Sekretaris Central OFX menelan ludah mendengar ini, “Um, Tuan.”
Rafael Nadal berdiri di sana beberapa saat, dan terakhir barulah dia menundukkan kepalanya dan menghela nafas, “Ayo pergi.”
Ia merasa takut mulai hari ini, Grup Hour tidak akan pernah lagi menganggap ada Central OFX.
Ketika Linda Gumelar kembali ke kantor, Sansan Carell memerintahkan, “Utus seseorang untuk pergi ke lima perusahaan lainnya, katakan bahawa saya ingin bertemu dengan mereka dan lihat bagaimana sikap mereka.”
Sebenarnya Sansan Carell tidak perlu melakukannya, karena ia sudah mengetahui seperti apa sikap dari kelima Direktur perusahaan itu. Pasti mereka tidak akan menemuinya, hanya saja dia tetap ingin memberi mereka satu kesempatan. Dua jam kemudian, Linda Gumelar kembali.
“Direktur, lima Direktur perusahaan itu semuanya mengatakan bahwa mereka ada ur
“Oh ...” Sansan Carell linglung, ia masih tetap memikirkan Soraya Lindsay yang tadi di benaknya. Soraya Lindsay mendengus, ia sangat tersipu malu, “Aku akan mengganti pakaianku.” Setelah berbicara, dia naik ke atas. Saat ini, bel pintu berbunyi. Sansan Carell pergi untuk membuka pintu dan melihat Maria Selena yang mengenakan rok bermotif hati. “Kenapa kamu yang membuka pintu?” Maria Selena terkejut sesaat, wajahnya memerah. “Urusan perusahaan sudah selesai, jadi aku pulang lebih awal.” Maria Selena melangkah masuk, “Di mana Soraya?” “Soraya kembali ke kamar dan berganti pakaian.” Sansan Carell yang sedang berencana ke atas memanggil Soraya Lindsay, tetapi justru menerima telepon dari Linda Gumelar. “Direktur, tadi D
“Apakah kamu benar-benar ingin mencari pasangan?” Ketika kata-kata itu jatuh, Maria Selena menghela nafas lega, “Bukan, aku hanya penasaran saja, dulu kau tidak peduli pada Sansan Carell, sekarang kau sepertinya telah menyukainya kan.” Wajah Soraya Lindsay memerah dan sedikit malu, tapi dia masih berkata dengan wajah serius, ”Aku tahu, kalian semua meremehkannya, sebelumnya menikah dengannya juga hanyalah sebuah formalitas. Namun, ia menemani selama dua tahun terakhir ini, dan bagaimanapun juga sepertinya aku memiliki perasaan padanya.” “Dan, ini bukanlah hal yang terpenting, yang terpenting adalah meskipun dia tidak punya banyak uang dan tidak memiliki kemampuan yang hebat, tapi dia bisa mempertaruhkan nyawa untukku dan orang lain dan semuanya mengutamakanku, bagi seorang wanita, ini sudah cukup.” Soraya Lindsay berkata sambil tersenyum manis dan baha
Dan keempat lainnya mengangguk satu per satu. Melihat ini, Sansan Carell memandang kelima orang itu, “Apakah sekarang kalian tidak bisa berbuat apa-apa?” Hendri Lamiri mengangguk penuh semangat, “Ya, aku benar-benar tidak bisa berbuat apapun. Aku, aku diracuni oleh orang itu.” “Diracuni?” Sansan Carell terkejut dalam seketika. Direktur yang lainnya mengangguk, “Ya, aku juga.” “Aku juga.” Sansan Carell mengerutkan kening, “Hah? Racun, apa racun itu bisa mengendalikan kalian?” “Entahlah, kami sama sekali tidak tahu racun apa itu, apalagi mengatasinya," ucap Hendri Lamiri dengan ekspresi sedih. Putu Wijaya berkata lagi, ”Kami juga pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya, tetapi rumah sakit tidak menemukan apa pun. Kami minum beberapa antibiotik,
Semuanya menunggu hasil dari Riswan Budiana, jika benar-benar ada hubungan dengan Lou Ruth. Maka dia akan menculik Lou Ruth, dan juga akan menyuruhnya memberi obat penawar untuk Soraya Lindsay. Tapi bagaimana jika bukan dia? Bagaimana dengan Soraya Lindsay? Sansan Carell menggelengkan kepalanya, ia berencana untuk kembali pulang dengan mengendarai mobilnya. Tapi di tengah jalan, terjadi kemacetan di mana-mana. Setelah menunggu lebih dari setengah jam, baru jalanan kembali lancar dan Sansan Carell kembali melajukan mobilnya. Hanya saja baru berjalan melewati kecelakaan itu, Sansan Carell tiba-tiba melihat Nurul Sapta. Nurul Sapta berdiri di pinggir jalan, ia mengenakan setelan kerja. Sepertinya ia baru pulang kerja, dan di sampingnya, terluhat berdiri seorang polisi lalu lintas dan seorang pria paruh baya pendek gemuk. Pria pa
Nurul Sapta tidak bisa menahan, ia tersenyum saat melihat ini. Pria itu menjadi semakin marah ketika dia melihat ini, “Persetan, kamu ikut campur urusan kami! Kamu ...” “Petugas polisi, pria ini sepertinya mabuk.” Ketika polisi lalu lintas mendengar kata-kata Sansan Carell, wajahnya langsung berubah. Pria itu memiliki hati nurani yang bersalah untuk ini. Dia memang minum alkohol, tapi tidak banyak, jadi polisi lalu lintas itu dan Nurul Sapta tidak sadar bahwa dia minum alkohol. Kalau tidak, dia juga tidak akan berani memaksanya disini dengan arogan. Dan alasan Sansan Carell menyadarinya adalah, karena apa yang dikatakan Nurul Sapta tadi. Setelah memikirkannya lagi sebentar, dia pun menebak bahwa dia pasti mabuk, hanya memang meminumnya sedikit. Setelah terdiam sejenak, pria itu berkata dengan marah, “Omong kosong, aku minum a
“Tidak perlu, istriku sedang menungguku di rumah.” Sansan Carell menggelengkan kepalanya dan tanpa menunggu Nurul Sapta memberikan jawaban, ia langsung pergi. Nurul Sapta tertegun dan berdiri di tempat untuk waktu yang lama. “Apa kau sangat mencintai istrimu, hingga kau acuhkan aku?” “Apa bagusnya dia?” “Akulah yang paling cocok untukmu!” Mata Nurul Sapta berubah terlihat licik, dan ia menggerutu, "Sansan Carell, aku menginginkanmu!” gumamnya. Awalnya, Nurul Sapta ingin menjatuhkan Grup Hour, jadi dia harus menyelidiki Sansan Carell. Namun, seiring berjalannya waktu, ia semakin banyak memahaminya, dia menjadi semakin tertarik pada Sansan Carell. Sampai sekarang, setelah beberapa kali bertemu dengan Sansan Carell, dia menyadari bahwa dia mengukai Sansa
Hampir semua orang sedang membicarakan hal ini sepanjang pagi. “Ya Tuhan! Direktur dari Grup Hour ternyata orang yang seperti ini!” “Ternyata ia selingkuh di belakang istrinya, bajingan!” “Orang kaya benar-benar bisa bermain!” — Sansan Carell saat bangun pagi tidak melihat ponselnya, dan langsung pergi ke Grup Hour setelah sarapan. Ketika dia berjalan masuk ke lobby Grup Hour, semua karyawan meliriknya dengan tidak biasa. Sansan Carell bingung, apakah ada masalah dengan pakaiannya hari ini? Atau ia tidak mencuci muka dengan bersih? Begitu kembali ke kantor, baru saja dia duduk, Linda Gumelar masuk. “Ketua ...”Linda Gumelar berhenti bicara. Sansan Carell merasa aneh, “Ada apa?”&n
Kemudian ia mengganti pakaiannya, Soraya Lindsay keluar dengan membawa ponsel dan tasnya. Dan di saat yang sama, Nurul Sapta yang mengetahui masalah ini. Ia terlihat sangat marah dan langsung menghancurkan barang-barang yang ada di dalam rumah. “Wans, manusia idiot brengsek! Siapa yang menyuruhnya mempublikasikan foto-foto itu?” Maksud Nurul Sapta adalah membiarkan Wans mengambil foto untuk mengancam Sansan Carell. Dan membiarkan Sansan Carell memberikan Grup Hour kepada Wans, namun hasilnya nihil! Wans adalah manusia paling idiot yang pernah ia temui. Dengan begitu bodohnya ia mempublikasikan foto itu, sekarang Kota Ryuu semuanya mengetahui masalah ini, dan sepenuhnya telah kehilangan maksud aslinya. Jika seperti ini hanya akan menodai reputasi Sansan Carell saja, dan pada saat yang sama menyebabkan Grup Hour menghadapi krisis bisnis, yang sangat jauh dari tujuannya! &nbs
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat