Bab 66"Dr.Andra ditangkap karena kasus penyekapan berantai."Wajah Alex langsung tegang mendengarnya. Dinda melanjutkan dengan raut sedih, "Dr.Andra dituduh sebagai pelaku karena Bingo ternyata adalah kucing milik salah satu korban kasus itu.""Bingo? Apa kucing itu sekarang dipelihara Dr.Andra?" tanya Fathimah. "Ya. Aku yakin, Dr.Andra mengadopsinya dari orang lain yang menemukan kucing itu."Alex terpaku pucat. Kucing milik salah satu korban? Ia ingat pernah melihat seekor kucing kala itu. Kala seorang psikopat sakit jiwa meregang nyawa. Kucing hitam miliknya kemudian bebas keluar dan pergi entah kemana. Ia tak tahu sama sekali Andra yang mengambil dan merawatnya. Karena Andra sama sekali tak pernah cerita padanya. Andra menyembunyikan kucing itu.Tapi pada Dinda, kakaknya itu menunjukkan rahasianya? "Lalu apa ini buktinya?" Alex menunjuk berkas yang berceceran di lantai. Dinda mengangguk. "Ya. Ada nama Bingo di amplopnya."Alex langsung memungut lembaran surat keterangan beri
Bab 67Alex kemudian mengambil amplop coklat yang masih tercecer diantara amplop coklat berkas lainnya. Namun ia tak tahu, bahwa ia mengambil amplop yang salah. Amplop berisikan sebuah flashdisk yang lain. Lalu melangkah keluar menemui Dinda yang sedang menunggu di ruang tengah bersama Fathimah. "Ini. Bawa ini dan serahkan pada Polisi. Aku masih harus membawa Siska ke suatu tempat untuk dijemput Polisi."Dinda mengambil amplop itu dan menatap Fathimah. "Kamu ikut aku?""Maaf, Din. Aku nggak bisa. Aku ... sedang diburu seseorang.""Diburu?" Dinda terkejut. "Ya. Ceritanya panjang. Aku akan cerita nanti waktu kita bertemu lagi."Dinda melirik Alex sekilas. Ia tahu, masalah Fathimah pasti berkaitan dengan Alex. "Tolong jaga Fathimah," tegasnya meski canggung. Ia tak suka jika Alex membawa bahaya untuk Fathimah. Lalu bergegas pergi dengan membawa barang bukti. Kantor polisi, menjelang sore. Dinda melangkah cepat memasuki bangunan milik kepolisian, dimana Andra ditahan. Tampak Rez
Dinda berbalik. Dan melihat sosok yang sangat dirindukannya berdiri dengan senyuman hangat. Sehangat cahaya matahari sore yang berpendar di sekitar mereka. Dengan mata yang tiba-tiba berkabut, ia berlari memeluknya. Menumpahkan rasa rindu dan khawatir yang memenuhi dada. Andra menyambut pelukan itu dan membalasnya hangat. "Kenapa terlalu mengkhawatirkanku seperti ini?""Saya takut Dokter benar-benar ditahan."Andra menghela napas dan membelai lembut kepala Dinda yang bersandar di dada bidangnya. "Tapi, lain kali jangan buat dirimu kelelahan dan habis-habisan menolongku seperti ini.""Tidak boleh ada lain kali. Saya nggak mau Dokter ditangkap dan dituduh seperti ini lagi."Andra terdiam Sejenak. "Baiklah. Aku berjanji tak akan ada lain kali," ikrarnya kemudian. Laki-laki itu melepaskan pelukannya dan menyapu pipi basah Dinda dengan ibu jarinya. "Kamu pucat sekali."Dinda menyengir. "Saya lupa sarapan sama makan siang."Andra menghela napas mendengarnya. Lalu meraih jemari gadis i
Dinda langsung membuka file yang tersimpan di dalam flashdisk itu. File tanpa judulnya.Dan sebuah video pun muncul. Video seorang gadis SMA yang berlari sambil menangis dengan kaki yang terluka. Video apa ini? Rasanya ia tak pernah menyimpan video seperti itu. Dinda langsung memeriksa flashdisk-nya. Jangan-jangan tertukar dengan flashdisk milik teman di kampus. Ternyata bukan. Itu flashdisk Dokter Andra yang tak sengaja dimasukkan ke dalam amplop barang bukti oleh Alex.Dinda kembali melihat layar laptopnya. Tepat disaat seseorang muncul dan memaksa gadis itu masuk ke sebuah mobil. Dinda meneguk salivanya. Itu bukan sebuah film, melainkan video yang direkam.Video itu kemudian berganti dengan video CCTV. Memperlihatkan si gadis yang telah tertidur dengan tubuh terikat pada sebuah dipan kayu.Lalu seseorang yang tadi merekam dan menangkap gadis itu kembali muncul. Memakai pakaian serba hitam dan sebuah topeng.Dinda menonton video itu dengan napas yang tertahan. Jika itu video
Kasihan Fathimah jika nanti tahu siapa Alex sebenarnya. Mengingat sahabatnya, Dinda seketika menegang. Saat ini Fathimah sedang berduaan saja dengan Alex di Rumah Pinus. Bagaimana kalau Fathimah adalah korban selanjutnya? "Dokter, kita harus ke Rumah Pinus sekarang!" serunya panik. "Ke Rumah Pinus? Sekarang?""Iya," Dinda mengangguk dalam-dalam. "Tapi, ini sudah malam," heran Andra."Nggak apa-apa. Kita menginap di sana. Besok subuh kita langsung balik lagi, biar Dokter bisa masuk kerja. "Andra terdiam. Melakukan perjalanan jauh malam-malam begini tentu akan melelahkan, apalagi harus balik lagi pagi-pagi. Namun ia tak ingin menolak permintaan Dinda. "Oke. Kalo itu mau kamu, kita berangkat sekarang. Aku akan menelepon teman untuk menggantikan ku besok, biar kita bisa pulang sore saja."Dinda mengangguk lega. "Saya akan bersiap-siap."Gadis itu langsung bangkit dan berlari ke kamarnya. Setelah menyiapkan baju, ia bergegas ke dapur. Mengambil makanan yang bisa dimakan di dalam mob
"Aku sudah curiga apa alasanmu mengajakku buru-buru kemari," ucap Andra. Dinda seketika tegang. Apa Dr.Andra mendengar pembicaraannya dengan Alex? "Mak-maksud Dokter?"Andra melangkah merapat dengan tatapan tetap lurus pada mata Dinda. "Jujur saja," tegasnya.Dinda refleks melangkah mundur hingga punggungnya merapat pada daun pintu. "Jujur apa? Saya benar-benar nggak paham." "Apa yang membuat mu mengajakku malam-malam kemari?" Bibir menawan Andra tertarik miring. "Kamu mau memberikanku kejutan?"Dinda meneguk salivanya dan menggeleng. "Saya nggak ada maksud apa-apa. Cuma ingin menemani Fa ....."Ucapan Dinda terpotong saat Andra tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Kamu mau melanjutkan adegan tadi? Adegan romantis antara kita?"Dinda tercenung. Ah, ternyata bukan masalah Alex dan video kejamnya? "Dengan suasana dingin di bukit ini, bagaimana kalau aku tak bisa menahan diri?" Andra menatap sayu."Saya sudah jadi miliknya Dokter di hadapan Allah dan di mata agama. Jadi t
Jangan-jangan Alex mulai curiga bahwa ia mengetahui sesuatu.Duk duk duk! Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dengan keras. "Alex!" tegur Andra. "Kenapa kamu tak sopan begitu pada Dinda?" Dinda langsung berdiri mendengar bentakan Andra. Sepertinya keadaan di luar akan tidak baik. Ia menatap flashdisk di tangan. Apa mungkin masih sempat untuk melihat isinya?"Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma tidak mau orang lain terlalu bebas di dalam kamar rumah ini. Bukankah kita sengaja membangun rumah ini di tempat yang tak diketahui orang lain? Artinya, rumah ini privasi kita!" Terdengar suara Alex menjawab."Apa kau lupa? Dinda adalah istriku!"Alex terdiam. "Alex, aku kecewa padamu. Aku juga orang luar, bahkan aku bukan siapa-siapa di sini. Berarti aku juga harus pergi dari sini," tegas Fathimah, lalu segera berbalik untuk mengambil tasnya. "Tidak! Kamu tidak boleh kemana-mana. Bos Mario sedang mengincar mu.""Ada apa?" Dinda keluar dan berusaha bertanya setenang mungkin. Andra lan
Napas Dinda tertahan melihat isi videonya. Bagaimanapun, ia tahu video itu asli. Penculikan dan penyekapan yang terjadi bukanlah sebuah film. Namun kemudian, tiba-tiba matanya melebar saat melihat sesuatu di dalam bagasi si penculik.Tangannya langsung menekan pause dan membesarkan gambarnya.Itu sebuah kotak. Kotak hitam berukuran sedang yang pernah dilihatnya di mobil Dr.Andra. Ya, itu kotak yang sama. Saat pertama kali pergi berpiknik dengan sang dokte Dinda bahkan tak sengaja mengambil kotaknya, yang ia kira adalah kotak berisi rujak. Dan ia masih bisa membayangkan, bagaimana dinginnya wajah Dr.Andra saat melarangnya mengambil kotak itu. Dinda meneguk salivanya. Ini artinya laki-laki jahat dalam video memang Dr.Andra.Gadis itu merebahkan punggungnya di sandaran kursi dengan kepala menengadah. Tubuh lelahnya terasa kehilangan tenaga nyaris seratus persen. Semakin semua bukti menunjuk sang dokter sebagai pelakunya, semakin ia merasa cemas dan kalut. Jika memang benar Dr.Andr