Share

81. Cemburu

Author: Irma W
last update Last Updated: 2024-01-31 10:40:09

Jesika melambai tangan pada sahabatnya sebelum kaca jendela mobil ditutup. Ketika mobil sudah melaju cukup jauh, Jesika mulai bersiap untuk menyeberang jalan. Dia toleh kanan dan kiri, memantau apakah jalanan sudah aman atau belum.

Namun, ketika satu kaki hendak melangkah, seseorang memanggilnya dari arah trotoar sebelah kanan. Jesika langsung menoleh mencari asal suara tersebut. Jesika mendaratkan telapak tangan di atas kening untuk menghalau sinar matahari yang membuat pandangannya tidak terlalu jelas. Pertama Jesika hanya melihat dua kaki mengenakan sepatu putih berjalan, lalu semakin keatas, Jesika bergerak mundur satu langkah.

“Sera?”

Sera berdiri dengan wajah masam dikelilingi keringat di bagian pelipis sampai ke bagian rahang.

“Bagaimana mungkin kamu tidak pernah berkunjung ke rumah setelah hidup kamu Makmur?”

Kening Jesika berkerut. “Apa maksud kamu?”

“Gara-gara kamu bisnis papa berantakan!” kata Sera dengan nada menyentak. “Seharusnya kamu bertanggung jawab sekarang!”

“Aku?”
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   82. Tentang Balas Budi

    Jesika keluar dari ruang ganti mengenakan lingerie dengan punggung terbuka. Sudah tidak ada rasa canggung ketika mengenakan pakaian tersebut di dalam kamar, toh sebelumnya Jesika juga sering mengenakan piaman terbuka asalkan tidak pergi keluar kamar.Antonio yang sekarang sedang duduk di atas ranjang sambil bersandar, menaikkan sedikit dagunya, mengamati Wanita yang melenggak di sana. Jesika masih belum menyadari ada tatapan penuh arti dari Antonio.Jesika berdiri di depan cermin, menyamirkan seluruh rambutnya ke depan, lalu mulai menyisirnya dengan lembut. Punggung yang bersih itu terlihat sangat jelas, membuat Antonio jadi gagal focus. Latay laptop yang menyala di atas pangkuan, bahkan ia abaikan sampai kahirnya rambut panjang itu terurai kebelakang.“Sial! kenapa dia bisa terlihat begitu sempurna sekarang!” umpat Antonio. Di balik celananya, ada yang mulai berontak.Jesika berbalik badan lalu berjalan santai menuju ranjang. Dari tampangnya, dia sama sekali tidak memperhatikan pagai

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   83. Rumah Tak Layak Huni

    Rencananya, Antonio akan menemani Jesika pergi ke rumah orang tuanya, tapi mendadak ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Ada satu rencana yang harus segera dibahas karena kebetulan memang rekan bisnisnya itu tidak suka berlama-lama untuk memutuskan semuanya.Meski tidak pergi dengan Antonio, tapi dia meminta Bitt untuk mengantar Jesika. Meski datang ke rumah oran tuanya, tapi berjaga-jaga memang diperlukan.Sepanjang perjalanan, Jesika duduk diam bingung harus memutusakan sesuatu yang diberikan oleh Antonio padanya. Ada dua opsi dan dia harus memilih salah satunya.“Hei, Bitt!” panggil Jesika.Bitt menyahut sambil menatap kaca spion di atas. “Ya, Nona?”“Menurutmu memberi modal pada mereka pilihan yang tepat atau bukan? Kamu tahu bagaimana keluargaku, kan?”Bitt mengangguk. Tidak dipungkiri, Bitt dan Tian satu semuanya bahkan sebelum Antonio, karena memang mereka berdua yang mengorek informasi tentang bagaimana kehidupan kedua orang tua Jesika.“Apa tidak apa-apa kalau saya memberi s

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   84. Dengar Saja Yang Jelas

    “Untuk apa dia datang ke sini? Mau menertawakan kita?” Sera yang baru pulang langsung mencak-mencak.Atiqah mendesah pelan lalu berdiri. Dia sudah setengah jam duduk di ruang tamu. “Mama kurang tahu. Dia meninggalkan kartu nama pada papamu.”Sera mendecih. “Untuk apa? kalau dia ebrniat membantu, cukup letakkan saja uang yang banyak di atas meja. Kenapa malah memberi kartu nama?”“Sera? Dari mana kamu?” Sanjaya muncul dari balik pintu kamar dengan wajah penuh tanya. “Pakaianmu terbuka sekali.”“Oh ayolah, Pa! ini lumrah. Apa yang salah?” desah Sera. Wanita itu berdecak lalu menyambra tas kemudian melenggak pergi.“Papa belum selesai bicara sama kamu, Ser!” seru Sanjaya.Sera menoleh malas. “Mau bicara apa? aku lelah.”“Setiap hari kamu selalu pulang malam. Kemana kamu pergi?”“Hei, pertanyaan macam apa itu?” Atiqah mendekat. “Kenapa kamu terlihat curiga padanya?”Sera benar-benar lelah sekarang. Dia hanya ingin tidur, meregangkan otot-otot tubuhnya yang malam ini bekerja terlalu keras.

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   85. Merasa Tersaingi

    “Tuan menunggu Nona di ruangannya,” kata Tian begitu menjemput Jesika di lantai bawah.“Oke, aku ke sana.”Jesika menaikkan selempang tasnya yang merosot, sambil berjalan cepat menuju pintu lift. Rasanya sungguh penasaran dengan apa yang dua orang itu bicarakan tadi. Sebenarnya Jesika sudah gelisah sedari tadi mengingat bagaimana sikap Antonio kalau sedang marah. Takutnya Antonio memberi bantakan pada Sanjaya.Tok! Tok!Jesika mengetuk pintu, tapi tetap saja nyelonong masuk tanpa menunggu ornag di dalam menyahut karena terlalu penasaran.“Hei, akhirnya kamu datang,” ucap Antonio dengan senyum secerah Mentari. Dia beranjak dari duduknya menghampiri sang istri.“Bagaimana dengan papa? Apa dia membuat ulah? Lalu apa yang kamu katakana padanya?”“Hei, hei! Pelan-pelan.” Antonio merangkulkan tangan pada pinggang Jesika dengan kening berkerut. “Bertanyalah satu-satu.”Jesika mencoba mengatur nafasnya sampai Antonio menggoda dengan mengikuti apa yang tengah dilakukannya.“Oke, silahkan …”Je

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   86. Pulang Sendiri

    Jesika tentunya penasaran setelah mendengar perkataan Sera yang sedari tadi menyalak. Dia eprgi begitu saja, kembali masuk ke gedung perusahaan, sampai lupa kalau tujuan awal hendak membeli es krim.“Hei, dari mana kamu?” kebetulan Jesika berpapasan dengan Antonio di lobi. Antonio langsung menarik tangan Jesika yang berjalan sepat tanpa menyadari ada dirinya di sini.“Aku mencarimu dari tadi.”“Aku ingin bicara denganmu.”“Hei, tenanglah! Ada apa, hm?” Antonio menggenggam kedua lengan Jesika dan menatapnya dalam-dalam.Jesika melihat satu sosok Wanita berdiri tidak jauh di samping Antonio. Raut wajah Wanita itu sepertinya juga terlihat penasaran karena mendadak Jesika terlihat panik. Jesika masih cemburu mengenai Wanita cantik ini, akan tetapi saat ini bukan saatnya untuk cemburu.“Aku ingin bicara sekarang.”“Tapi aku sudah janji. Tidak enak dong kalau dibatalkan,” kata Antonio sedikit kesal.“Tidak apa-apa, mungkin ada hal penting yang harus dibicarakan. Kita bisa makan siang lain w

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   87. Jangan Mengerjaiku, Aku Sedang Marah

    Jesika akan menepiskan rasa cemburunya lebih dulu untuk sekarang. selesai makan dan bercerita dengan ibu mertuanya, Jesika beranjak pergi ke kamarnya. Sekarang juga sudah sore, sudah waktunya untuk bersih-bersih badan.Sampai di dalam kamar, Jesika tidak mendapati keberadaan sang suami. Mungkin sedang berada di ruang ganti atau kamar mandi. Jesika melangkah lebih masuk ke dalam setelah menutup pintu. Dia letakkan tas di atas meja, lalu melepas sepatunya.“Di mana dia?” gumam Jesika sambil memutar. Dia berhenti pada pintu kamar mandi lalu mendekat ke sana.Jesika menempelkan telinga pada daun pintu. Tidak terdengar suara apa pun dari dari dalam sana, tapi Jesika juga tak melihat ada sosok sang suami di dalam ruang ganti. Kening Jesika berkerut lalu mulai menebak-nebak.“Antonio, di mana kamu?”Tidak ada yang menyahut. Jesika memustuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi, berpikir barang kali Antonio sedang berendam di dalam sana.“Kamu di dalam?”Antonio yang kebetulan tengah memejamkan

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   88. Tamu Sore

    Jesika menatap Antonio sejenak, lalu membuang muka. Rasanya masih kesal disaat dirinya tengah dongkol tapi sang suami malah menambahi rasa dongkol tersebut. entah kenapa Antonio sama sekali tidak takut melihat wajah yang cemberut itu. rasanya justru ingin menggodanya sekali lagi sampai akhirnya membuat Wanita itu merengek.Antonio berjalan mendekat, menyembunyikan bungkusan eskrim di belakang punggungnya. Merasa ada sesuatu di belakangnya, Jesika yang hendak bercermin menoleh. Saat itu juga dia terlonjak mendapati sang suami berdiri sambil tersenyum sampai giginya terlihat begitu jelas.“Kenapa kamu di sini?” decak Jesika. “Kamu juga belum memakai pakaianmu.”Antonio tetap berdiri masih sambil tersenyum membuat Jesika mulai curiga dengan pikiran macam-macam.“Ada apa denganmu? Kamu sedang tidak berniat mengerjaiku lagi, kan?” Jesika menatap curiga.“Tidak.”“Lalu?”“Tadaaaa!” Antonio mengeluarkan bungkusan es krim dari persembunyiannya. Jesika menatap dengan jeli."Apa itu?"Antonio b

    Last Updated : 2024-01-31
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   89. Selalu Saja Menggoda

    Dari pada sibuk mengurusi dua orang yang masih terus mengobrol di ruang tamu Jesika memilih duduk menyendiri di ruang kerjanya. Rasanya memang gelisah, apalagi sudah hampir dua jam lebih mereka masih asyik mengobrol. Rasanya membuat hati kian dongkol.“Oke, seeprtinya aku harus mencari cara supaya bisa mengabaikan mereka.” Jesika duduk tegak, perlahan menarik nafas dalam-dalam, lalu ia hembuskan sampai bibirnya maju.Jesika pada akhirnya memutuskan untuk meminta Tian naik ke lantai dua. Kalau Antonio masih belum bisa diajak bicara sekarang, maka Jesika akan mendesaj Tian untuk mengatakan semuanya.Tian yang sebelumnya berada di ruangan belakang lantai satu, berhenti sejenak ketika hendak menuju tangga. meski jarak cukup jauh, tentunya orang yang tengah berada di ruang tamu melihatnya melangkah.Tian menundukkan badan sambil tersenyum. “Nona memanggil saya ke atas.”Kening Antonio berkerut. Karena penasaran, dia pamit berdiri sebentar menghampiri Tian pada Luna.“Ada apa?”“Sepertinya

    Last Updated : 2024-01-31

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 124

    Di dalam otaknya, Antonio pernah berpikir untuk membantu keuangan Luna yang sedang merosot. Kabar rumah yang disita waktu itu, bahkan membuat Antonio merasa khawatir. Namun, rasa peduli itu nyatanya tidak dibalas dengan baik. Luna justru memainkan perannya sebagai orang yang licik penuh tipu muslihat. Keluar dari restoran, Antonio langsung meminta Tian untuk membawanya segera pergi. Antonio bahkan meninggalkan meja tanpa menunggu Luna kembali. Antonio tidak mau kalau sampai terjadi pertengkaran di sana, karena memang amarah Antonio sedang berada dipuncaknya. “Ada apa, Tuan?” tanya Tian ketika mobil sudah melaju. Wajah Antonio benar-benar merah padam. Kedua tangan tampak mengepal seperti ingin melayangkan tinju. Melihatnya saja membuat Tian bergidik ngeri. “Antar aku menemui Selena.” Kening Tian berkerut, namun akhrinya tetap menganggukkan kepala. Mobil melaku ke sebuah kompleks perumahan mewah. Sekarang sudah pukul dua siang, sialnya Selena sedang tidak du rumah. “Tian, kamu kump

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 123

    Jesika mengatur pertemuan dengan rekan-rekannya di sebuah restoran berlantai dua di dekat danau. Jaraknya memang cukup jauh dengan kantor, tapi tidak masalah menurt Jesika karena datang beramai-ramai diantar mobil kantor. Setidaknya sekaran juga menjelang hari minggu, jadi berada diluar kantor cukup panjang tidak terlalu masalah.Sementara di kantor sendiri, Antonio dan beberapa infestor mulai kembali membahas tentang dana yang hilang. Pembahasan ini juga langsung teruju pada sebuah cctv yang Tian dapatkan dari setiap ruangan di sini.Siapa sangka kalau ternyata Luna pernah duduk di kursi ruangan kerja Antonio ketika Antonio tengah keluar sebentar untuk mengambil sesuatu kala itu. Antonio tidak pernah manaruh rasa curiga sebelumnya, karena memang yang dia pikir Luna adalah rekan yang baik.“Kamu yakin itu Luna?” tanya Antonio.“Jadi Tuan tidak percaya kalau ini Nona Luna?”Antonio menelan ludah dengan pertanyaan itu. memang sikap Antonio terlalu menyebalkan akhir-akhir ini karena terl

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 122

    Masuk ke dalam kamar, Antonio melihat sang istri meringkuk di atas ranjang tanpa mengenakan selimut. Antonio meletakkan jas yang tersampir pada lengannya di atas sandaran sofa. Selepas itu, dia mendekati ranjang memeriksa keadaan sang istri. Melihat posisi Jesika, sepertinya Wanita itu ketiduran saat menunggu Antonio pulang.“Kenapa kamu tidak mengenakan selimut? Kamar dingin sekali.” Antonio membungkuk lalu meraij selimut.Namun, ketika hendak menutupkan pada Sebagian tubuh Jesika, Jesika malah terbangun. Wanita itu merangkuk lalu membalikkan badan.“Kamu sudah pulang?”Antonio tersenyum, kemudian duduk membantu sang istri yang beranjak duduk. “Kamu ketiduran?”Masih dengan mata sayu belum terbuka sempurna, Jesika mengangguk. “Kenapa baru pulang?” sekarang Jesika mencoba menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam.Antonio tersenyum tipis, mengelus lembut pucuk kepala sang istri. “Maaf, hari ini lumayan sibuk.”Jadi dia tidak mau mengatakannya padaku?Jesika terdiam mema

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 121

    Sebelumnya saya minta maaf karena mungkin banyak typo. saya belum sempat untuk mengoreksinya kembali.***Jesika mungkin harus menunggu hingga malam tiba untuk bisa bertemu dengan sang suami. Di kantor, Jesika hanya sempat bertemu ketika tadi nyelonong masuk ke dalam ruangan, tapi setelah itu Jesika tidak melihat lagi bahkan hingga jam pulang kerja. Jesika bahkan pulang lebih dulu karena kata Tian pekerjaan Antonio belum selesai.“Kamu pulang sendiri, Jes?” tanya mama yang menyambutnya di depan pintu ruang tamu.Jesika mengangguk lalu mencium punggung telapak tangan mama mertuanya itu.“Antonio di mana?”Mereka berdua berjalan bersama masuk ke dalam.“Kata Tian, Antonio masih ada kerjaan.”“Tumben?”“Iya, aku juga kurang tahu, Ma. Aku tidak sempat bicara dengannya di kantor.”Menjelang makan malam, Antonio masih belum juga kunjung pulang ke rumah. dia menyempatkan diri menelpon Jesika dengan mengatakan kalau sebentar lagi akan pulang, namun meski begitu tatap saja merasa khawatir kare

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 120

    Jesika tidak mau peduli mengenai Selena, tapi ketika dia hendak pergi membeli beberapa lembar kertas di sebuah toko, dia tidak sengaja melihat Selena tengah berdebat dengan seseorang. Jesika mengamati dari kejauhan.“Aku sudah mengirim banyak pada ayah. Ayah tidak perlu menemuiku ke sini!”“Ayah butuh lebih. Kalau sampai siang ini ayah tidak mendapatkan uang, ayah bisa mati.”“Apa peduliku?”“Anak kurang ajar!”Selena langsung menyingkir ketika tangan itu melayang hendak menampar dirinya. Jesika yang melihat dari kejauhan sampai membelalakkan mata dan menutup mulut.“Ayah jangan macam-macam denganku di tempat umum. Aku sudah beberapa kali memperingati ayah untuk tidak menemuiku di tempat umum. Ayah tahu resikonya, kan?”Pria berjenggot itu berdecak, menghempas tangan lalu berlalu pergi dengan sia-sia tanpa mendapatkan uang. sementara Selena, dia hanya bisa menghela nafas lalu menyapu ke area sekitar berharap tidak ada yang melihat perdebata baru saja.Jesika yang langsung bersembunyi,

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 119

    Memang siapa yang sangka kalau Selena bisa melakukan hal sekeji itu hanya demi karirnya? Terkadang memang hal kotor bisa dilakukan demi sesuatu yang ingin sekali digapai, hanya saja cara Selena benar-benar di luar nalar walaupun pada kenyataannya banyak yang begitu di luar sana.“Aku benar-benar tidak menyangka kalau Antonio melupakanku demi Wanita yang jauh di bawahku.” Selena menyulut rokoknya sampai asap mengepul tinggi ke udara.“Jangan bilang sebenarnya kamu masih mengharapkan Amtonio?” Pemela menebak-nebak denga mata sinis. “Kamu masih belum move on?”“Oh come on! Ini sudah satu tahun lebih. Tentu saja aku sudah move on.”Pamela tersenyum miring. “Kamu yakin? Jangan kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu masih sering memantaunya dari jauh. Kamu bahkan meminta Luna untuk bisa lebih dekat dengan Antonio. Kamu Cuma menggunakannya sebagai alat untuk mengetahui tentang mereka kan?”“Brengsek kamu!” umpat Selena. “Aku tidak ada maksud seperti itu. setidaknya Luna lebih tinggi dari istri

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 118

    Ketika Antonio berjalan mendekat setelah turun dari panggung, dengan bangganya Jesika bertepuk tangan. Bibirnya tersenyum menunjukkan deretan gigi yang putih. Reaksi Antonio yang langsung mengusap pucuk kepala Jesika, tentunya membuat siapa pun akan merasa iri.“Ah, kasihan sekali Selena. Pria seperhatian itu malah ditinggal kabur dulu.”“Benar juga. Jesika sangat beruntung mendapatkan Antonio.”Selena yang berdiri hampir di di paling ujung mendengar percakapan tamu undangan itu, tapi dia hanya menarik satu ujung bibir ke atas dengan wajah acuh sambil menenggak minumannya.“Kalau bukan karena keluarganya yang tak merestui, aku juga tidak mungkin meninggalkan Antonio. Mereka pikir sangat mudah menjadi diriku yang tidak disambut di keluarga Antonio. Brengsek!”Selena meletakkan gelasnya lalu beranjak pergi ke toilet.“Kamu ngobrol sama nenek dulu, aku mau ke toilet dulu sebentar.”“Oke.”Jesika menghampiri nenek yang tengah ngobrol dengan rekan-rekan dan beberapa artis di sana. ketika J

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 117

    Entah kapan Antonio terakhir kali menginjakkan kaki di gedung agensi milik neneknya. Setiap langkah, ketika melihat beberapa poster dan layar monitor di beberapa titik dinding gedung, terkadang membuat rasa rindu untuk kembali lagi ke sini. Namun, Antonio lebih merasa nyaman ketika sudah meninggalkan agensi. Rasanya bisa berekspresi lebih luas lagi, dan juga tidak terlalu banyak tututan.“Ada apa?” tegur Jesika ketika melihat wajah sendu sang suami.Antonio bergidik lalu tersenyum. “Tidak, aku hanya sedikit rindu ketika masih di sini.”Jesika mengusap lengan Antonio lalu menggandengnya dengan erat. Beberapa orang atau tamu lain berjalan di belakang mereka, tapi tentunya tidak terlihat heboh karena memang ini sudah aturannya bagi siapa pun yang ingin datang ke acara tahunan agensi.Mereka menuju lantai tiga di mana acara akan berlangsung. Papa dan mama tidak bisa datang, jadi hanya nenek yang berangkat bersama Antonio dan Jesika. ada Tian dan Bitt juga pastinya.Sampai di ruanga acara,

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   116

    “Wanita itu menemui Antonio lagi?”“Iya, Nona.”Jesika yang tengah mengunyah makanan, memegang ponselnya dengan tangan kiri.“Kamu menelpon siapa, Sayang?” tanya nenek yang duduk di hadapannya dengan dibatasi meja bulat.“Tian, Nek.”Megan mengangguk-angguk melanjutkan makan lagi, sementara Jesika membali bicara dengan Tian.“Mau apa dia datang lagi? sudah berapa kali dia datang menemui Antonio?”Nada bicara Jesika membuat Megan menatap penasaran.“Sayang kurang tahu, Nona. Mereka bicara di ruang tamu kantor. Saya hanya bisa melihat dari luar saja.Ruang tamu memang didesain dengan dinding kaca. Tidak ada privasi di sini memang, jadi akan jauh lebih netral untuk bicara dan tidak membuat siapapun salah sangka.“Biarkan saja mereka bicara. perempuan itu tidak akan menyerah sepertinya. Kamu bantu awasi saja. Aku takut dia ada campur tangan dengan klaim karya waktu itu.”“Baik, Nona.”Pemikiran Jesika sepertinya sama dengan Tian. sejujurnya Tian sudah melihat cctv di parkiran belakang ged

DMCA.com Protection Status