jelaskan, nona jangan takut." jawab Xieyun.Laki-laki itu membalikkan tubuhnya, dia sedikit berjalan menjauh agar Yira tenang. kemudian dia menceritakan yang terjadi agar tidak ada salah paham.FlashbackSeorang laki-laki berjalan santai menuju sungai untuk memancing ikan, di tepi sungai dia melakukan ancang-ancang untuk mengeluarkan keahliannya menangkap ikan. Tiba-tiba dari sudut matanya dia melihat ada sesuatu yang besar sedang terapung, dia merasa sangat senang.'Akhirnya bisa makan besar.' gumam Xieyun.Matanya bersinar sambil menggosok-gosok kedua tangannya kegirangan. Dia berjalan mendekati benda itu untuk menyambutnya, saat dia mengangkatnya dari air betapa terkejutnya dia, bahwa itu bukan ikan besar melainkan wanita cantik yang terseret oleh arus air. Dari tampangnya dia memang sedikit kecewa namun dia juga tidak akan tega menelantarkan wanita cantik.'Hah..... gagal lagi makan besar.'Dia menggerutu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, diapun menggendong wanita itu dan di bawa ke gubuknya.Flashback end"Begitulah ceritanya, aku menemukanmu di Rosea Flumen." ucap Xieyun mengakhiri cerita."Aa eumm itu eumm terima kasih." ucap Yira.Yira menunduk, dia situasi menjadi canggung juga sedikit menyesal telah menuduh laki-laki yang telah menyelamatkannya. Kemudian dia meminta maaf kepada penyelamatnya, untungnya laki-laki itu tidak memepermasalahkannya. Laki-laki itu duduk di depannya mengajak berkenalan."Euu nona, namaku Xieyun kamu bisa panggil A-yun saja." ucap Xieyun.'A-yun? kenapa seperti nama perempuan.' gumam Yira.Dengan polosnya Yira menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar, dia juga sedikit terkekeh. Lalu dia menatap Xieyun yangs sedang tersenyum malu, dia membalas uluran tangan Xieyun. Dia berdiri dan tersenyum menatap orang di depannya."Namaku Bai Yira, bisa dipanggil Yiyi." ucap Yira memperkenalkan diri."Aku akan memanggilmu A-yi, bagaimana?" tanya Xieyun.Yira hanya mebalasnya dengan tersenyum dan mengangguk saja. Senyuman Yira membuat Xieyun merona tapi juga meneteskan air mata. Yira mengulurkan tanggannya, memberi Xieyun sapu tangan dengan sulaman bergambar rubah. Xieyun yang sadar segera menerimanya dan menghapus air matanya.Yira celingukan mencari sesuatu miliknya yang dia pikir itu hilang, dia merasa panik karena itu hadiah dari ayahnya. Dia mondar-mandir mencari barangnya, karena tidak ketemu dia menatap Xieyun. Xieyun yang sadarpun langsung mengambil sebuah pedang dengan gantungan giok putih yang tergantung."Apa kamu mencari ini?" tanya Xieyun.Yira mengambil pedang dari tangan Xieyun, dia langsung mengelus-elus pedang itu dengan mata berkaca-kaca. Mengingat pedang tersebut adalah hadiah dari ayahnya, dia menjadi teringat kejadian yang sebelumnya terjadi. Dia terus menatap pedangnya sendu tanpa menghiraukan panggilan Xieyun."Ada apa?" tanya Xieyun."Tidak ada apa-apa." jawab Yira.Yira mengelak, dia tidak ingin menceritakan hal yang sensitif kepada orang yang baru dia kenal. Xieyun terus membujuknya, dia merasa hatinya sakit saat melihat wanita di depannya terlihat begitu sedih. Xieyun memegang kedua bahu Yira, dia meyakinkannya untuk bercerita dan berjanji apapun itu dia akan membantunya.Yira menatap Xieyun aneh, pasalnya dia baru saja bertemu tapi dia merasa ada getaran yang tidak bisa dia jelaskan. Dia merasa sebelumnya dia pernah bertemu dangan Xieyun. Yira menatap dalam Xieyun berusaha mengingat, namun tidak ada ingatan Dewi Yiren yang muncul."Hah...."Yira mengehela nafas, dia duduk di pinggir tempat tidur. Dia menunduk, kemudian menceritakan apa yang terjadi pada sektenya beberapa hari lalu. Dia merasa bersalah pada kedua orang tuanya dan seluruh sekte, karena dia seisis sekte menjadi dalam bahaya. Xieyun memegang tangan Yira menenangkan gadis itu."Aku berjanji, aku akan membalasnya untukmu." ucap Xieyun.Tiga Bulan Kemudian. Mereka menjalani hari dengan bahagia layaknya sepasang kekasih, mereka berburu bersama, memasak bersama mereka melakukan apapun bersama-sama. Dengan begitu Yira tidak merasa dia sendirian, namun Yira tetap merindukan rumahnya walaupun dia enggan untuk pulang. Dia merasa dia adalah pembawa sial bagi keluarganya dan merasa bersalah. Selama ini Xieyun tidak diam saja, dia mengajari Yira sebuah teknik pedang yang disebut Pedang Surgawi. Dia menyemangati Yira agar tidak mudah menyerah apapun tantangannya. Namun dengan basis kultivasi Yira saat ini cukup sulit menguasai teknik pedang tersebut. Xieyun mempelajari tektik ini memakan waktu yang lama. "Ada apa?" "Bukan tidak mungkinkan jika aku bisa berkultivasi?" "Tentu saja, asalkan kita bertekad dan berusaha pasti akan ada hasil yang memuaskan." Mereka bersama-sama duduk menatap lagit cerah, merasakan angin sepoi-sepoi yang membelai wajah mereka. Xieyun duduk lebih dekat lagi dengan Yira. Dia mengamati Yira dari sam
Beberapa saat sebelumnya....*Gubuk Tengah Hutan* Setelah menunggu cukup lama Xieyun mulai khawatir pada Yira. Xieyun terus mondar-mandir memandangi jalan, berharap orang yang dia tunggu segera muncul. Hari sudah mulai gelap, Xieyun menatap langit kemudian merasakan aura es yang dominan, dia terbang secepatnya masuk ke hutan. 'Di mana dia. Si*l! seharusnya aku tidak mengijinkannya.' gumam Xieyun.Dia menyesali keputusannya, dia menyusuri hutan mengikuti aura itu berasal. Saat diperjalanan dia mendengar sebuah perkelahian, diamana aura es dominan itu berasal. Dia terbang dengan cepat menuju tempat kejadian. Dari jauh dia seperti melihat sosok yang sangat familiar. Lantas dia menyipitkan matanya agar melihatnya dengan jelas, alangkah terkejutnya dia melihat Yira sedang dicekik oleh seseorang. Dia mempercepat terbangnya. 'A-yi.' gumamnya dengan suara pelan."Cakar Dewa Naga Api!" rapal Xieyun.Dengan cepat bayangan kaki naga dipenuhi oleh api dengan cakar tajamnya melesat menerjang B
Xieyun mundur, mengaktifkan seni bela dirinya. Terdapat seekor naga besar yang berelemen api dan disertai guntur. Yira yang mengetahui bahwa Xieyun memiliki garis darah naga pun bangkit dan memeluk Xieyun kegirangan. "A-yi, apakah salah satu orang tuamu memiliki seni bela diri tipe elemen?" tanya Xieyun.Klan Rubah Apuyurac adalah klan Rubah putih murni, tidak mungkin memiliki warna lain kecuali memiliki garis darah lain. Setahu Xieyun Klan itu sudah musnah 17 tahun lalu, saat sekte Dantian yang di pimpin oleh Yu Xian menghabisi seisi sekte demi membunuh anak setengah dewa yang lahir. "Ahh baiklah, besok kita pulang kerumahmu ya?" Xieyun menawarkan pada Yira."Tidak! belum saatnya. Aku harus memperkuat diriku agar aku bisa membalaskan dendam ini!" tolak Yira.Xieyun mengangguk mengerti, dia berniat membantu Yira untuk cepat menerobos ranah. Dengan begitu dia bisa membalas dendam keluarganya, dan membuat Yira percaya sehingga Xieyun dapat selalu disampingnya.Xieyun duduk menyaksikan
"A-yi!" Xieyun khawatir melihat Yira melayang di udara serta dikelilingi cahaya biru. Xieyun berlari mendekati Yira, dia menatapnya serius dan tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun. Perlahan-lahan tubuh Yira turun hingga menyentuh salju, dia membuka matanya dan mengeluarkan aura yang kuat.Yira tersenyum bahagia menatap Xieyun, dia membalikkan badannya. Yira memberitahu bahwa dirinya menerobos tingkat 2 dan memiliki ekor baru. Xieyun merasa terkejut dengan kecepatan Kultivasi Yira selain itu, beberapa hari lalu dia baru menerobos tingkat 1.'Kelihatannya latar belakangmu kali ini tidaklah sederhana' batin Xieyun.Xieyun terdiam sejenak dengan tatapan kosong. Dia masih tidak menyangka fenoma-fenomena aneh terjadi pada Yira."Kenapa, ada apa?" tanya Yira."Ah...tidak, tidak ada apa-apa. Sudah malam, kamu tidurlah, aku akan menjagamu." jawab Xieyun.Xieyun menarik Yira untuk tidur bersandar di dadanya. Xieyun memeluknya sambil mengelus lembut surai hitam Yira. Yira merasa sangat aman
*Portal Pewarisan*Yira duduk bersila dan memejamkan mata, dia mulai fokus dengan arahan dari Kura-kura besar itu. Perlahan namun pasti dia merasakan aura dingin masuk ketubuhnya dan menyebar ke pembuluh darahnya. Satu persatu teknik es muncul dalam kesadaran Yira."Gadis kecil bersiaplah, fokuskan energi dan pikiranmu, aku akan mewariskan teknik es terkuat." ucap Kura-kura.Yirapun mengangguk, mulai melakukan apa yang di arahkan suara tersebut. Yira merasakan aura dingin yang sangat kuat, aura dingin itu terasa mengalir di sekujur pembuluh darahnya. Rasa dingin itu membuat pembuluh daranya serasa akan meledak.Situasi ini sama dengan yang dialami Yira sebelumnya, saat dia menyerap esensi ular berbisa Russell. Bedanya waktu itu dia dibantu oleh Xieyun, kali ini dia harus berjuang sendiri mengatasi rintangan tersebut.Dalam situasi seperti ini sekelebat ingatan Dewi Yiren muncul. Dia melihat Dewi Yiren mengadopsi seekor Kura-kura kecil. Ingatan itu membawanya hingga Kura-kura itu tumbuh
*Kota Mille Ova*Yira berlari kesebuah gang sepi."A-yun aku sudah tidak tahan!" teriak Yira.Xieyun yang tidak tahu menahu hanya bisa mengikuti Yira berlari dari belakang. Saat sudah sampai di gang sepi dia melihat Yira sudah dalam posisi melayang dan dikelilingi cahaya biru sama seperti yang terjadi sebelumnya. Xieyun langsung bersikap waspada dikala ada orang yang lewat, dia takut aura dan kejadian Yira menerobos diketahui oleh orang setempat.Walaupun kota ini termasuk naungan dari negara Ignis Ventus tetap saja, ada mata-mata dari segala penjuru. Beberapa jam berlalu Yira akhirnya selesai menerobos tingkat 3, Xieyun bertanya-tanya bagaimana bisa orang berkultivasi secepat itu."A-yi saat kamu keluar dari Portal Pewarisan kultivasi mu tingkat berapa?" tanya Xieyun."Tingkat 2 level 8." jawab Yira.'Cepat sekali.' gumam Xieyun.Xieyun mendengar 2 orang berbicara, mereka mengintip 2 prajurit kerajaan yang sedang berpatroli mengobrol. Prajurit itu mengatakan bahwa walikota kali ini be
"Aku mengetahuinya." singkat Wang Lin. Mereka yang mengerti apa yang dimaksud Wang Lin saling tatap. Setelah Si anak selesai makan, Xieyun akan membawa mereka ke sebuah tempat. Xieyun menggendong Si anak agar cepat sampai. Xieyun memebawa mereka ke sebuah penginapan. Setelah membayar kamar, mereka segera masuk. Xieyun mendudukan Wang Lin di tepi tempat tidur. "Katakan Wang Lin!" ucap Xieyun. Si anak hanya diam, menatap Yira yang berdiri di belakang Xieyun. Yira yang mengerti segera menggusur posisi Xieyun. Dia berjongkok dan memegang kedua tang Wang Lin samil menatapnya lembut. "Wang Lin, katakan nak! Semua yang kamu ketahui." ucap Yira lembut. "Orang jahat itu bersalaman dengan orang dari sekte Lan. Mereka ingin mengganti raja." ucap Wang Lin. Yira dan Xieyun saling tatap. Mereka mengerti orang jahat itu adalah walikota dan orang sekte Lan pasti utusan ketua sekte. Setelah itu Yira meminta Si anak melanjutkan ceritanya. "Orang jahat itu menerimanya. 1 Bulan lagi mereka akan me
Rombongan kerajaan sudah hampir sampai. Yanwei memerintah semuanya untuk bersiap menyambut raja. Saat rombongan kerajaan tiba, Lan Yanwe dan Ruyan maju menyambut sendiri. "Hormat pada Yang Mulia." ucap Yanwei dan Ruyan serentak. Mereka berdua dan yang lainnya membungkuk memberi hormat. Raja Xiao Xing menyuruh mereka berdiri. Yanwei mempersilahkan Raja Xiao Xing masuk dan duduk di tempat yang sudah di sediakan. "Yang Mulia kami sudah menyiapkan sebuah penampilan untuk menyambut anda." ucap Yanwei yang duduk di samping raja. Para penari keluar, membentuk formasi tari. Musik pun di putar, para penari menari dengan sangat luwes. Di pertengahan penampilan, waktu Yira untuk muncul. Yira masuk dengan riasan cantik menggunakan cadar pada wajahnya. Dia memberi hormat kepada Raja, tersenyum dengan cantik. Pesonanya membuat seluruh ruangan terpesona, tak terkecuali Xieyun yang berdiri di belakang Raja. Xieyun baru pertama melihat penampilan Yira yang seperti itu, hingga Xiyun tidak bisa meng
*Lautan Kesadaan Spiritual Lie Ba*"Xu Lian? Apa itu benar kamu?"Mata Bing Xue Gong terus bergerak menyusuri tempat asing yang dia masuki, pupil birunya terlihat tidak fokus sama sekali. Hatinya gelisah, setelah mendengar suara wanita yang panggil Xu Lian tersebut, seolah dia telah menemukan sesuatu yang sudah lama hilang darinya."Senior Lian, apakah itu benar kamu?""Jika benar, tolong keluarlah dan temui aku."Rasa rindu yang sudah dia kubur dalam-dalam seolah-olah kembali mencuat tanpa seijinnya. Dia mencari wanita tersebut dengan perasaan gelisah dan terburu-buru seolah dia takut kehilangan untuk kedua kalinya. "Senior aku mohon tunjukan dirimu.""Xue Gong, kamu sudah dewasa sekarang."Mendengar suara lembur nan merdu tersebut lantas membuatnya berbalik dengan cepat. Matanya terbuka lebar menatap wanita berbaju merah dengan hiasan rambut yang terlihat mewah bak seorang pengantin bangsawan. Netranya terasa panas, perlahan namun pasti, dia merasakan pelupuk matanya basah. Kakinya
"Aku sudah mendapatkan posisi pertama sesuai keinginanmu, sekarang berikan suratnya padaku."Lie Ba mengulurkan tangannya meminta surat yang beberapa waktu lalu ditahan oleh gurunya, Bing Qing Hao. Sesaat kemudian, senyum Lie Ba terukir indah, tulang pipinya naik ke atas matanya menyipit berbentuk bulan sabit kala melihat surat yang lama dia inginkan kini berada di tangannya."Bagaimana kamu bisa menyelesaikan duelmu dengan cepat?" Lie Ba mendongak menatap datar gurunya yang sedang bertanya, dia berbalik dan berkata, "Tidak ada yang istimewa aku hanya bertarung dan mengalahkannya." Dia duduk di tempat tidurnya sembari tersenyum serta kedua tangan yang sibuk membuka surat tersebut."Ceritakan padaku apa yang terjadi, para tetua mencurigaimu karena burung pengawas rusak dan kami tidak bisa melihat apapun setelah pertarunganmu dengan Singa Api." "Aku sudah bilang, aku hanya berduel seperti biasa dan mengalahkannya, itu saja." Ucap Lie Ba dengan kesal."Guru, Ketua sekte sudah mengetahu
"Aku menyerah."Dengan entengnya Bing Lin Xi mengucapkan kalimat itu setelah melakukan serangan dalam pertandingan melawan kloning Ketua sekte di hadapannya. Dia menatap kloning tersebut sembari tersenyum seolah dia memang merencakan hal ini sejak awal."Apa kamu yakin? Dua peserta lainnya belum selesai dengan pertandingan mereka, kamu masih punya banyak waktu." Ucap kloning Ketua sekte mengingatkan dan masih memberi kesempatan untuk melanjutkan pertandingan yang terhenti."Aku sudah bertekat untuk melakukan ini sejak awal karena aku sebelumnya sudah kalah telak oleh Bai Lie Ba. Dialah yang pantas mendapat kesempatan." Ucap Bing Lin Xi seolah dia sangat peduli kepada Lie Ba."Kamu yakin? Tapi jika bukan posisi pertama kamu masih ada kesempatan mendapat posisi kedua." Ucap kloning tersebut masih berusaha meyakinkan Bing Lin Xi untuk tidak menyerah begitu saja.Mendengar kalimat tersebut Bing Lin Xi hanya menampilkan sneyumnya serta hormatnya, "Mohon Ketua mengabulkan permintaan saya."
"Waktumu dimulai sekarang." Lie Ba mengerutkan keningnya, sorot mata tajamnya menatap tubuh kloning Ketua sekte yang telah siap untuk dia lawan. Dengan cepat tangannya meraih permata merah milik Singa Api yang berhasil dia kalahkan sebelum para tetua melihatnya.'Aku akan menghilangkannya dulu sebelum semakin jauh.' Batin Lie Ba sembari menatap sebuah burung mainan yang bertugas seolah menjadi kamera yang merekam pertandingannya. Namun, saat dia akan melangkah memusnahkan burung pengawas tersebut, kakinya di tarik oleh tubuh kloning Ketua sekte."Agh!" Erangnya kala luka bakarnya menghantam sebuah tembok batu yang berada di Lembah itu. 'Tubuhku semakin lemah karena luka bakar juga suhu tinggi disini. Dia bangkit mengaktifkan teknik Esnya untuk melawan kloning tersebut."Anak muda jika kamu sudah mencapai batas segeralah berhenti, aku juga akan berhenti." Ucap kloning tersebut."Baiklah, ayo kita mulai."Mereka pun memulai pertarungan tersebut dengan Lie Ba menyerang lebih dulu, meski
"Ingat kata-kataku sebelumnya."Lie Ba melirik gurunya sembari mengangguk, dia mengerti bahwa untuk mendapat surat dari Xieyun dia hanya perlu menjadi yang pertama. Dari kejauhan netranya menangkap sosok Bing Xue Yu yang akan menjadi saingan terberatnya di pertandingan ini.'Seperti biasa dia selalu terlihat tenang.' Batin Lie Ba sembari terus menatap Bing Xue Yu yang berdiri di posisi berlawanan."Pertandingan babak terakhir ini, kami sudah memnentukan bahwa ketiga peserta tidak akan menghadapi satu sama lain." Ucap seorang pria yang bertugas menjadi pengawas di pertandingan kali ini."Tapi kenapa?" Tanya Lie Ba lirih sembari terus menatap ke depan."Peraturannya sudah diubah oleh ketua sekte saat rapat kemarin." Balas Bing Qing yang sama-sama menatap lurus ke depan."Setiap peserta akan melawan tubuh kloning Ketua sekte di 3 tempat berbeda dan dapat menggunakan kemampuan kalian dengan maksimal." Pertarungan yang cukup berbeda dari generasi sebelumnya, mereka melakukan itu agar tidak
"Ini adalah sebuah kecurangan!"Kalimat itu keluar dari mulut seorang tetua yang bertindak sebagai juri, Bing Hu Xin yang sejak lama ingin menyingkirkan Lie Ba dari pertandingan. Dia selalu mempermasalahkan apapun yang Lie Ba perbuat saat ada kesempatan, seperti sekarang.Bing Qing Hao yang sejak awal berada di ruang pertemuan sebagai penanggung jawab atas Lie Ba masih tetap diam hingga tetua tersebut berhenti mengoceh. Dia menatap semua orang berdebat membela Bing Lin Xi dan beberapa berpihak pada Lie Ba."Kamu bisa memutuskan saat keduanya sudah bangun," Ucap Bing Qing Hao dingin mengakhiri perdebatan yang telah mulai sejak di arena pertandingan. Dia berbalik dan meninggalkan pertemuan para tetua dan guru karena, menurutnya perdebatan itu hany membuang-buang waktu dan tenaganya."Hei Master Agung kamu mau kemana?!"Bing Qing Hao terus melangkah dan tidak menghiraukan panggilan tersebut. Dia menuju kamar Lie Ba, dia yakin bahwa ada yang Lie Ba sembunyikan darinya. Sesampainya dia di
"Akhirnya kita bisa berhadapan secara langsung." Lie Ba mengatakannya sembari tersenyum menatap Bing Lin Xi, dari tatapan Lie Ba dia berusaha untuk memprovokasi lawannya yang terlihat tenang. Setelah pertandingan di mulai Lie Ba menggunakan serangan jarak dekat yang bertujuan untuk berbicara dengan lawannya. Lie Ba dengan cepat berlari menghampiri lawannya sembari menepis setiap belati es yang di luncurkan oleh BIng Lin Xi. "Apa tujuanmu menakutiku di mimpiku?" Tanya Lie Ba yang berhasil mencapai Bing Lin Xi. "Kamu salah orang." Balas Bing Lin Xi sedikit panik sembari mengeluarkan sayapnya dan terbang menghindari serangan yang Lie Ba luncurkan. "Aku akan lebih leluasa menyerangmu sekarang." Ucap Bing Lin Xi dengan percaya diri. "Oh sepertinya kamu tahu aku tidak bisa mengguankan Sayap Esku." Balas Lie Ba dengan wajah santai. Dia lanta mengeluarkan Sayap Elang Anginnya, "Seharusnya kamu tidak melupakan fakta bahwa aku memiliki dua sayap lebih banyak." Ucap Lie Ba dengan bangga.
"A-yi."Yira perlahan membuka matanya, sebuah cahaya terang yang menyilaukan menusuk pandangannya. Sebuah tangan besar nan gagah terulur ke arahnya seolah seakan mengajaknya untuk tetap bersama. Meski wajah si pemilik tangan nampak kabur namun, Yira tetap mengulurkan tangannya menerima uluran tangan pria itu."A-yi, tetaplah bersamaku." Ucap si pria.Yira seolah terpana dengan suara manis tersebut, dia bangkit dengan menggandeng tangan pria misterius itu. Dia terus berjalan sembari menatap punggung pria yang menggandengnya. "A-yun?" Sapanya lirih. Matanya terbelalak kala melihat pria yang menggandengnya menoleh."A-yun."Terlihat wajah yang sangat dia rindukan berada di hadapannya sembari menggandengnya. Matanya terasa panas, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "A-yun kamu kembali?" Air mata bahagianya turun menuruni pipi mulusnya."Aku kembali." Ucap Xieyun lembut sembari tersenyum.Yira menunduk sembari menangis sesaat kemudian, dia meloncat ke dalam dekapan hangat Xieyun.
"Dia tidak ada dimana-mana."Lie Ba menegrutkan keningnya mendengar ucapan gurunya, 'Lie Ba cepat pikirkan cara lain.' Batinnya sembari menunduk dan memikirkan sebuah cara untuk memperpanjang waktu agar Bing Yu Ling terus bertahan hidup.'Bagaimana ini pedang kembar hanya bisa digunakan saat pedang lainnya ada di tempat yang sama.' Batinnya merasakan gelisah karena, jika dia gagal menyelamatkan Bing Yu Ling dirinya juga akan terancam gagal mengikuti Ujian Dewi.Lie Ba berbalik dan lanjut menguras energinya untuk disimpan pada pedangnya. Dia berencana membuat Bing Yu Ling bertahan selama dua hari karena, dia perlu membuat penawar selain itu mencari keberadaan Mo Xing Yu cukup memakan waktu."Lie Ba apa yang kamu lakukan? Hentikan!" Ucap Bing Qing Hao sembari mengulurkan tangannya berusaha menghentikan Lie Ba."Tidak, ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa bertahan." Balas Lie Ba sembari terus menguras energinya dan mengubahnya sebagai penawar sementara. Setelah selesai, dia sedikit