Najma mengambil kontrak yang ada di tangan Gangsa, dengan ekspresi wajah dingin, entah mengapa Gangsa melakukan semua ini padanya, seakan-akan dia tidak percaya pada dirinya. Najma lalu memberikan surat itu pada Surya, dengan ekspresi wajah yang masih dingin.Surya menjadi tidak enak pada Najma, melihat wajah Najma, yang cemberut saat memberikan surat itu padanya.Gangsa menulis surat, memintanya untuk membuat surat kontrak yang berlaku tidak terbatas, atau hingga dia sembuh untuk mengikat Najma agar terus ada di sisinya, yang harus di tanda tangani oleh Najma.*Maaf," ucap Surya sekali lagi.Najma menoleh ke arah Surya, lalu mengangkat sedikit bibirnya ke atas, merespon ucapan Surya barusan.Gangsa mengikuti Najma yang berjalan menuju kamarnya, dan Najma tidak suka itu. Jika dia memang harus bersama dengannya seumur hidup, untuk apa dia harus selalu mengikuti dirinya.Setidaknya, Gangsa harus memberikan ruang untuknya bernafas, tanpa mencium aroma Gangsa di sisinya."Diam di situ!" U
Najma menghela nafas lega, saat melihat kedatangan Gangsa, sejak tadi dia merasa cemas karena tidak melihat Gangsa di mana pun.Najma berjalan cepat ke arah pintu, untuk menyambut kedatangannya Gangsa, langkah Najma terhenti saat Gangsa hanya berjalan melewatinya, tanpa berkata apapun."Apa dia tidak melihat ku?" Batin Najma.Najma pun segera mengejar Gangsa, mensejajarkan langkahnya dengan langkah Gangsa, tapi Gangsa tetap saja tidak memperhatikan nya."Hai!" Colek Najma pada bahu Gangsa.Gangsa terdiam sesaat, dan itu membuat Najma tersenyum dan merasa lega, ternyata Gangsa masih bisa merasakannya.Namun senyum Najma kembali menghilang, saat Gangsa meneruskan langkah, tanpa menoleh ke arahnya.Najma terdiam di tempatnya, menyadari jika Gangsa juga tidak bisa merasakan sentuhan darinya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Batin Najma, bingung.Najma terus mengikuti Gangsa dari belakang, dengan tatapan hanya terpaku pada punggung Gangsa."Aduh!" Teriak Najma, mengeluh kesakitan sa
Najma menatap Gangsa sebentar, lalu akhirnya menghubungi Fanny, tanpa banyak tanya lagi. setelah beberapa kali berdering, Fanny baru menerimanya telepon dari Najma."Halo," suara lembut dari balik telepon membuat Najma sedikit merinding, orangnya cantik, suara nya pun sangat lembut, pantas Gangsa jatuh cinta padanya, batin Najma."Gangsa, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Fanny, yang menyangka jika yang meneleponnya saat ini adalah Gangsa. Karena Najma belum memperdengarkan suaranya, saat ini."Maaf aku bukan Gangsa, Gangsa masih terbaring koma," jawab Najma.Fanny terdiam, jika Gangsa masih koma, bagaimana bisa wanita ini, menelepon dirinya, nomer telepon ini, hanya Gangsa yang tahu.Rasanya tidak mungkin Gangsa bisa memberitahukan nomer teleponnya pada orang lain, apalagi pada seorang wanita, apa maksud Gangsa melakukan hal ini, batin Fanny bertanya-tanya."Kamu siapa nya Gangsa?" Tanya Fanny akhirnya."Saya perawat Gangsa, Gangsa masih koma," Najma tidak mendengar Fanny merespon uca
"Apakah anda tidak mencintai nya?" Tanya Najma sekali lagi, pada Fanny.Najma melihat Fanny terdiam untuk beberapa saat, lalu menoleh ke arahnya, dengan tatapan tajam, seperti Fanny tersinggung dengan pertanyaan yang di ajukan padanya."Itu bukan urusan kamu! Urusan kamu itu merawat Gangsa!" Bentak Fanny.Najma benar, Fanny marah padanya. Tapi kenapa dia harus marah, batin Najma"Aku tahu! Sebagai perawat aku ingin pasien ku cepat sembuh, dan anda adalah obat untuk pasien saya," protes Najma."Kamu. Dengar aku memang mencintai Gangsa! Namun aku tidak bisa berkorban menghancurkan karirku, dengan menikahi pria koma!" "Berarti anda tidak mencintainya," balas Najma."Terserah padamu! Yang pasti aku tidak mau menikah dengannya, kenapa tidak kamu saja yang menikah dengannya, sepertinya kamu sangat dekat dengannya, sampai tahu tentang hubungan ku dengan Gangsa yang rahasia," "Itu tidak mungkin!" Teriak Najma."Kenapa? Apa karena dia koma?"Fanny sedikit tertawa melihat Najma terdiam menden
Gangsa mendengar perkataan ibunya, langsung menatap tajam ke arah Najma."Ibu akan menemui wanita itu besok!" Lanjut Nurma."Wanita siapa?" Tanya Surya."Kekasihnya Gangsa,""Memangnya Gangsa punya kekasih?" Tanya Surya lagi."Iya, dan dia seorang artis, dia menolak menikah dengan Gangsa," lanjut Nurma lagi."Menikah, Gangsa mau menikah?" Tanya Surya makin tidak mengerti apa yang di katakan oleh Nurma, istri nya.Nurma menarik Surya agar mengikutinya, Nurma merasa harus melakukan sesuatu jika itu memang cara untuk menyembuhkan Gangsa.Gangsa masih menatap ke arah Najma, Najma menundukkan kepala dalam-dalam, karena telah merasa bersalah."Bawel!" Umpat Gangsa.Najma hanya diam, dia jadi tidak berselera sarapan lagi, dia bangun dan meninggalkan Gangsa di meja makan.Baru saja mau naik ke lantai dua, handphonenya berdering."Halo!""Baiklah kakak akan pulang sebentar," Najma tidak jadi naik ke lantai dua, dia kembali menemui Gangsa yang masih duduk di meja makan."Sepertinya aku harus pu
"Dasar pria mesum!" Umpat Najma, sambil terus melayangkan sapu ke arah Gangsa.Malam itu Gangsa dan Najma saling kejar-kejaran, hingga akhirnya berhenti saat Najma, merasa lelah dan menyerah, untuk tidak mengejar Gangsa lagi.Najma masuk ke dalam kamarnya dengan kesal, bagaimana dia bisa kecolongan oleh Gangsa, batin Najma kesal."Dasar pria mesum!" Umpat Najma lagi pada Bramono."Aku tidak mesum, tapi pria itu yang mesum mau mengintip kamu!" Teriak Gangsa dari luar kamar Najma."Alasan!" Jawab Najma.Najma kemudian ingat tuduhan Gangsa pada Dahlan, Apa benar yang di katakan oleh Gangsa soal Dahlan barusan, untuk apa Dahlan melakukan hal itu, batin Najma. Tidak percaya pada ucapan Gangsa.Najma malam itu juga, duduk di ruang tamu, menunggu kedatangan Dahlan, yang berjanji akan datang malam ini.Namun sampai sekarang Dahlan tidak juga datang, apakah yang di katakan Gangsa sore tadi benar, jika Dahlan diam-diam masuk ke rumah ini.Dengan kesal Najma akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Gang
Dahlan bersiap, untuk bisa merebut Najma dari mahluk yang tidak bisa dilihat olehnya.Namun belum juga tangannya berhasil menggapai Najma, sebuah tendangan mengenai perut nya, hingga dia tersungkur ke lantai..Najma sedikit berteriak saat Dahlan jatuh ke lantai, Dahlan meringis kesakitan dia menekan perutnya yang baru saja di tendang itu.Gangsa tidak puas sampai di situ, dia kembali menendang tubuh Dahlan dengan amarah yang memuncak, hingga Dahlan kembali terjatuh, dan Najma kembali menjerit.Gangsa melakukan hal itu, karena dia marah mengetahui jika pria cabul di rumah sakit itu adalah Dahlan."Hentikan! Dia bisa mati!" Teriak Najma."Biar saja dia mati! Pantas aku seperti mengenal dia, ternyata dia pria itu!" Balas Gangsa."Kalua dia mati, aku juga yang repot!" Ucap Najma.Mendengar itu, Gangsa menghentikan aksinya, menendang Dahlan, tanpa henti.Dahlan mencoba mengangkat wajahnya, ketika dia sudah tidak merasakan hantaman ke arah tubuhnya, dia menatap ke arah Najma, yang sejak tad
Najma menatap wajah Gangsa yang sedang tertidur lelap, seraut wajah yang sangat tampan, namun sayang dia hanya bisa tergolek di atas tempat tidur."Cepatlah sadar, kasihan kedua orang tua kamu, kenapa juga kamu harus terpisah dengan ruh kamu, bikin repot aku saja," cerocos Najma."Terus terang bukan aku tidak mau menikah denganmu, tapi aku teh punya cita-cita menikah dengan pria yang benar-benar aku cintai, dan mencintai aku,""Sedangkan kita tidak saling cinta, tapi harus menikah, aku takut kamu tidak bahagia begitupun aku, bagaimana ini?""Aku sebenarnya ingin bicara denganmu, tapi kamu kenapa sangat sulit di ajak bicara, malah masang wajah beku tiap hari,""Aku pasti mau menikah dengan kamu jika memang ini buat kesembuhan kamu, aku sebagai seorang perawat pasti senang melihat pasiennya sembuh dan sehat kembali," "Tapi jika kamu tidak mau menikah denganku katakan saja, aku tidak masalah," cerocos Najma sambil terus menatap Gangsa."Siapa bilang aku tidak mau menikah dengan kamu!
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter