āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

BAB 64: Makanan Favorit

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: Duvessa
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2025-02-06 15:57:43

"Halo, Tante," sapa Varsha hangat, sebelum matanya beralih ke Kael. Bibirnya melengkung lebih lebar, nada suaranya berubah menjadi lebih lembut. "Kael, lama kita nggak ketemu!"

Zara menegang tanpa sadar.

Senyuman wanita itu sangat berkelas, aura percaya diri mengelilinginya, seolah kehadirannya di tempat ini adalah sesuatu yang sudah biasa.

Kael yang biasanya sedikit bicara, justru langsung membalas sapaan itu. Meski ada sedikit kecanggungan di wajahnya, tetapi nada bicaranya tidak sedingin biasa.

"Kapan datang?" tanya Kael singkat dengan senyum samar yang hampir sulit dilihat di wajahnya.

Varsha menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Dia menjawab sambil tersenyum kecil. "Baru tadi pagi. Aku langsung ke sini setelah urus beberapa hal. Aku cuma mampir sebentar, nggak nyangka kamu ada disini juga."

Zara diam, mencoba mencerna informasi itu.

Kael masih menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, alisnya sedikit berkerut. "Mampir? Memangnya kamu dari mana?"

Varsha terkekeh, tata
Duvessa

Nah loh ada hubungan apa ya Kael sama Virsha?? Dipastikan rumah tangga mereka semakin tegang ini ... Coba kalian tebak apa hubungan mereka?

| 6
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ
āļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™ (1)
goodnovel comment avatar
Yani Hyugie
hubungan garam & racun xixixixiiiii
āļ”āļđāļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ—āļąāđ‰āļ‡āļŦāļĄāļ”

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 65: Bulan Madu

    “Maksud Ibu, hubungan apa?” tanya Zara hati-hati.Tatapan Zara langsung tertuju pada Maharani, mencoba mencari jawaban di mata ibu mertuanya itu.Maharani membuka mulut seperti ingin menjawab, tetapi sebelum mengatakan apapun, suara langkah kaki mendekat dari belakang.Kael muncul dari arah ruang tengah, ekspresinya datar seperti biasa, tapi ada sedikit ketegangan di rahangnya."Ayo ke atas," ujar Kael singkat.Zara masih ingin mendengar jawaban Maharani, tetapi tatapan Kael seolah tidak memberinya ruang untuk bertanya lebih lanjut.Zara hanya bisa mengikuti langkah pria itu menaiki tangga, meninggalkan Maharani yang tetap berdiri di sana, seperti menyimpan sesuatu yang tidak sempat diucapkan.Kael membawanya ke sebuah kamar di lantai dua. Kamar itu terasa lebih sederhana dibanding rumah mereka yang sekarang, tetapi tetap rapi dan nyaman. Dari foto-foto kecil yang masih tergantung di dinding, Zara bisa menebak kalau ini dulu kamar Kael sebelum dia pindah.Begitu pintu tertutup, Zara l

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-07
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 66: Sarapan Penuh Ketegangan

    Zara menatap Kael dengan mata berbinar, merasa semakin dekat dengan Kael daripada sebelumnya."Kamu ini, selalu bisa bikin aku salah tingkah," gumam Zara, akhirnya menyerah pada perasaan canggung yang perlahan memudar seiring tawa yang datang begitu alami di antara mereka.Kael menatapnya, senyum tipis terukir di wajahnya. Senyum yang jarang terlihat, tapi setiap kali muncul, selalu berhasil membuat Zara kehilangan kata-kata."Kalau gitu, kita bahas nanti. Sekarang â€Ķ kita tidur, ya?" kata Kael, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Zara menatapnya sejenak sebelum akhirnya membalikkan badan, membelakangi Kael. Tapi baru beberapa detik, suara beratnya kembali terdengar."Jangan membelakangi aku, Zara."Zara terkesiap pelan. Ada sesuatu dalam nada suaranya—bukan perintah, bukan rengekan, hanya pernyataan yang terasa begitu dalam.“Oh, iya aku lupa.” Zara menggigit bibir, lalu perlahan berbalik lagi. Menatap Kael yang masih memandangnya dengan ekspresi sulit ditebak.Kael tidak b

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-07
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 67: Istri Chef Kael

    Seperti biasa, Zara turun di tempat yang agak jauh dari restoran. Langkahnya lebih hati-hati, memastikan tak ada yang memperhatikan sebelum akhirnya berjalan menuju restoran.Insiden ketika Andin melihatnya turun dari mobil Kael masih membekas di pikirannya. Satu kali kesalahan sudah cukup membuatnya panik mencari alasan.Ketika Zara sampai di depan restoran, pintu utama masih tertutup rapat, hanya lampu kecil yang menyala di dalam. Beberapa staf sudah datang lebih awal, sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk menu hari ini.Zara melangkah maju, hendak masuk ke restoran, tetapi suara familiar yang memanggil namanya menghentikan langkahnya."Zara."Zara menoleh, sedikit terkejut. Varen berdiri di dekat pintu, mengenakan jaket hitam yang terlihat lebih tebal dari biasanya."Oh, Varen. Lo datang lebih awal?" ucap Zara, berusaha terdengar santai meski hati mulai gelisah.Varen mengangguk pelan, senyumnya tipis. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Zara menebak, ini bukan percakapan ringan

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-08
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 68: Gosip

    Andin menatap Zara beberapa detik, lalu tertawa kencang."Ra, setahu gue yang kena senggol Ana itu tangan lo. Tapi kenapa yang bermasalah malah kepala?" ujar Andin, masih terkekeh.Zara ikut tertawa, menggeleng pelan. Dia tahu, sekalipun dia berkata jujur, Andin pasti tidak akan percaya.Siapa juga yang akan percaya kalau Zara—pelayan biasa di restoran ini, sebenarnya adalah istri dari Chef Kael yang terkenal dingin itu?"Serius, Din. Gue istri Chef Kael," kata Zara dengan nada setengah bercanda.Andin memutar bola matanya lalu melipat tangan di dada."Iya, iya. Kalau lo istri Chef Kael, berarti gue tunangannya Jefri Nichol," kata Andin dengan nada meledek."Ra, lo tuh kalau mau ngelawak, yang realistis dikit dong," lanjut Andin.Zara tersenyum samar sambil memasukkan botolnya kembali ke dalam loker. Andin memang tidak tahu tentang pernikahannya dengan Kael. Kalau sampai dia tahu yang sebenarnya, reaksinya pasti akan jauh lebih heboh.“Eh, tapi Ra. Gue perhatiin, Chef Kael tuh nggak s

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-08
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 69: Keberanian Zara

    Zara berpikir cepat, mencoba mengendalikan situasi sebelum semuanya semakin kacau. Dengan satu tarikan napas, dia menatap Ana tajam, lalu melipat tangan di dada.Keberanian itu muncul begitu saja, mungkin karena Zara merasa sudah sangat terdesak."Ana, kamu tuh nggak capek hidup ngurusin orang lain?" tanya Zara dengan suara terdengar lebih dingin dari biasanya."Aku cuma kasih tahu Varen kenyataan yang kamu sembunyiin." Ana mendengus, melipat tangannya dengan ekspresi meremehkan.Zara mengangkat alis, lalu mengangguk seolah baru menyadari sesuatu. "Oh, pantesan kamu selalu nyebar gosip aneh tentang aku di restoran ini. Kamu iri, ya?""Aku iri sama kamu? Nggak mungkin!" Ana langsung meradang, matanya membelalak."Terus kenapa kamu segitu sibuknya ngurusin hidupku?" Zara melangkah maju, tidak lagi mau mundur.Ana terkekeh sinis. "Aku cuma nggak tahan lihat orang munafik kayak kamu, Zara. Berapa lama lagi kamu mau pura-pura?""Dengar, Ana. Kamu boleh nggak suka sama aku, tapi kamu nggak

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-09
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 70: Makan Malam

    Zara mengernyit, tangannya menggenggam gagang pintu sebelum mendorongnya perlahan. Begitu masuk, rumah terasa gelap, hanya ada cahaya kecil dari ruang makan yang menarik perhatiannya.Di atas meja, lilin-lilin kecil tersusun rapi, menerangi dua set hidangan yang tertata dengan apik. Beberapa kelopak bunga tersebar di sekitar piring, dan di tengahnya, ada satu botol wine yang sudah terbuka. Aroma masakan tercium samar, mengisi keheningan yang sebelumnya menyelimuti ruangan.Zara diam di ambang pintu, mencoba mencerna pemandangan di depannya. Ini bukan sesuatu yang biasa. Dan hanya ada satu orang yang mungkin melakukannya.Kael.Dari balik dapur, sosok pria itu muncul, masih mengenakan apron hitam dengan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku. Dia tampak santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Zara tidak bisa berpaling."Kael?" Zara akhirnya mengerjapkan mata, memastikan kalau ini bukan mimpi."Gimana? Kamu suka, nggak?" Kael berhenti di samping meja, lalu menatap Z

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-09
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 71: Ulah Clara

    Zara terdiam sejenak. Dia menimbang-nimbang kata-kata yang akan keluar dari mulutnya. Tidak mungkin dia bilang kalau Varen sudah menyatakan perasaannya secara langsung.Bisa-bisa besok pagi Varen langsung kehilangan pekerjaannya. Zara sudah tahu betul, bagaimana sifat suaminya ini.“Mungkin. Tapi aku nggak pernah menganggap dia lebih dari rekan kerja,” jawab Zara akhirnya.“Bagus.” Kael mengangguk pelan, tangannya mengambil gelas wine yang tadi dia letakkan di meja, lalu menyesapnya perlahan.Zara berdecak pelan, lalu menaruh gelasnya di meja. “Kenapa? Kamu khawatir aku juga suka sama Varen?”“Enggak.” Kael menoleh perlahan, matanya menatapnya dengan ekspresi datar, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Karena aku tahu kamu cuma suka sama aku. Jadi, aku nggak perlu khawatir,” lanjut Kael sambil menyeringai tipis, nada suaranya tenang, tetapi justru terasa terlalu percaya diri.Zara terdiam. Matanya menatap Kael, mencerna kata-kata itu. Sejak kapan pria ini jadi begitu percaya di

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-10
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 72: Dering Ponsel

    Zara menatap layar ponsel Kael yang masih bergetar. Nama ‘Virsha’ terpampang jelas di sana.Hatinya berdebar, jelas tidak suka. Kael masih terlelap. Wajahnya terlihat tenang dalam tidurnya, seolah tidak terganggu sedikit pun oleh dering telepon yang terus berulang.Zara melirik ponsel itu sekali lagi. Haruskah dia membangunkannya? Atau ... membiarkannya saja?Jarinya hampir tergerak untuk mematikan panggilan itu, tapi kemudian dia menarik napas dalam. Tidak, dia tidak akan melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu.Layar ponsel akhirnya meredup, tetapi hanya selang beberapa detik, dering itu kembali terdengar. Kali ini lebih lama, lebih mendesak.Zara menghela napas pelan, lalu akhirnya menyentuh lengan Kael, mengguncangnya ringan. “Kael, ada telepon.”Kael hanya bergerak sedikit, lalu bergumam dengan suara yang berat dan serak, “Siapa?”“Virsha,” jawab Zara, suaranya lebih datar dari yang dia kira.Mata Kael terbuka perlahan. Dia melirik ponselnya yang masih menyala sebelum akhirnya

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-10

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 137: Perempuan atau Laki-laki

    "Kenapa kamu nggak mau nginep?" tanya Kael akhirnya ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Suaranya terdengar santai, tapi Zara tahu dia sedang memperhatikannya.Mereka memutuskan untuk tidak menginap di kediaman keluarga Wijaya malam ini. Begitu mobil melewati gerbang utama kediaman keluarga Wijaya, Zara menghela napas panjang, seolah baru bisa bernapas lega.Baru sekarang wanita itu sadar betapa beratnya suasana di dalam tadi. Suasana yang tegang, tatapan penuh arti, dan kata-kata yang lebih tajam dari yang seharusnya."Aku masih belum siap kayaknya," jawab Zara jujur.Kael tidak langsung menanggapi. Matanya tetap fokus pada jalan, tetapi jemari kirinya yang bertumpu di setir mengetuk permukaannya pelan, tanda bahwa dia juga sedang berpikir.Zara menyandarkan kepalanya ke jendela, menatap langit yang gelap. "Aku juga kurang nyaman sama tatapan Kakek dan Atma," ujarnya pelan.Kael melirik sekilas. "Mereka lihat kamu kayak gimana emang?"Zara mengernyit, mencoba merangkai pikirann

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 136: Gadis Kecil

    Kael menoleh ke arah anak itu. Bukannya bingung atau menolak, dia justru mencondongkan tubuh sedikit, menatap anak itu dengan lebih jelas."Kenapa?" tanya Kael, suaranya lebih lembut dari biasanya.Tanpa ragu, anak perempuan itu merentangkan tangannya, meminta untuk digendong. Kael hanya diam sejenak, lalu tersenyum tipis sebelum meraih tubuh mungil itu dan mendudukkannya di pangkuan.Tunggu. Kael ... tersenyum?Zara nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sejak kapan Kael bisa setenang ini saat berhadapan dengan seorang anak?"Anak siapa ini?" tanya Kael datar, meskipun tangannya tetap bergerak pelan, menepuk punggung kecil anak itu seolah menenangkan.Anak perempuan itu langsung menyandarkan kepalanya ke dada Kael dengan nyaman, jari-jari mungilnya mencengkram kerah kemejanya erat.Zara melirik Ceva dengan alis bertaut. Ceva yang semula tampak terkejut, kini memasang senyum santai."Ini anak ... sepupu kita," jawab Ceva akhirnya.Zara tidak mengatakan apa-apa, tet

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 135: Papa?

    Zara menggigit bibirnya. Dia sudah tahu bahwa akan ada yang mempertanyakan keberadaannya di sini, tetapi mendengarnya langsung tetap terasa menusuk."Saya datang, karena hanya ingin mengenal ibu kandung saya lebih jauh. Itu saja," ucap Zara akhirnya, suaranya tenang tetapi tegas.Atma menyeringai, ekspresinya masih santai, tetapi ada sesuatu di balik matanya yang tidak bisa sepenuhnya dia sembunyikan. "Ah, jadi kamu hanya ingin mengenal Mama? Tapi bukan keluarga?"Anjana menghela napas kecil sebelum akhirnya angkat bicara. "Atma, bicara yang sopan kepada kakakmu."Atma terkekeh pelan, seolah tidak menganggap teguran itu serius. "Ma, aku hanya â€Ķ penasaran.""Seorang kakak yang tiba-tiba datang setelah menghilang, lalu ingin mengenal Mama, tapi tidak peduli dengan keluarga lainnya. Ini terdengar agak aneh, ‘kan?" Atma menyandarkan dagunya ke salah satu tangannya, tatapannya masih menilai Zara."Mama yang meminta Kakakmu untuk datang, dan Mama juga yang mengakui bahwa dia adalah anak Mama

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 134: Pertemuan Keluarga

    Akhir pekan pun tiba. Setelah memastikan Zara sehat, akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke kediaman keluarga Wijaya.Sudah sepuluh menit mobil mereka terparkir di halaman rumah yang lebih mirip istana itu, tetapi belum ada tanda-tanda Zara ingin keluar. Tangannya mencengkeram rok dengan erat, jemarinya sedikit gemetar, sementara matanya terpaku pada pintu besar yang menjulang di depan mereka.Kael yang duduk di kursi pengemudi, hanya diam. Matanya sekilas melirik Zara, mengamati istrinya yang jelas dipenuhi keraguan.Dia tahu Zara butuh waktu.Namun, setelah beberapa menit berlalu tanpa gerakan, Kael akhirnya buka suara. "Mau pulang aja?"Zara menoleh, menatapnya. Ada kilatan keraguan di matanya, tetapi dengan cepat dia menepisnya."Nggak, kita masuk aja," ucap Zara mantap, meskipun suaranya tidak sepenuhnya meyakinkan.Kael mengamati wajah istrinya sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Dia tidak menanyakan lebih lanjut. Jika Zara sudah memutuskan, dia akan menghormatinya.Begitu k

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 133: Terjadi Lagi

    Di rumah sakit, Kael berjalan cepat menuju meja resepsionis dengan Zara dalam gendongannya. Rahangnya mengatup erat, napasnya sedikit lebih berat dari biasanya, tapi dia tetap berusaha terlihat tenang. Sorot matanya tajam, penuh ketegangan yang tak bisa disembunyikan."Istri saya sedang hamil. Dia sakit perut, kramnya cukup parah. Bisa panggil dokter sekarang?"Perawat di meja langsung sigap. "Silakan ke ruang gawat darurat, Pak. Kami akan segera panggil dokter."Kael mengikuti arahan itu, langkahnya tetap stabil meski ada desakan dalam dirinya untuk lebih cepat. Dia menurunkan Zara ke ranjang dengan hati-hati. Tangannya masih berada di punggung Zara sejenak sebelum akhirnya perlahan menarik diri, tapi matanya tetap terpaku pada wajah istrinya yang pucat.Tidak butuh waktu lama sampai dokter datang. Seorang pria paruh baya dengan jas putih masuk, membawa clipboard dan stetoskop di tangannya."Sejak kapan sakitnya?" tanyanya, langsung memeriksa kondisi Zara."Sekitar lima belas menit ya

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 132: Salah Paham

    Zara yang masih berusaha menstabilkan napasnya langsung menegang. Matanya membulat."Kita ... belum selesai?" ulang Zara, memastikan dia tidak salah dengar.Kael mengangguk santai, senyumnya tetap tipis dan mencurigakan."Kael, aku udah nggak ada tenaga," lirih Zara, tangannya meraba selimut, berusaha menariknya untuk menutupi tubuhnya.Kael dengan mudah menarik kembali selimut itu."Emang makan butuh tenaga?" kata Kael, suaranya terdengar santai.Zara membeku.“Hah? Makan?" Detik berikutnya, Zara langsung duduk di tempat tidur, menatap Kael seakan pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang tak masuk akal.Kael mengangkat bahu. "Iya, aku nyuruh kamu jangan tidur dulu karena aku mau ajak kamu makan."Zara masih menatap pria itu lama, sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menutup wajah dengan bantal. "Ya Tuhan, aku kira maksudmu tadi—""Apa?" Kael bertanya, kepalanya sedikit miring dengan ekspresi polos yang jelas dibuat-buat.Zara mendengus kesal. "Udah, nggak usah dibah

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 131: Malam Ini, Tentang Kita

    "Kael, gimana urusan di restoran? Karyawan yang lain ngomong apa tentang hubungan kita?" tanya Zara.Malam sudah larut. Lampu kamar hotel menyala temaram, menciptakan suasana tenang.Kael baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah. Dengan santai, dia mengambil handuk kecil dan mulai mengeringkan rambutnya. "Mana ada yang berani ngomong langsung. Tapi ya, mereka semua kaget, itu udah pasti."Zara menunggu kelanjutannya, tapi Kael malah sibuk mengusap handuk di lehernya, seolah tidak terburu-buru untuk menjawab.“Terus?” desak Zara.“Kamu tau siapa yang paling kelihatan terpukul?” Kael akhirnya menoleh, sorot matanya tenang, tapi ada sesuatu yang samar di sana. Seperti menunggu reaksi Zara.Zara mengernyit. “Siapa?”“Varen.” Kael melempar handuk ke kursi sebelum berjalan mendekati tempat tidur.Zara terdiam sesaat. Bukan karena terkejut, tapi lebih ke arah ... canggung. "Oh.""Itu aja reaksi kamu?" Kael mendudukkan diri di tepi tempat tidur, menatap istrinya sekilas.Zara menga

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 130: Tanpa Banyak Kata

    "Kael!" seru Zara sambil berlari kecil ke arah suaminya yang sedang bersandar di depan mobil.Kael menoleh, tapi begitu Zara mendekat, dia langsung merentangkan tangan seolah bersiap menangkapnya jika terjatuh."Hei, jangan lari gitu," tegur Kael, meski nada suaranya tetap lembut."Kenapa? Kangen banget, ya, sama aku?" lanjut Kael, sedikit menggoda.Zara hanya terkikik kecil sebelum menggeleng, tapi matanya berbinar, jelas menunjukkan betapa leganya dia melihat Kael di sini. Pria itu mengusap puncak kepalanya, sentuhan yang terasa hangat dan menenangkan.Tanpa banyak bicara, Zara masuk ke dalam mobil. Kael mengikutinya, duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mesin. Namun, bukannya langsung melajukan mobil, dia malah mencondongkan tubuh ke arahnya.Zara menegang sejenak sebelum menyadari apa yang Kael lakukan, pria itu memasangkan sabuk pengamannya."Aku bisa sendiri," gumam Zara, meski membiarkan Kael melakukannya.Kael tidak menjawab. Dengan tenang, dia menarik sabuk itu dan mengunci

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 129: Senyum Palsu

    Clara menoleh dengan senyum manis. Oh, tentu saja. Wanita ini memang jago berpura-pura."Saya hanya ingin menyapa Zara, Bu Anjana. Selain itu, saya penasaran ... bagaimana kabar istri dari pria yang dulu hampir jadi suami saya?" ujar Clara dengan nada santai.Anjana tidak terkejut. Di kalangan konglomerat, pertunangan Clara dan Kael memang sudah jadi rahasia umum.Zara menatap Clara dengan tajam. Mustahil Clara datang hanya untuk basa-basi.“Langsung saja, Clara. Apa yang sebenarnya kamu inginkan?” tanya Zara tanpa ragu.Clara mendesah, menyandarkan dagunya di tangan. "Aku hanya ingin tahu ... Kael. Bagaimana perasaannya tentang semua ini?"Kael? Jadi, dia masih saja belum menyerah?Clara tersenyum miring. "Dia pasti terkejut, ya? Asal kamu tahu, dia tidak suka berada di posisi lemah." Jemarinya bermain-main dengan poni rambut, seolah sedang menikmati permainan ini.“Maksudmu apa?” tanya Zara, menajamkan tatapannya.Clara mengangkat bahu, ekspresinya dibuat seolah-olah tidak peduli. "K

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status