Share

Mendadak Miskin
Mendadak Miskin
Author: Gilva Afnida

Ide Gila

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2022-04-16 11:33:59

Suara tawa terdengar menggema di ruang santai milik pria berambut coklat bernama Liam. Tangannya menepuk keras bahu kawannya yang bernama Rafa-duduk di sampingnya. Rafa tak menggubris Liam yang masih tertawa bahagia di atas penderitaannya. Wajahnya masih bertekuk masam sambil memandang malas ke arah TV yang masih menampilkan acara pacuan kuda.

"Kau sudah janji padaku, Rafa. Esok aku ingin kau sudah menjadi gelandangan di jalanan," ujar Liam.

"Berisik!" jawabnya sambil beralih dari tempatnya duduk.

"Eh! Mau kemana?" Liam membuntuti kawannya yang enggan untuk menjawab.

Ternyata Rafa hanya menuju ke arah dapur, mengambil soda kaleng dingin yang berada di dalam kulkas dan meminumnya, berharap dapat mendinginkan kepala dan hatinya yang mulai panas. "Bagaimana kalau hukumannya ku ganti dengan saham perusahaan 10%? Bukankah itu terdengar lebih menggiurkan?"

Liam menyilangkan kedua tangan di depan dada. Tubuhnya menyender di kulkas besar miliknya sambil menatap Rafa dengan tatapan mengejek. "Kenapa diganti? Takut?"

"Apa? Tidak mungkin! Seorang Rafa dikatakan takut hanya karena menjalankan hukumannya? Cuih." Rafa membuat gerakan ludah ke lantai.

"Terus, kenapa minta diganti?"

"Realistis saja, Liam. Kalau aku menjadi gelandangan, siapa yang akan mengurus perusahaan, hah?"

"Itu mudah. Aku akan memberikan satu drama menarik untukmu. Kau umumkan pada orang-orang bahwa aku telah berkhianat merebut perusahaanmu, lalu kau dapat melihat siapa kawan dan siapa lawan."

Ucapan Liam membuat Rafa tersedak soda yang sedang ditenggaknya hingga terbatuk-batuk. "Kau gila?"

"Ya! Aku memang gila. Gila karena berkali-kali aku memberitahu betapa busuknya istri yang kau banggakan itu, tapi nyatanya otak udangmu itu telah dipenuhi oleh cinta buta."

Amarah mulai membuncah dalam dada. Dia tak terima istrinya yang paling cantik dan ia banggakan di fitnah oleh Liam. "Sialan kau, Liam! Pekerjaan Pevita adalah selebgram dan model papan atas! Jadi sudah sewajarnya jika ia dekat dengan pria-pria lain di luar sana."

Liam mendengus tak percaya. "Dan kau percaya padanya setelah kau sudah mengetahui itu semua?"

"Ya! Aku percaya, karena hubungan mereka tidak lebih dari rekan kerja." Rafa lebih percaya dengan istri yang sangat disayanginya.

Liam sekali lagi tertawa, lalu menatap Rafa dengan tatapan mengejek. "Bagaimana kalau hubungan mereka lebih dari sekedar rekan kerja?"

Ucapan Liam membuat Rafa tertohok. Tapi secepat mungkin ia menepis segala perasaan buruk tentang Pevita. "Gak mungkin! Pevita adalah wanita yang baik."

"Lakukan saja hukumanmu, Rafa. Jika Pevita memang tidak sebusuk yang kau kira, maka aku berjanji tidak akan pernah ikut campur dengan segala permasalahan asmaramu lagi," tukas Liam membuat negosiasi. Bagaimanapun caranya, dia harus membuat Rafa tersadar dari cinta buta yang mampu menenggelamkan hidupnya.

"Oke!" Rafa membuang kaleng bekas soda yang sudah habis isinya ke dalam sampah. Lalu beranjak dari apartemen Liam dengan menyambar kasar jaket denimnya.

Liam hanya menghela napas panjang ketika sudah melihat supercar ferrari California milik Rafa dari balik jendela kaca besar apartemennya, pergi menjauh. Dia masih teringat ucapan ibu angkat sekaligus ibu kandung Rafa yang memintanya untuk menjaga Rafa setelah kepergiannya. "Mama tahu kalau permintaan mama terlalu berat untukmu, Liam. Tapi mama yakin kalau kau pasti bisa melakukannya. Hanya satu hal yang mama minta darimu, tolong jaga Rafa layaknya saudara kandungmu dari segala hal bahaya. Bukan dari bahaya rampok ataupun kemalingan, tapi dari bahaya kecerobohan dan kebodohan yang selalu dilakukan tanpa disadarinya."

Pria berkulit kuning langsat, berusia 33 tahun itu memang jauh lebih dewasa di banding Rafa meskipun usia mereka sama. Tumbuh bersama selama belasan tahun membuat Liam mengerti, bahwa uang dan kekuasaan dapat membutakan segalanya. Rafa memang pria yang pandai berbisnis dan mempunyai hoki di dalamnya. Tapi tidak dengan lingkungan yang penuh toxic di sekitarnya. Liam merasa harus membuka paksa mata bodoh Rafa yang tidak bisa melihat jelas siapa kawan dan siapa lawan yang sebenarnya.

***

Sesampainya di penthouse mewah dua lantai, Rafa mendengus kesal ketika hanya mendapati seorang asisten pribadi bernama Diba yang sudah melayaninya sejak kecil. Diba sendiri terheran mendapati majikannya yang pulang jam 9 malam. Biasanya, majikannya itu akan pulang tengah malam atau bahkan jam 1 atau 2 dini hari.

"Kemana Pevita?" tanya Rafa ketika dia berjalan melewati anak tangga. Diba berada di belakang membuntutinya.

"Nyonya masih belum pulang, Tuan." Pandangan Diba menunduk. Enggan menunjukkan wajahnya di depan Rafa yang tengah menoleh ke arahnya.

Rafa mendengus kesal. "Apa biasanya dia memang pulang selarut ini?"

"Benar, Tuan."

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku?"

"Karena Nyonya yang menginginkannya, Tuan." Meskipun Diba takut pada kemarahan Pevita, tapi dirinya lebih takut melihat kemurkaan majikan yang berada dihadapannya itu.

Wajah Rafa menggelap setelah mendengarnya. "Baiklah, siapkan air hangat untukku. Aku akan mandi," titahnya pada Diba.

Tepat ketika tengah malam. Pevita terlihat datang dengan jalan sempoyongan di bawah penerangan yang remang-remang. Lampu ruang tengah memang dimatikan karena sudah tak ada orang yang beraktivitas, namun samar-samar Rafa yang tengah duduk si sofa ruang tengah dapat melihat bahwa yang tengah berjalan adalah sang istri.

Ketika langkah Pevita akan menaiki anak tangga, mendadak langkahnya terhenti karena lengannya di cekal oleh tangan berotot.

"Kenapa baru pulang jam segini? Darimana saja, hah?"

Pevita memicingkan mata untuk menelusuri siapa gerangan yang beraninya menanyai dirinya dengan nada tinggi. "Oh! Rafa? Kau sudah pulang?"

Tercium bau alkohol yang begitu menyengat, membuat kening Rafa mengernyit. "Bau apa ini? Kau mabuk?"

Pevita tak menghiraukan pertanyaan Rafa. "Lepasin, Rafa! Aku mau masuk kamar dulu, aku udah ngantuk."

Rafa membuntuti Pevita yang masih jalan sempoyongan ketika lanjut menaiki anak tangga. Sesampainya di kamar, Pevita langsung menghamburkan diri di atas ranjang tanpa melepas sepatu dan mengganti pakaiannya.

"Vita! Mandi dulu! Badanmu bau alkohol!" titah Rafa pada istrinya.

Pevita hanya menggeliatkan badan dan bergumam tak jelas.

"Pevita!"

Kali ini Rafa tak sabar. Dia menyalakan lampu kamar dan membalikkan istri badannya untuk membangunkannya. Namun betapa terkejutnya ia melihat banyak bekas cupang yang menghiasi leher dan dada istrinya.

"Ini... siapa yang melakukannya, Vita!" teriak Rafa. Wajahnya terlihat murka.

Pevita terduduk dengan mata tertutup. Dia mengacak rambutnya kasar. "Ah, kau berisik, Rafa! Kenapa menanyakan hal yang biasanya tidak kau tanyakan?" tanyanya tanpa dosa. Lalu berlalu melewati Rafa untuk menuju ke kamar mandi.

Rafa mengacak rambutnya frustasi. Sial! Hal yang biasa katanya?

Related chapters

  • Mendadak Miskin   Mendadak Miskin

    Keesokan harinya, Pevita terbangun dari tidurnya ketika mendengar gedoran pintu yang mengusik ketenangannya. "Ada apa, sih?" teriaknya dari dalam, enggan untuk beranjak dari kasur."Maaf mengganggu, tapi saya harus menyampaikannya. Tuan sedang ada masalah dan nyonya harus turun segera ke ruang tengah." Diba masih berdiri di balik pintu."Hmm." Hanya gumaman yang keluar dari mulut Pevita. Dia sendiri tak pernah mau tahu urusan Rafa. Selama duit mengalir dalam kantongnya, dia tak mau ambil pusing dengan segala masalah yang sedang dialami Rafa."Nyonya." Sekali lagi Diba memanggil Pevita dengan nada datar.Ketukan pintu sekali terdengar dan itu berhasil membuat Pevita marah. "Apaan sih! Berisik banget!" ujarnya ketika membuka pintu. Rambutnya berantakan dan baju tidur masih melekat di tubuh sintalnya."Nyonya harus turun ke ruang tengah sekarang!"Pevita mendengus kasar dan melewati Diba untuk turun ke ruang tengah.Setelah

    Last Updated : 2022-04-16
  • Mendadak Miskin   Cleaning Service

    Hari berganti, Rafa sudah bersiap menaiki sepeda motor maticnya untuk berangkat ke perusahaannya. Bukan lagi sebagai CEO, melainkan sebagai cleaning servis sesuai yang diinginkan Liam.Sial! Liam benar-benar sedang mengerjaiku! umpatnya dalam hati jika mengingat pekerjaannya sekarang.Ketika dia memanasi sepeda motornya, terdengar dari kejauhan suara yang menghantui tidurnya semalam, "Mas ganteng! Aku tunggu kedatanganmu dari subuh, kenapa belum dateng-dateng?" Terlihat Lina datang setengah berlari mendekat ke arah rumah Rafa.Sontak Rafa langsung menaiki motor dan melajukan motornya seraya berteriak, "Nanti malam bu, saya kasih fotokopinya!"Rafa tertawa puas setelah melihat tingkah Lina yang menghentak-hentakkan kaki sambil memonyongkan bibir tebalnya. Sungguh dia merasa sial mendapat tetangga genderuwo seperti Lina. "Mungkin nanti aku harus telepon Liam buat cari kawasan rumah yang lebih aman."Di pukul 7 pagi tepat, Rafa har

    Last Updated : 2022-04-16
  • Mendadak Miskin   Lina si Tubuh Gempal

    Suara dentingan sendok beserta garpu yang beradu dengan piring terdengar di seluruh ruangan kantin. Riuh ramah orang berbincang pun nampak berpadu apik dengan suara dentingan sendok tersebut. Berbeda dengan para staf dan karyawan yang menyantap makan siang dengan para kawannya, Rafa menyantap makan siangnya dengan tenang tanpa ada lawan untuk diajak bicara. Pandangannya fokus melihat ke arah bawah gedung yang menampilkan jalanan padat ibu kota dibawah sengatan surya. Suara decitan kursi membuat Rafa menoleh, pemuda yang mengenakan seragam biru sama sepertinya tengah tersenyum canggung. "Maaf pak, boleh saya duduk disini? Semua bangku sudah penuh," ujarnya dengan sopan.Rafa menoleh kebelakang dan menyapu pandangan di sekeliling. Memang kantin tengah begitu ramai pengunjung. Hanya ada beberapa kursi kosong yang berada di antara staf dan karyawan kantor. Tentu membuat pemuda itu sungkan untuk sekedar duduk makan berdampingan dengan mereka. Rafa kembali menatap pemud

    Last Updated : 2022-04-16
  • Mendadak Miskin   Bertemu dengan Dewi

    Hari ini adalah hari kedua Rafa akan menjalani tugasnya sebagai Cleaning Service. Tidak ada semangat seperti kemarin, karena seharian nanti, dia akan berada di wc lantai 2 dan 3. Ketika dia sudah bersiap berdiri di depan pintu luar dengan mengenakan seragamnya, tiba-tiba ada bola kecil berwarna merah menggelinding dan mengenai tepat sepatu kerjanya. Dia menoleh pada langkah kaki anak kecil yang akan mengambil bola miliknya. "Aduh, bolaku!"Rafa enggan berurusan dengan anak kecil, jadi dia tak peduli dan memilih beranjak untuk segera melajukan motornya. Namun belum sempat ia menyalakan motor, terdengar teriakan wanita yang pernah ada di dalam ingatannya."Rafi! Jangan lari-larian gitu, Nak," teriaknya menghampiri anak kecil.Rafa menoleh, tercengang atas apa yang dilihatnya. "Dewi?" pekiknya ketika melihat wajah yang dulu pernah menghiasi hari-harinya.Wanita itu tersentak, tubuhnya gemetar karena mengenali suara itu. Dia mendongakkan kep

    Last Updated : 2022-04-16
  • Mendadak Miskin   Tuduhan Pencurian

    Rafa menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang dulunya adalah ruang kerjanya. Menyenderkan tubuh, lengan, dan kepalanya di sofa. Pagi hari ini benar-benar menjadi sebuah kejutan hebat untuknya. Rafa menutup matanya, bibirnya menyungging sebuah senyuman ketika ia ingat akan pertemuannya dengan Dewi hari ini. Wanita itu mempunyai hutang penjelasan mengenai anak laki-laki yang diberi nama Rafi."Apa sekarang kau sudah gila hanya karena mendapat tuduhan pencurian, bro?" tanya Liam ketika melihat saudara angkatnya itu tersenyum dengan mata yang tertutup rapat.Rafa membuka matanya, menatap langit-langit ruang kerja yang sementara ini milik Liam. "Memang benar aku sudah gila, pertemuanku dengan Dewi tadi pagi benar-benar hal yang tak terduga, Liam."Hah? Dewi? "Tunggu, Dewi? Siapa itu Dewi?" tanya Liam sama sekali tak mengerti."Apa kau bahkan sudah lupa siapa itu Dewi? Bukankah kau dulu juga menyukainya? Lalu patah hati karena ia lebih memilih diriku di

    Last Updated : 2022-04-19
  • Mendadak Miskin   Pemecatan Bari

    Sebenarnya perkataan Dika tadi siang bisa dikatakan benar. Malam ini Rafa sudah mengecek seluruh cctv perusahaan bersama Liam di ruang kerjanya. Namun memang, dia harus berusaha lebih keras karena cctv yang berada di sekitar ruang pribadi cleaning service sengaja dimatikan oleh seseorang ketika peristiwa pencurian itu terjadi.Tapi tak masalah bagi Rafa dan Liam, mereka bisa menemukan bukti lain lewat cctv tersembunyi yang dulu Rafa perintahkan seseorang untuk memasang di titik tertentu. Meskipun beberapa saksi telah disuap oleh si pelaku, tentu hal itu pun tak menyulitkan Rafa dan Liam untuk membuka kembali mulut para saksi."Bagaimana? Udah tahu kan, siapa pelakunya?" Sejauh ini Liam sudah mengetahui siapa sang pelaku, meskipun tidak mempunyai bukti yang akurat. Seharusnya Rafa mengamuk, mengeluarkan amarah tak terkendali karena baru kali ini ia memiliki seorang pengkhianat dalam hidupnya. Tapi kali ini ia ingin bersikap lebih tenang dan lebih bisa meng

    Last Updated : 2022-04-22
  • Mendadak Miskin   Mimpi Buruk

    "Rafa, apa kau cinta denganku?" Nada suara yang manja sekaligus merdu itu selalu mampu menggelitik hati Rafa."Tentu, Dewi. Tunggulah sebentar lagi dan aku akan melamarmu dengan membawa sejuta bunga anyelir kesukaanmu."Dewi tersenyum mempesona. Bagi Rafa, senyum Dewi adalah kebahagiaan untuknya. Sudah sepenuhnya Rafa menyerahkan hati yang utuh hanya untuk Dewi.Namun sedetik kemudian pemandangan itu berubah menjadi wajah Dewi yang penuh dengan deraian air mata."Tinggalkan aku, Rafa! Aku mohon!" jerit Dewi. Belum pernah sebelumnya Rafa melihat wajah kekasih hatinya itu terlihat sedih dan putus asa."Ta-tapi, kenapa Dewi? Apa aku melakukan sebuah kesalahan?""Cukup, Rafa! Jangan pernah datang lagi ke kehidupanku! Aku mohon.." Suaranya perlahan melirih, seiring dengan sosoknya yang pergi menjauh."Tidak Dewi, jangan pergi!"Sekeras apapun Rafa berteriak, Dewi tetap berjalan memunggungi Rafa tanpa membalikkan badannya. Lalu terdengar suara alarm dari ponselnya yang terus berdering.Raf

    Last Updated : 2022-09-22
  • Mendadak Miskin   Suami Dewi

    Rafa meraup wajahnya dengan kasar. Ingin rasanya ia menyerang balik pukulan mentah yang dilayangkan oleh Xavier namun sekuat tenaga ia menahannya. Bukan karena ia takut kepada pria itu, tapi lebih kepada mengontrol diri agar akting yang sedang dilakoninya dapat berakhir dengan sempurna."Hanya sebulan, Rafa. Bertahanlah!" gumamnya menyemangati diri sendiri."Mas Rafa! Apa kau tadi habis bertengkar dengan pak Xavier?" Dika datang dari arah belakang, ia nampak rapi seperti biasa dengan setelan seragamnya. Rupanya berita itu menyebar dengan cepat, membuat Rafa tersenyum geli. "Iya, hanya masalah kecil." "Masalah kecil sampai membuat lebam biru dagumu?" Rafa menyentuh dagu sebelah kirinya yang terkena pukulan. Memang terasa sedikit nyeri tapi itu bukan apa-apa untuknya. "Hanya luka sedikit, pria jantan sepertiku harus mampu menahan luka remeh seperti ini." "Sebenarnya, ada masalah apa sih pak Xavier denganmu? Bukankah kau sudah jatuh miskin? Kenapa seolah-olah itu tak cukup baginya da

    Last Updated : 2023-01-30

Latest chapter

  • Mendadak Miskin   Pingsan

    Tubuh Rafa melemas saat dirinya mencoba bangun setelah ketiduran di sofa tadi siang. Rafa mengusap wajahnya lalu mengambil ponsel. Diusapnya layar ponsel yang menunjukkan pukul setengah empat sore. "Sudah lebih dari tiga jam ternyata aku ketiduran," gumamnya lirih. Banyak pesan yang masuk di ponselnya tak membuat Rafa ingin segera membuka. Dia memilih memijit pelipis kepalanya yang berdenyut-denyut dengan pelan. Memang hal yang tak biasa bagi Rafa untuk tidur siang, terlebih dia tidur selama kurang lebih tiga jam. Setelah itu ketukan pintu disertai suara salam kembali terdengar. "Assalamu'alaikum."Rafa menajamkan pendengarannya, merasa pernah mendengar suara tamu tersebut di suatu tempat. "Wa'alaikumsalam," serunya seraya mencoba bangkit berdiri.Dengan langkah sedikit terhuyung, Rafa berjalan dengan pelan karena penglihatannya juga terasa berkunang-kunang. Rafa menyipitkan mata karena efek sakit kepala yang dirasakannya."Siapa ya-" Suara Rafa terhenti saat ia membuka pintu dan m

  • Mendadak Miskin   Tawaran

    "Apa sekarang kau juga berani mempertanyakan keputusanku sekarang, Xavier?" Liam tak kalah berani dihadapan Xavier. Liam sungguh merasa tersinggung dengan ucapan Xavier, seolah Xavier benar-benar sedang merendahkan dirinya.Sial! Xavier memaki dirinya dalam hati. Rupanya Liam bukanlah pria yang mudah untuk dihasut. Liam lebih sulit dari Rafa yang mudah dibohongi. "Tidak, Pak."Liam menghela napasnya berat, dia mendudukkan pantat di atas kursi dan menatap seksama wajah Xavier dan Rafa. Sesaat Liam melihat gelagat Rafa yang menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Xavier. Aku tidak akan memperpanjang masalah ini selama kau mau untuk diajak bekerja sama."Kening Xavier mengerut dalam, merasa aneh dengan Liam. "Kerja sama?""Ya. Kau tahu Berlian Company bukan?" Mata Xavier berbinar mendengar kata Berlian Company. Berlian Company merupakan perusahaan yang sudah menduduki peringkat pertama di dalam negeri sebagai perusahaan terbesar. Terlebih Aliee-sang istri memiliki hubungan pertemanan dengan

  • Mendadak Miskin   Ketahuan Liam

    "Hentikan!"Seruan dari arah eskalator seketika membuat gerakan Xavier terhenti di udara. Semua orang ikut menatap ke arah seruan tersebut dengan tercengang, mengubah ekspresi wajah mereka menjadi tegang.Kedatangan sang bos pengganti membuat suasana menjadi dingin dan mencekam. Hawa amarah menyelimutinya saat ia berjalan mendekat. "Apa yang sedang kau lakukan, hah?" teriaknya murka. Tatapan Liam begitu tajam, seolah ingin mencabik-cabik wajah Xavier secara sadis."P-pak Liam." Bergetar bibir Xavier saat bersuara. Ia tak menyangka, Liam dapat menampilkan wajah murka yang begitu menyeramkan. Ingin rasanya Xavier kabur dan berlari menjauh dari hadapannya.Jika semua orang sedang bergidik ngeri melihat kemurkaan yang ditampilkan di wajah Liam, berbeda dengan Pevita yang memang sejatinya angkuh, menganggap Liam sebelah mata hanya karena Liam dulunya adalah sahabat Rafa. Tak sedikitpun kepala Pevita menunduk rendah untuk menunjukkan rasa hormatnya."Aku tanya apa yang kau lakukan pada Rafa

  • Mendadak Miskin   Helai Rambut

    Rafi menatap Lina dengan tatapan heran. Sama sekali tak mengerti dengan maksud ucapan dari budhenya itu. "Memangnya kenapa budhe? Kayaknya om tadi baik deh."Lina mencebikkan mulutnya, matanya masih melirik ke arah jalan yang dilalui Rafa tadi. "Memangnya kamu anak kecil tahu apa? Kita ini gak boleh sembarangan akrab dengan orang yang belum kita kenal, Rafi!" Pandangannya beralih pada Rafi. "Apalagi kamu ini anak kecil, bisa-bisa diculik kamu sama dia! Mau kamu, diculik sama om-om tadi?"Rafi menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Gak mau budhe, Rafi takut!""Makanya, nurut aja apa kata budhe, Ya?"Rafi hanya menganggukkan kepala dan menggenggam erat jari Lina yang menariknya pergi dari tempatnya berdiri.***"Aku ingin kau mengetes rambut ini untukku."Rafa datang tiba-tiba, menatap serius ke arah Liam yang tengah sibuk menatap layar laptop. Kening Liam mengernyit saat menatap plastik berisi dua helai rambut yang disodorkan oleh Rafa tepat di sebelah laptopnya. "Ini milik siapa?""Pu

  • Mendadak Miskin   Ganteng Tapi Miskin

    "Siapa yang kau maksud?" tanya Liam menaikkan satu alisnya.Rafa hanya diam, enggan mengucapkan sebuah nama yang telah membuatnya patah hati. "A..!" Liam menepuk tangannya satu kali saat ia sudah mendapat jawaban nama yang dimaksud oleh Rafa. "Apa yang kau maksud itu Dewi?"Melihat reaksi Rafa yang hanya diam, sudah pasti jika jawaban Liam benar. Liam menghela napasnya, lalu mendekati Rafa. "Lupakanlah dia." Hanya itu kata-kata penghibur dari Liam untuk sahabatnya. Seharusnya Rafa bisa membuatnya sederhana, jika Dewi sudah tak ingin bersama Rafa, maka seharusnya Rafa tak perlu menangisi semua itu. "Wanita akan terus lari jika pria semakin giat mengejar. Satu-satunya cara hanyalah melepaskan dan dia akan kembali padamu dengan sendirinya.""Aku sudah melakukan itu dulu, tapi nyatanya dia tak juga kembali."perasaannya pada Dewi sudah terlalu dalam hingga membuatnya susah untuk menghapus segala kenangan yang sudah dibuat bersamanya. Apalagi Dewi pergi meninggalkannya tanpa alasan yang j

  • Mendadak Miskin   Melupakan

    Kecanggungan sangat terasa diantara Dewi dan Rafa yang kini tengah berada di halaman belakang rumah Dewi. Berpisah terlalu lama membuat keduanya bingung untuk sekedar mengutarakan isi pikiran masing-masing. Padahal, dulunya mereka adalah sepasang kekasih yang saling menyayangi dan mengasihi. Rafa sempat tertegun melihat banyaknya bunga anyelir yang menjadi penghias belakang rumah. Mengingatkannya akan masa lalu yang menyenangkan sebelum Dewi pergi meninggalkannya. "Apa-""Sebenarnya-"Keduanya bersuara diwaktu yang sama, semakin menambah kecanggungan diantara mereka. Rafa menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. "Kau saja yang duluan bicara.""Sebenarnya apa tujuanmu tiba-tiba datang di acara seperti ini?" Dewi merasa was-was akan maksud kedatangan Rafa yang secara tiba-tiba datang dan mengikuti acara warga. Dewi hapal tentang Rafa secara keseluruhan, baik sifat ataupun watak dalam diri Rafa. Bukan satu atau dua jam Dewi mengenal Rafa, melainkan bertahun-tahun lamanya ia kenal d

  • Mendadak Miskin   Dasar Sultan!

    Baru kali ini Rafa merasa semangat untuk hadir diacara sebuah pertemuan-meskipun itu hanyalah rapat warga- karena dia akan bertemu dengan Dewi.Seharian bekerja tak membuatnya begitu lelah karena tidak ada gangguan besar yang datang. Hanya gangguan dan masalah kecil yang bisa Rafa selesaikan dengan damai.Rafa menatap dirinya di pantulan cermin panjang. kemeja putih dengan blazer biru langit serta warna celana panjang slim fit yang warnanya senada dengan blazer. Setelan yang menurutnya sudah pas seperti yang disarankan oleh Liam. Tadi siang dia sudah memberitahu Liam persoalan rapat warga dan menanyakan outfit apa yang pantas untuk menghadiri acara tersebut. Tentu hal itu mengundang gelak tawa dari Liam. "Apa kau tahu rapat warga itu seperti apa?" tanya Liam saat mereka berbincang tadi siang.Rafa hanya menggeleng karena memang ia baru sekali mendengar ada acara tersebut di kompleks. Di area perumahan mewah miliknya tak pernah dilaksanakan acara apapun yang menyangkut warga. Tetangg

  • Mendadak Miskin   Undangan

    Mengenang masa lalu tidak akan ada habisnya bagi Rafa. Tanpa disadarinya, ternyata tadi malam dirinya tertidur di atas meja dengan lengan sebagai bantalnya. Bahkan alunan musik yang menyala dari ponsel masih terdengar.Rafa meregangkan tubuhnya dan menatap jam di layar ponsel. "Baru jam 4 ternyata," gumamnya.Dalam kesehariannya, Rafa memang selalu terbiasa bangun pagi untuk olahraga dan persiapan sebelum berangkat ke kantor. Berbeda dengan Pevita yang selalu pulang larut malam dan akhirnya bangun kesiangan.Ah, Rafa jadi teringat kembali tentang Pevita. Wanita glamor yang menceraikannya karena ia jatuh miskin. Pevita begitu cepat menggeser posisi Rafa dengan si Xavier yang angkuh. Tentu Rafa menjadi mudah untuk sekedar melupakan si wanita pengkhianat, Pevita.Melupakan Pevita ternyata begitu mudah, tak seperti saat ia berusaha untuk melupakan Dewi.Setelah Rafa sudah selesai meregangkan otot dengan sedikit gerakan kecil, Rafa segera bangkit dan menuju ke kamar mandi.Air dingin yang

  • Mendadak Miskin   Suami Dewi

    Rafa meraup wajahnya dengan kasar. Ingin rasanya ia menyerang balik pukulan mentah yang dilayangkan oleh Xavier namun sekuat tenaga ia menahannya. Bukan karena ia takut kepada pria itu, tapi lebih kepada mengontrol diri agar akting yang sedang dilakoninya dapat berakhir dengan sempurna."Hanya sebulan, Rafa. Bertahanlah!" gumamnya menyemangati diri sendiri."Mas Rafa! Apa kau tadi habis bertengkar dengan pak Xavier?" Dika datang dari arah belakang, ia nampak rapi seperti biasa dengan setelan seragamnya. Rupanya berita itu menyebar dengan cepat, membuat Rafa tersenyum geli. "Iya, hanya masalah kecil." "Masalah kecil sampai membuat lebam biru dagumu?" Rafa menyentuh dagu sebelah kirinya yang terkena pukulan. Memang terasa sedikit nyeri tapi itu bukan apa-apa untuknya. "Hanya luka sedikit, pria jantan sepertiku harus mampu menahan luka remeh seperti ini." "Sebenarnya, ada masalah apa sih pak Xavier denganmu? Bukankah kau sudah jatuh miskin? Kenapa seolah-olah itu tak cukup baginya da

DMCA.com Protection Status