Najma menatap wajah Gangsa yang sedang tertidur lelap, seraut wajah yang sangat tampan, namun sayang dia hanya bisa tergolek di atas tempat tidur."Cepatlah sadar, kasihan kedua orang tua kamu, kenapa juga kamu harus terpisah dengan ruh kamu, bikin repot aku saja," cerocos Najma."Terus terang bukan aku tidak mau menikah denganmu, tapi aku teh punya cita-cita menikah dengan pria yang benar-benar aku cintai, dan mencintai aku,""Sedangkan kita tidak saling cinta, tapi harus menikah, aku takut kamu tidak bahagia begitupun aku, bagaimana ini?""Aku sebenarnya ingin bicara denganmu, tapi kamu kenapa sangat sulit di ajak bicara, malah masang wajah beku tiap hari,""Aku pasti mau menikah dengan kamu jika memang ini buat kesembuhan kamu, aku sebagai seorang perawat pasti senang melihat pasiennya sembuh dan sehat kembali," "Tapi jika kamu tidak mau menikah denganku katakan saja, aku tidak masalah," cerocos Najma sambil terus menatap Gangsa."Siapa bilang aku tidak mau menikah dengan kamu!
"Tutup mata kamu!" Teriak Najma sekali lagi.wajah Najma memerah, dia tidak akan menyangka dia akan terjatuh dalam keadaan polos dan di lihat oleh Gangsa.Gangsa yang spontan menutup kedua matanya, sesuai permintaan Najma. Sedikit tersenyum."Aduh!" Keluh Najma."Ada apa?" Tanya Gangsa cemas."Tidak! Tidak ada apa-apa!" Jawab Mala cepat, dia takut Gangsa membuka kedua matanya."Kamu tetap tutup mata kamu! Dan berjalanlah ke sini perlahan, aku tidak bisa bangun!" pinta Najma.Gangsa pun mengikuti apa yang di minta Najma, lalu mengulurkan tangannya."Aduh!" Keluh Najma lagi."Kenapa?" "Kaki ku seperti nya keseleo," "Lalu bagaimana sekarang?" Tanya Gangsa."Jongkok lah, gendong aku," Sekali lagi Gangsa mengikuti apa yang di minta Najma, dia menggendong Najma di punggung nya, keluar dari kamar mandi."Kamu benar-benar merepotkan!" Ucap Gangsa."Maaf!" Lirih Najma malu.***Keesokan harinya, Najma pun bangun pagi seperti biasanya, dia segera merapihkan penampilan suaminya.Setelah itu, d
Gangsa membuka matanya perlahan-lahan, posisi nya masih memeluk Najma erat, rasanya baru malam ini, dia bisa tidur nyenyak, sepanjang hidupnya.Gangsa menatap seraut wajah cantik, milik Najma yang tepat berada di depan matanya. Sebuah pemandangan yang indah, yang tidak membosankan untuk di lihat, rasanya pasti bahagia, jika setiap hari setiap bangun tidur bisa melihat pemandangan secantik ini.Entah sadar atau tidak, Gangsa menjulurkan tangannya mencoba menyentuh wajah Najma, namun urung di lakukan, karena Gangsa melihat kedua mata Najma bergerak-gerak.Gangsa spontan kembali menutup matanya, saat melihat mata Najma perlahan bergerak terbuka.Najma sedikit terkejut saat mendapati dirinya tidur sangat dekat dengan Gangsa, bahkan dia sedang memeluk nya erat. Najma ingat semalam dia bermimpi di peluk oleh ayahnya."Aku pasti membuatmu menjadi ayahku semalaman," ucap Najma pada Gangsa dengan sedih."Aku sangat merindukan ayah ku!" Ucap Najma."Kamu sangat tampan, cepatlah bangun, jangan t
Najma pagi ini membawa Nuri main ke rumah Gangsa. Dia ingin mengajak Nuri jalan-jalan."Aku ikut!" Ucap Genta.Najma dan Nuri saling pandang. "Kenapa? Kalian berdua kan perempuan, lebih baik jika ada seorang pria yang mendampingi," jelas Genta."Genta benar, biarkan dia ikut!" Ucap Nurma.Gangsa tidak suka mendengar hal itu. Tapi dia tidak bisa bicara hal itu pada siapapun. Dengan Najma? Rasanya dia tidak akan menemukan alasan untuk menolak Genta, jadi percuma.Akhirnya hari itu Mala dan Nuri, Gangsa dan Genta pergi ke taman hiburan untuk menghibur Nuri.Najma terus berjalan bergandengan dengan Nuri, sedangkan Genta berjalan di belakang tentunya bersama Gangsa di sampingnya, tanpa dia ketahui."Aku akan membelikan kalian minuman," ucap Genta sambil berjalan meninggalkan Najma dan Nuri."Kamu ini, kenapa cemberut terus!" Tegur Najma pada Gangsa, begitu Genta pergi."Ingat kita kesini untuk menghibur Nuri, bukan kamu!" Omel Najma."Kenapa kak? Kak Gangsa tidak suka berada di sini?" Ta
"Ayah, aku mengalami kesulitan mengatasi para partner bisnis Gangsa, mereka menuntut terlalu banyak," ucap Genta saat sarapan."Mereka seperti memanfaatkan ketidak hadiran Gangsa, dengan memaksa kehendak mereka pada kita,""Sebenarnya di mana surat perjanjian kontrak Gangsa dengan mereka, di simpan oleh Gangsa?" Tanya Genta."Sepertinya ada di brangkas, yang ada di kantor Gangsa," jawab Surya."Apa ayah tahu nomer kodenya?" Tanya Genta."Aku tahu," jawab Najma cepat.Genta langsung menatap ke arah Najma, benarkah Najma tahu nomer brangkas Gangsa."Iya, ayah lupa jika kamu tahu semua tentang Gangsa, hari ini kamu ikut Genta ke kantor!" Ucap Surya."Baik ayah!" Jawab Najma."Ayah yakin? Najma tahu, nomer brangkas Gangsa?" Tanya Genta."Kita lihat nanti" Jawab Surya.Genta menatap Najma yang duduk di sampingnya, dia terlihat sangat tenang, apa iya Najma tahu nomer brangkas Gangsa, tanya Genta dalam hatinya, rasanya itu tidak mungkin, tapi untuk apa Najma berbohong.Jika benar Najma tah
"Siapa yang menahannya?" Genta merasa bulu kuduknya sedikit merinding melihat itu."Kenapa?" Tanya Najma pada Genta yang menatap ke arah nya dengan ekspresi penuh kebingungan."Ti_tidak!" Jawab Genta.Mendengar jawaban Genta, Najma pun segera masuk ke dalam mobil."Katakan padaku, kenapa kamu dari tadi terus melirik aneh padaku?" Tanya Najma tiba-tiba ketika di dalam mobil pada Genta, membuat Genta terkejut."Aku melihat saat kamu terpeleset tadi, kenapa aku merasa seperti, ada seseorang yang menahan kamu, agar kamu tidak terjatuh,"Najma mengerutkan keningnya, berpikir apa yang terjadi saat dia terpeleset tadi, Najma ingat, saat dia terpeleset tadi, di tangkap oleh Gangsa."Kamu tidak tahu, kalau aku ini punya kemampuan akrobat," jawab Najma tiba-tiba.Gangsa yang awalnya merasa bingung, tertawa keras mendengar jawaban yang Najma berikan pada Genta."Sejak kapan kamu bisa akrobat?" Tanya Genta."Sejak kecil," jawab Najma lagi.Gangsa kembali tertawa mendengar jawaban Najma. Gangsa ma
Keesokan harinya Genta terkejut saat melihat Najma sudah duduk di mobil milik Gangsa, yang sudah lama terparkir di garasi."Mau kemana?" "Ke kantor!""Kenapa tidak bareng sama aku?""Aku sekarang di minta ayah, untuk memakai mobil ini," jawab Najma.Genta tersenyum melihat wajah senang Najma, saat ini."Bahagia sekali, dia!" Batin Genta.Genta walau kecewa karena tidak, bisa pergi dan pulang bareng lagi dengan Najma ke kantor, tapi melihat wajah Najma yang begitu bahagia, akhirnya ikut senang.Begitu juga Gangsa, dia kini bisa duduk tenang di samping Najma di dalam mobil.Najma melihat ke arah Gangsa, Najma menatap aneh ke arah samping Gangsa, Najma melihat sebuah sinar aneh, di dekat Gangsa."Sinar apa itu?" Tanya Najma dalam hatinya.Najma ingat cerita Gangsa, yang pernah menyinggung soal sinar itu. Najma menatap sedih ke arah Gangsa.Najma mengusap matanya, hyang berkaca-kaca, saat menatap Gangsa, benarkah waktu Gangsa sebentar lagi."Ada apa?" Tanya Gangsa."Apa yang pria itu kata
Malam itu atas izin Gangsa, Najma pergi dengan mereka. Najma yang tidak pernah masuk ke dalam tempat yang seperti dia masuki saat ini, sedikit termenung.Najma melihat begitu banyak orang berkumpul, pria dan wanita bercampur. Suara musik yang keras, dengan irama cepat, membuat badan terpaksa ikut bergoyang.Najma sebenarnya merasa tidak nyaman berada di tempat ini, menoleh ke arah Gangsa yang ada di sebelahnya. Yang terlihat tidak nyaman juga."Kamu mau minum?" Tawar Genta."Iya," jawab Najma.Genta segera memesan minuman untuk semuanya. Beserta makanannya, Genta dan yang lainya terlihat sangat gembira, mereka ingin menikmati malam ini, dengan kesenangan."Apa kamu nyaman di sini?" Tanya Genta, melihat Najma hanya diam sejak tadi."Iya," jawab Najma pelan.Suara musik, membuat telinga Najma merasa dia sulit untuk bicara dengan siapapun.Tak lama, seorang pelayan datang, dan mengantarkan pesanan mereka.Semua terlihat senang melihat makanan dan minuman mereka datang.Najma pun berusaha
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter