Gangsa mengikuti kemanapun Najma pergi hari itu, di jadi tidak merasa terlalu bosan, walau kadang-kadang kesal karena Najma selalu membentak, saat bicara dengannya.
"Apa kamu tidak jijik setiap hari berurusan dengan air seni?" Tanya Gangsa.Najma tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, bagaimana mungkin dia jijik, ini pekerjaannya."Apa ini?" Teriak Gangsa ketika mencium bau yang menyengat di sebuah box.Najma tertawa mendengar itu."Rasain dari tadi kepo terus!" Umpat Najma pelan, takut di dengar Sari rekan kerjanya yang sedang berada tidak jauh dari tempatnya.Najma menahan senyumnya melihat Gangsa menutup hidungnya rapat-rapat, karena yang baru di ciumnya adalah kotoran luka dari salah satu pasien."Itu kotoran, mau di buang!"Ucap Najma, membuat Gangsa memegang mulutnya, menahan rasa mual karena bau kotoran itu telah masuk ke dalam penciumannya.Najma meneruskan pekerjaannya, membiarkan Gangsa berputar-putar di sekitarnya.Setelah selesai, Najma pergi ke ruang pasiennya yang lain, yang harus dia cek keadaan nya.Ternyata jadi perawat lumayan capek juga, kesana kemari dari awal bekerja hingga selesai.Karena hari ini Najma lembur, Najma duduk santai di ruangan untuk istirahat sebentar."Naj! Kamu tahukan pasien koma di ruang 212," ucap Ratih.Najma menoleh ke arah Gangsa, karena itu adalah kamarnya."Iya, kenapa memang?" Tanya Najma pelan."Dia itu seorang CEO, masih muda dan juga tampan belum menikah lagi, kasihan," lanjut Ratih."Udah takdir!" Jawab Najma.Mendengar jawaban Najma, Gangsa langsung melotot ke arah Najma."Iya, sih. Katanya dia mau di bawa pulang, akan di rawat di rumah!" Lanjut Ratih.Najma kembali melihat ke arah Gangsa, menanyakan apa kabar ini benar pada Gangsa, Gangsa menggeleng karena dia juga tidak tahu soal rencana ini, beberapa hari ini, dia jarang ke kamarnya, dia lebih sering bersama Najma."Mereka sedang mencari perawat yang akan merawatnya 24 jam," lanjut Ratih lagi."Apa mereka sudah dapat?" Tanya Najma penasaran."Tidak tahu!" Jawab Ratih.Najma melirik ke arah Gangsa lagi, berarti sebentar lagi dia akan bebas dari Gangsa, risi juga di ikuti dia terus kemana-mana."Kenapa tidak kamu saja yang mendaftar jadi perawatku," bisik Gangsa."Gila!" Seru Najma pada Gangsa."Siapa yang gila, naj?" Tanya Ratih tidak jadi keluar dari ruangan itu."Enggak bukan siapa-siapa," jawab Najma cepat.Ratih menatap sebentar ke arah Najma."Kamu yakin mau menggantikan aku lembur?" Tanya Ratih, jadi ragu meninggalkan Najma."Iya, jangan khawatir!" Jawab Najma sambil tersenyum.Najma lalu menatap kepergian Ratih, kini tinggal dia sendirian di ruangan itu.Najma melotot ke arah Gangsa."Please, kamu mau yah, jadi perawatku, aku akan membayar kamu mahal!" Ucap Gangsa."Berapa?""Terserah kamu!""Yakin?" Tanya Najma, sambil melihat ke arah Gangsa."Iya!""Kalau sepuluh juta sebulan, Gimana?" Tanya Najma iseng."Deal!" Ucap Gangsa.Najma melotot tidak percaya pada Gangsa, lalu tertawa kencang."Kamu ini hanya ruh, pake mengkhayal mau bayar aku mahal," ucap Najma sinis."Aku punya tabungan pribadi yang tidak ketahui siapapun, kamu bisa mengambilnya sekarang jika tidak percaya," ucap Gangsa.Najma terdiam, jika benar Gangsa membayarnya sebanyak itu, pasti dia tak perlu bingung lagi membayar hutang kedua orang tuanya, yang belum lunas.Tapi jika dua puluh empat jam, bagaimana Nuri, di rumah dia akan sendirian."Maaf aku tidak bisa, bagaimana Nuri, jika aku harus dua puluh empat jam merawat kamu," ucap Najma."Ajak saja Nuri tinggal bersama kamu,"Najma melotot ke arah Gangsa sekali lagi, pria ini kalau bicara memang nggak di pikir dulu, bagaimana dia bisa membawa Nuri.Najma meninggalkan Gangsa tanpa menjawab, kesal juga bicara dengan Gangsa yang selalu memaksa.Gangsa masih mengikuti Najma, yang keluar dari tempat itu, Najma yang sedang banyak pikiran menjadi tidak nyaman, hingga merasa kesal karena Gangsa selalu mengikuti."Apa kamu tidak bisa sebentar saja, jangan mengikuti aku!" Ucap Najma kesal.Gangsa menatap Najma sebentar, lalu Gangsa berhenti di tempatnya, dia membalikkan badannya, lalu berjalan ke arah berlawanan dengan arah tujuan Najma, Gangsa mengerti Najma sedang butuh waktu untuk sendiri.Baru beberapa langkah Najma menjauh dari Gangsa, seseorang menarik tangannya dengan kuat, lalu membekap mulutnya hingga dia tak bisa bersuara.Najma sempat memberontak sebentar, namun kemudian tertidur lemas, karena telah di beri obat bius, tubuh Najma kemudian di bopong oleh orang itu.Rumah sakit yang sangat sepi ini, membuat perasaan Gangsa sedikit ngeri juga, jika berjalan sendiri.Gangsa akhirnya berbalik badan bermaksud mengejar Najma, tapi Gangsa terkejut saat melihat tubuh Najma sedang di bopong seorang pria.Gangsa segera berlari ke arah orang itu, untuk melihat keadaan Najma.Gangsa melihat ke arah wajah pria yang sedang menggendong Najma, ada sedikit senyum.di ujung bibirnya, membuat Gangsa mengerutkan keningnya, karena merasa aneh.Pria itu juga memakai seragam perawat rumah sakit ini, hingga Gangsa yakin jika pria itu perawat di sini.Mungkin Mala tadi pingsan karena kelelahan, dan akhirnya dia pingsan, kemudian di bopong oleh pria ini.Gangsa mengikuti ke mana pria itu membawa Mala, dia sangat takut terjadi sesuatu pada Mala.Gangsa terkejut, saat tahu pria itu membawa Najma ke sebuah ruangan yang ada di belakang rumah sakit."Apa yang dia lakukan di sini?" batin Gangsa bertanya-tanya.Gangsa memperhatikan daerah di sekeliling ruangan itu, sangat sepi, tiba-tiba sebuah firasat buruk muncul di hatinya.Gangsa melihat pria itu meletakkan Mala dk atas sebuah tempat tidur, lalu pria itu sendiri masuk ke dalam kamar kecil yang ada di dalam ruangan itu.Gangsa yang masih bingung, tidak tahu harus bagaimana menolong Najma, Gangsa hanya mengikuti saja kemana pria itu membawa Najma.Pria itu membawa Najma masuk ke dalam sebuah ruangan lalu meletakkan Najma di atas tempat tidur.Gangsa melihat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dalam kesempatan itu, Gangsa berusaha membangunkan Najma."Najma bangun!" Teriak Gangsa."Bangun Najma!" Teriak Gangsa sekali lagidengan kencang, tapi Najma yang dalam kondisi lemas karena obat bius tidak bereaksi apapun.Gangsa melihat pria itu sudah keluar dari kamar mandi. Pria itu keluar hanya menggunakan handuk kecil yang terbelit di pinggang, kemudian pria itu berjalan menghampiri Najma.Gangsa melihat pria itu tersenyum pada Najma, perasaan Gangsa makin tidak enak."Akhirnya kamu akan menjadi milikku juga!" Ucap pria itu.Mendengar itu, Gangsa makin panik, apa yang akan di lakukan pria itu pada Najma.Gangsa lalu melihat tangan pria itu hendak membuka kancing baju Najma, Gangsa bingung harus bagaimana menolong Najma, tanpa sengaja Gangsa mengangkat sebelah tangan Najma ke atas, dan itu membuat pria itu sedikit terkejut.Gangsa tersenyum melihat hal itu, Gangsa dengan pelan mengangkat tubuh Mala, hingga terlihat seperti melayang.Gangsa tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan di wajah pria jahat itu."aku akan membuat kamu kapok, melakukan ini. lagi!" Ucap Gangsa.Gangsa dengan sengaja berjalan mendekati pria itu sambil mengendong Najma, Gangsa tahu i mata pria itu pasti Najma sedang melayang ke arahnya.Pria itu segera membalikkan badan dan keluar dari ruangan itu, kemudian lari kocar-kacir ketakutan.Gangsa tertawa terbahak-bahak melihat pria itu lari kocar-kacir, hanya dengan memakai handuk.Setelah puas tertawa, Gangsa menatap ke arah Najma yang sedang berada gendongan kedua tangannya.Najma tidur sangat pulas, sekarang dia tahu Najma pasti terkena obat bius.Gangsa meletakkan Najma kembali di atas tempat tidur. Karena lelah Gangsa pun terlelap di samping Najma.Najma sadar dan terbangun keesokan harinya, dia terkejut melihat Gangsa yang juga tertidur di sisinya.Najma segera membangunkan Gangsa, lalu turun dari tempat tidur. Najma lalu melotot pada Gangsa, meminta penjelasan apa yang terjadi hingga mereka ada di tempat ini.Gangsa yang tidak ingin Najma makin marah padanya segera meneritakan apa yang terjadi pada mereka.Najma menutup mulutnya tak percaya mendengar apa yang di ceritakan Gangsa padanya. Namun Mala ingat saat dirinya di tarik oleh seseorang semalam.Najma langsung memeluk Gangsa erat, entah bagaimana nasibnya, jika Gangsa tidak mengikutinya."Mulai sekarang kamu boleh mengikuti ku sampai kapanpun dan kemanapun, aku tak akan mengeluh," ucap Najma.***Najma menundukkan kepalanya saat temannya Ratih marah padanya, karena dia telah lalai melakukan tugasnya, bahkan Ratih tidak percaya dengan cerita yang dia ceritakan tentang apa yang semalam menimpanya.Ratih dengan terpaksa melaporkan Najma, sebagai perawat yang lalai. Karena po
Najma mengambil kertas yang di berikan oleh ayah Gangsa padanya, lalu Najma menarik tangan Gangsa untuk mengikutinya."Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Gangsa."Diam kamu!" Sentak Najma.Sedangkan Surya terus memperhatikan Najma, yang terlihat seperti sedang berdebat terus dengan seseorang, di depan matanya.Jika memang yang ada di dekat gadis itu benar-benar Gangsa, Surya bisa pastikan jika Gangsa sudah jatuh di tangan gadis itu.Gangsa putranya sangat tidak suka di atur oleh siapapun, apalagi oleh seorang gadis."Tanda tangan!" Pinta Najma pada Gangsa, dengan mata melotot."Bagaimana?" Tanya Gangsa kebingungan, karena dia bahkan tidak bisa menyentuh pulpen yang ada di atas kertas itu, apalagi tanda tangan.Najma tersenyum melihat Gangsa kebingungan."Sini tangan kiri kamu, kita berpegangan!" Pinta Najma lagi.Gangsa tersenyum pada Najma mendengar itu, Najma terpaku sebentar ditempatnya melihat senyum Gangsa itu, selama ini Gangsa tidak pernah tersenyum seperti barusan.Tidak ma
Gangsa kembali ke rumah Najma, Najma sudah tidak ada di tempat nya. Gangsa pun segera mencari di mana Najma berada."Najma! Kamu di mana? Ada yang ingin aku katakan!" Teriak Gangsa. Namun tidak ada jawaban dari Najma, Gangsa yang penasaran langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Najma, Gangsa terkejut saat melihat Najma sudah tertidur pulas di tempat tidur.Melihat Najma tertidur, Gangsa langsung keluar dari kamar tidur itu, mungkin lain kali dia akan menceritakannya.Keesokan harinya, Najma bangun di pagi hari seperti biasanya, karena hari ini dia tidak usah pergi bekerja, Najma akhirnya memilih untuk memasak.Semua yang di kerjakan Najma memang tidak aneh, namun situasi yang di rasakan Najma saat ini sangat canggung, karena sejak tadi Gangsa hanya mengikuti dan memperhatikannya saja, membuat Najma sedikit tidak nyaman jadinya."Apa tidak ada yang bisa kamu kerjakan, selain ada di sini!" Bentak Najma pada Gangsa."Memangnya aku harus apa ka? Lagi pula aku baru saja datang
Mala yang sudah berhasil menenangkan Nuri, mencium Nuri dengan lembut."Dengar Kaka tidak akan pernah meninggalkan kamu, apalagi sampai jadi gila," ucap Najma."Jika kamu sering lihat kakak bicara sendiri, itu bukan karena kakak stres, tapi di dekat kakak sekarang benar-benar ada seseorang, namun dia tidak bisa di lihat oleh kamu, hanya bisa di lihat oleh kakak, jadi percaya lah, kakak tidak gila," lanjut Najma pada Nuri."Nanti kakak pasti cerita soal dia, tapi tidak sekarang!" Nuri mengangguk, lalu memeluk Najma erat.Najma melepaskan pelukannya, lalu menatap Nuri."Kakak juga sudah dapat kerja, tapi sebagai perawat pribadi, kakak harus bekerja 24 jam di rumahnya, gajinya lumayan besar, tapi kakak bingung, karena harus meninggalkan kamu," cerocos Najma pada Nuri."Memangnya berapa gajinya, kak?" Tanya Nuri."Sepuluh juta!" Jawab Najma."Apa! Jika sebesar itu hutang ayah dan ibu bisa cepat lunas, terima saja kak, biar aku sama bibi saja," ucap Nuri."Kamu yakin?" "Tentu saja, aku i
Najma terkejut saat Gangsa yang berdiri jauh di luar rumah menjerit kesakitan, saat para ustad dan para santrinya mulai membacakan ayat-ayat suci untuk mengusirnya.Najma sebenarnya ingin sekali langsung berlari ke arah Gangsa namun tidak dia lakukan, karena jika dia lakukan itu, Keberadaan Gangsa akan di ketahui oleh ustad dan para santrinya.Najma tetap bertahan walau mendengar teriakan Gangsa meminta tolong."Sudah pak ustad, di sini tidak ada apa-apa, Nuri hanya terlalu khawatir padaku," ucap Najma dengan wajah penuh rasa khawatir karena mendengar Gangsa terus saja menjerit.Najma memutar otaknya untuk menolong Gangsa yang terlihat sangat kesakitan."Aku harus pura-pura kesurupan!" Ucap Najma."Aaaaa!" Teriak Najma tiba-tiba, membuat semua yang ada di sana terkejut dan segera melihat ke arah Najma, Najma menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil mengacak-acak rambutnya hingga berantakan."Kakak! Kakak!" Teriak Nuri ketakutan.Gangsa segera menghentikan teriakkan nya, diapun terkeju
"Kamu! Apa kamu tidak bisa menolongku!" Teriak Najma pada Gangsa yang tadi hanya diam, menatap ke arah Toni.Toni menghentikan langkahnya mendengar ucapan Najma, yang aneh itu, lalu dia sedikit tertawa."Apa kamu begitu takut padaku, tenang aku ini Abang kamu, pasti aku akan memperlakukan kamu dengan lembut," ucap Toni."Bang! Kumohon jangan gila! Ini uang yang Abang minta! Aku bayar lunas!" Ucap Najma."Pegang saja uang itu buat kamu! Asalkan kamu mau sama Abang!" Balas Toni."Jangan gila bang!" Teriak Najma lagi."Aku memang gila, gila sama kamu! Sejak melihat kamu pertama kali, sampai sekarang," oceh Toni makin tidak jelas di telinga Najma.Jarak antara Toni dan Najma pun kini sudah saling berhadap-hadapan, hanya tinggal satu senti meter lagi, tubuh mereka akan saling menempel.Najma menoleh ke arah Gangsa dengan wajah memohon untuk di tolong.Gangsa bukan tidak mau menolong Najma, tapi dia bingung harus bagaimana menolong Najma, sejak tadi dia berusaha menyentuh Toni untuk menahan
"Kenapa kak?" Tanya Nuri kebingungan."Dia telah menolong kakak, kakak tidak mau dia pergi dari tempat ini," jelas Najma."Tapi dia setan, ka!" Protes Nuri."Bukan, dia bukan setan, dia hanya ruh yang gentayangan karena terpisah dari raganya," jelas Najma."Jadi kakak tahu, siapa setan itu!" Teriak Nuri"Aku bukan setan!" Teriak Gangsa membalas teriakan Nuri." Dia pasien di rumah sakit kakak," jawab Najma.Nuri diam, lalu menatap Najma dengan tajam, Nuri begitu takut jika sampai kakaknya sakit atau celaka karena mahluk yang tidak bisa dia lihat itu."Apa kakak yakin dia tidak bahaya buat Kaka?" Tanya Nuri Najma mengangguk, lalu memeluk Nuri, Najma tahu Nuri sangat mengkhawatirkan dirinya."Tenanglah, kakak yakin dia baik, walau kadang dia menyebalkan karena suka seenaknya!" Lanjut Najma."Apa dia begitu menyebalkan?" Tanya Nuri lagi."Iya," jawab Najma.Gangsa hanya diam mendengar apa yang di katakan Najma tentang dirinya, mungkin apa yang di katakan Najma ada benarnya juga.Gangsa
Merasa ada getaran aneh yang menyerang hati mereka saat ini, keduanya memutuskan pandangan mata mereka, bersamaan."Kamu ini! kakak bisa jaga diri sendiri, justru kakak itu mengkhawatirkan kamu, yang akan tinggal sama bibi Nur," omel Najma "Kamu ini pemalas, dan kamu tahu sendiri bagaimana bibi Nur, dia super cerewet walaupun aslinya baik, kakak takut kamu tidak betah di sana," omel Najma lagi."Tenang saja ka, aku sudah biasa mendengar ucapan bibi Nur," balas Nuri."Semoga saja, itu benar!" Jawab Najma, sambil merapihkan rumah, yang terlihat agak berantakan."Nanti kamu sering-sering lihat rumah ini, dan bersihkan!" Ucap Najma lagi pada Nuri."Iya," jawab Nuri.Keesokan harinya lagi, saat itu sudah waktunya Najma harus pergi ke rumah Gangsa, namun sebelum pergi, Gangsa mengajak Mala untuk kembali ke ATM, untuk mengambil uang terlebih dahulu, uang itu akan di berikan pada Nuri, sebagai uang jajan selama Mala pergi merawatnya."Serius ini untuk aku kak?" Tanya Nuri, melihat sepuluh lem
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter