Walaupun Najma mengikuti apa kata Gangsa, untuk keluar dari kamar itu. Namun Najma memutuskan untuk tetap menunggu Gangsa tepat di depan pintu kamar mandi. Najma tidak ingin, sampai kejadian beberapa hari lalu, terjadi lagi."Sudah selesai belum mandinya?" Teriak Najma, setelah menunggu sekian lamanya."Jangan tunggu aku di situ! Aku akan baik-baik, saja! Pergilah!" Teriak Gangsa dari dalam.Najma mendengus kesal, mendengarnya. Apa sih? yang di lakukan Gangsa di dalam kamar mandi? Batin Najma bertanya-tanya. Ingin rasanya Najma masuk ke dalam dan melihat apa yang sedang di lakukan oleh Gangsa saat ini. Namun dia tidak berani.Najma tidak menghiraukan apa yang di minta Gangsa, agar tidak menunggu nya di depan pintu, dia tetap bersikukuh akan menunggu Gangsa dengan terus berdiri di depan pintu saja. Sampai Gangsa berteriak meminta keluar dari kamar mandi."Kamu sudah hampir satu jam, di dalam sana! Nanti masuk angin!" Teriak Najma, akhirnya.Gangsa terkekeh mendengar hal itu, Najma tidak
Najma, membuka selimut yang menutupi tubuhnya, sejak tadi, dia ingin melihat apakah Gangsa sudah tidur, sekarang."Tidurlah!" ucap Najma cepat, sambil berbaring membelakangi Gangsa, saat matanya menangkap mata Gangsa yang masih terbuka, menatap ke arahnya."Auh!" Najma menguap kuat-kuat, entah mengapa kedua matanya begitu terasa berat, karena mengantuk, tidak seperti biasanya.Gangsa pun akhirnya, memejamkan matanya, dalam posisi menghadap ke arah Najma. Begitu pula Najma tetap di posisi membelakangi Gangsa.Malam pun bertambah larut, Gangsa dan Najma pun sudah tidur dengan nyenyak. Tanpa mereka sadari, seseorang sedang membuka pintu kamar mereka, saat ini.Entah bagaimana kamar yang sudah terkunci rapat bisa di buka dengan mudah oleh orang tersebut. Bahkan orang tersebut kini sudah berada di dalam kamar, kemudian melihat Gangsa dan Najma yang sudah tertidur."Mereka ternyata tidur terpisah!" Mengetahui hal ini, orang itu tersenyum, ternyata apa yang dia pikirkan selama ini benar. Or
"Aku mencintaimu," ucap Genta jelas terdengar di telinga Najma.Membuat Najma terpaku terdiam, mendengar hal itu, bagaimana mungkin Genta bisa menyatakan perasaan cinta padanya. Najma entah sadar atau tidak mengangkat tangannya tinggi-tinggi."Plak!" Sebuah tamparan keras di berikan Najma pada Genta."Aku ini, kakak ipar mu!" Teriak Najma.Genta mengusap pipinya yang baru saja di tampar oleh Najma. Genta berdiri, lalu menatap Najma, dengan tatapan sangarnya, dia tidak suka di tolak.Genta mendorong Najma, hingga jatuh di atas tempat tidur."Mau tidak mau, akan ku buat. Dirimu menjadi milikku!" Ucap Genta, yang kini ikut naik ke atas tempat tidur. Tatapan Genta fokus tertuju pada Najma, hingga membuat Najma tersudut di atas tempat tidur."Tidak! Apa yang ingin kamu lakukan?" Teriak Najma."Membuat kamu, menjadi wanita seutuhnya!"Mendengar itu, Najma menjerit keras, "Tidak! Ku mohon jangan lakukan ini!" Jerit Najma.Jeritan Najma, membuat Gangsa tersadar, jika Najma tidak menyukai Gent
"Mungkin wajar jika Genta membenciku, karena telah merenggut jiwa kakaknya yang tidak bersalah karena kenakalanku!" Ucap Gangsa sedih."Mungkin itu, sudah takdir! Kamu jangan terlalu merasa bersalah, lagi pula saat itu usia kamu belum juga dewasa," hibur Najma."Lalu bagaimana Genta bisa menjadi adikmu?" Tanya Najma penasaran."Karena sebelum menghembuskan nafas terakhir nya, pria itu menitipkan Genta adiknya padaku," Gangsa menarik nafas panjang.Sejak kematian kakaknya, Genta di jemput oleh Gangsa dan kedua orangtuanya, dari panti asuhan, mereka mengangkat Genta menjadi anak mereka, sebenarnya Genta di perlakukan dengan baik, bahkan di anggap benar-benar anggota keluarga."Ini kesalahan kami, yang menyembunyikan masalah ini darinya, mungkin dia telah salah menerima, dia beranggapan kami sengaja menyembunyikan kesalahan kami ini, karena takut di hukum," Najma menghela nafas panjang, dia menatap kembali Gangsa dengan wajah sedihnya, bagaimana ini? Sekarang Ruh Gangsa kembali terpisah
Gangsa, sebenarnya marah melihat apa yang di lakukan Genta pada Najma, namun dia mencoba untuk bersabar, dia menunggu Genta mengungkapkan dasar dia melakukan semua ini, agar bisa di klarifikasi.Namun mendengar perkataan Genta barusan, Gangsa, mengepalkan kedua tangannya. Gangsa mendekat ke arah Najma, bersiap memukul Genta."Jangan!" Teriak Najma, membuat Gangsa dan Genta terkejut."Jangan lakukan itu!" Lanjut Najma, sambil menatap ke arah Gangsa."Kenapa, dia sudah kurang ajar, mencintai istriku!" Jawab Gangsa."Tapi aku tidak mencintainya!" Jawab Najma.Genta menoleh ke belakang, tidak ada orang lain selain dia di rumah ini, siapa yang di ajak bicara oleh Najma tadi, Genta menatap aneh Najma. Najma tahu jika Genta menatapnya aneh, namun tidak dia hiraukan.Genta memusatkan perhatian nya pada Najma lagi. Najma tidak gila, dia hanya ingin mengalihkan perhatian ku, batin Genta."Ku mohon jangan lakukan ini, kita tidak boleh melakukan hal itu! Kita bukan MUHRIM!" Genta tertawa mendeng
Najma memandang Gangsa yang berbaring di atas tempat tidur, dia langsung memeluknya, dia ingat saat itu ada darah keluar dari kelapa Gangsa."Apa kata dokter?" Tanya Najma langsung."Ada memar sedikit dan luka lecet di kepalanya, namun dokter tidak bisa mengatakan kenapa Gangsa bisa koma lagi," Jawab Nurma."Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga Gangsa dengan baik sebagai istri ataupun perawat," ucap Najma dengan sedih, dia begitu amat bersalah dengan kejadian ini."Sudahlah, sudah terjadi. Ibu percaya padamu," Jawab Nurma.Najma menoleh ke arah Gangsa yang sedang menatap dirinya sendiri dengan wajah sedihnya, Najma menebak apa yang sedang di pikirkan Gangsa saat ini. "Maafkan aku!" Ucap Najma."Kenapa sejak tadi kamu minta maaf, ini bukan kesalahan kamu!" Bentak Gangsa."Tapi aku lalai, menjagamu!""Kemari lah!" Ucap Gangsa meminta Najma untuk naik ke atas tempat tidur dan duduk di dekatnya."Kamu jangan hanya bisa minta maaf, karena aku sekarang butuh untuk di peluk, bukan memaafkan!
"Kalian berdua ini aneh! memikirkan aku sampai seperti ini!" Ucap Gangsa, melihat kedua saudara ini mematung, karena nasibnya."Terserah kami, dari dulu kami memang begini!" Jawab Najma.Gangsa terdiam, mendengar hal itu, lalu ikut mematung seperti Najma dan Nuri lakukan saat ini.***Nuri dan Najma malam itu,tidur saling berpelukan sedangkan Gangsa tidur di kamar yang berbeda, Gangsa yang biasa tidur bersama Najma, merasa gelisah hingga tidak bisa memejamkan matanya, Gangsa akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar nya.Gangsa masuk ke kamar di mana Najma dan Nuri tidur, Gangsa tersenyum melihat bagaimana Najma dan Nuri tidur saling berpelukan, dua saudara ini memang benar-benar aneh, terlalu kelihatan dramatis.Gangsa memilih duduk di bangku yang ada di depan kamar, Najma dan Nuri. Gangsa merasa lebih nyaman tidur di bangku tersebut, karena merasa dekat dengan Najma.Gangsa membuka kedua matanya, saat mendengar suara pintu di coba di buka dari luar, jangan bilang ada seorang pencu
Najma segera bangun, lalu mengejar copet itu, dengan sekuat tenaganya. Najma menghentikan larinya saat melihat copet itu masuk ke dalam sebuah rumah kosong di tepi jalan.Najma dengan hati-hati masuk ke dalam rumah itu. Najma terkejut begitu masuk, mulutnya di bekap seseorang dari belakang.Najma mencoba melepaskan diri, namun tenaganya sangat lemah di bandingkan orang yang sedang membekapnya, seketika tubuh Najma yang mungil berhasil di buat tidak bisa bergerak oleh orang itu.Najma terkejut, saat dirinya di dorong hingga terjatuh ke lantai. Najma segera bergerak berbalik arah, untuk melihat siapa yang melakukan hal ini."Kamu!""Apa kabar?" Tanya orang itu."Apa yang kamu inginkan?" Tanya Najma ketakutan saat melihat Dahlan."Tentu saja kamu!" Jawab Dahlan sambil tersenyum."Jangan gila! Aku sudah menikah!" Teriak Najma."Kalau begitu, akan ku paksa kamu bercerai dengannya! Lagi pula suami kamu itu koma, pasti tidak bisa memuaskan mu!" "Tidak! Aku cukup bahagia, walau suami ku koma
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter