Share

7. Kejutan

Author: Laradin
last update Last Updated: 2024-10-30 20:17:20

"Gimana di kantor, Ka?" Sambungan telepon Ivy akhirnya tersambung. Ivy menghubungi Taraka sekretaris baru Joshua yang dulunya adalah sekretaris dirinya. Sebab itu ia akrab dan tidak ragu untuk menghubungi Taraka.

"Wah kacau, Mba. Setelah Mba resign, Pak Joshua jadi gegabah. Grasak-grusuk, bahkan terakhir dia adu mulut sama papinya di kantor sampai kantor heboh karena Pak Joshua dengan gegabahnya memulai pembangunan hotel di Bali tanpa sepengetahuan papinya," kata Taraka.

Ivy melihat ke sekeliling kafe yang tengah ia kunjungi itu. Takut-takut jika akan ada orang lain yang akan mendengar pembicaraannya dengan Taraka. Suaranya sedikit ia kecilkan. "Kenapa, Ka? Kenapa papinya marah? Bukannya itu kemauan beliau?"

"Tempat itu belum dapet izin. Tapi Pak Joshua kekeh. Dia juga sempet suruh saya datengin Mentri buat cepetin proses izinnya tapi Mentri menolak sebab memang tempat itu sangat di jaga. Dan sekarang pembangunannya dihentikan karena masyarakat di sana demo."

"Terus?"

"Para investor membatalkan kerjasama mereka." Disebrang sana Taraka menghela napas. "Sekarang kerjaan saya nambah, Mba. Ngurus Pak Joshua sama anterin dia pulang kalau dia mabuk. Pak Joshua jadi sering mabuk Mba sekarang. Saya jadi ikut stres."

"Kamu yang sabar, ya?"

"Ya mau gimana lagi, Mba. Cari kerja susah sekarang. Oh iya, gimana kabarnya Mba. Pasti bahagia ya setelah nikah sama Pak Nevan."

Bahagia? Ivy tertawa miris. Menggenggam gelas kopinya erat. "Ya semoga. Kalau gitu makasih ya, Ka infonya. Nanti kapan-kapan saya teraktir."

"Gak masalah, Mba. Santai aja."

Sambungan telepon terputus. Ivy jadi teringat ucapan Taraka barusan. Ia menatap layar ponselnya gamang. "Boro-boro bahagia, Ka. Yang ada gue ditipu. Orang gila mana yang nikah sama orang yang baru dia kenal bahkan nomor hp gue aja dia gak punya."

"GUE ORANG GILANYA!!"

Lantas Ivy menggelengkan kepalanya. Berharap bayang-bayang wajah lembut Nevan yang berhasil menipunya itu menyingkir. "Gue harus hubungin Pak Ferdi sekarang."

****

Sudah hari ketujuh semenjak Ivy pergi dari rumahnya tidur Nevan tidak nyenyak. Malam yang panjang ia lalui dengan perasaan resah. Lelaki itu tidak cukup berhak untuk mengkhawatirkan Ivy sebab penyebab istrinya itu pergi adalah dirinya sendiri, namun ia merasa bersalah kepada ayah Ivy karena sudah mengkhianati kepercayaannya. Ia tidak bisa menjaga Ivy.

Tatapannya gamang diantara remang lampu di sisi nakasnya. Nevan tidak bisa melakukan apapun sebab ia tidak cukup mengenal Ivy. Ia tidak bisa mencari Ivy karena ia tidak tahu dengan siapa dia berteman. Membingungkan. Helaan napasnya terdengar lebih menyakitkan kala itu. Saat waktu seolah berlari cepat, mengasihani Nevan, tidak ingin melihat lelaki itu terus berkelahi dengan rasa bersalahnya. Mungkin jam sudah muak melihat wajah pucat Nevan yang terus memelototinya.

Nevan mendahului tugas baskara. Ia duduk untuk menetralkan rasa pening kepalanya. Kemudian tubuh lunglainya dipaksa bangun untuk memulai hari lebih sibuk dari hari sebelumnya. Setidaknya jika ia sibuk ia tidak terlalu memikirkan Ivy kapan dia akan pulang. Percayalah menunggu tanpa sebuah kepastian itu seperti tenggelam di tengah laut lepas. Tidak tahu kemana arahnya dan dimana ujungnya.

Rapi dengan pakaiannya Nevan bergegas menuju kantornya. Tidak terlalu lama untuk sampai di kantor perusahaan nya. Seperti dugaannya karyawan kantornya belum ada yang masuk, bukan salah mereka tapi dirinya lah yang datang terlalu pagi. Ia melenggang menuju ruangannya dan meminta dibuatkan kopi sebelum ia memulai pekerjaan kepada office boy yang selesai mengepel di ruangannya.

"VAN ADA BERITA BAGUS!"

Jantung Nevan hampir merosot ke kantung kemih, Unmesh menyerobot masuk ke ruangannya dengan suara tingginya. Wajahnya berseri mengalahkan sinar matahari yang mulai naik, berlari girang seraya menenteng iPad ditangannya.

"Kalo bisa gue gunting pita suara lo, gue gak akan mikir dua kali," celetuk Nevan dengan nada ketus.

Unmesh memegang leher berjakunnya itu ngeri. "Emang gini ya efek samping ditinggalin istri itu?"

"Keluar atau—"

"Bentar buset." Unmesh mendekat. "Liat ada apa?" Ia menyodorkan iPad

Nevan melengos. "Bisa langsung kasih tau gue gak?" Apa yang harus ia lihat dari ratusan deretan email itu?

Sekarang giliran Unmesh yang berdecak heran. "Literasi Dilan! Ternyata bener Indonesia krisis membaca." Lelaki itu geleng-geleng kepala.

"Kalau gue cari sendiri tugas lo apa kalau gitu?" Singkat Nevan.

Unmesh cengengesan sembari menggaruk tengkuknya. "Oh iya hehe. Ini sekretaris Pak Ferdi hubungin perusahaan buat join jadi investor kita!"

"Serius?" tanya Nevan untuk memastikan.

"Tiga rius Merkurius penus Jupiter matahari! Tadi gue sempet dihubungin juga sama sekretaris nya. Dan beliau minta ketemu nanti jam dua siang," jelas Unmesh.

"Oke lo resecedule jadwal gue hari ini."

"Siap bang mesi." Unmesh memutar bola matanya. Berbalik dengan tubuh lesu.

****

"Saya senang bisa bekerja sama dengan anda." Dua lelaki berbeda usia itu saling menjabat tangan seraya menampilkan senyum terbaik mereka.

Nevan berhasil meyakinkan Ferdi sang investor besar itu. Ia amat bangga pada dirinya sendiri. Proyeknya bisa segera dilaksanakan.

"Terima kasih atas kepercayaan yang sudah Bapak beri kepada perusahaan kami. Selamat bergabung." Senyum cerah kembali terlihat di wajah Nevan.

"Saya senang bisa bergabung dengan perusahaan Pak Nevan. Persiapan dan rencananya tertata dan menurut saya sangat menjanjikan. Strategi yang matang yang mendorong keyakinan saya untuk tidak berpikir dua kali untuk bergabung dengan Pak. Nevan." Ferdi kembali tersenyum.

"Terima kasih."

"Oh iya, saya juga harus berterima kasih kepada istri Pak Nevan karena sudah mengenalkan dan memberi kontak perusahaan Pak Nevan."

Ucapan Ferdi barusan berhasil membuat dada Nevan bergebup kencang. Ia melirik Unmesh di sampingnya. "Istri saya?" tanya Nevan memastikan dengan kerutan di dahinya.

Meski Nevan terlihat baik-baik saja dan selalu tenang dalam situasi apapun, sungguh pikirannya tidak pernah tidak berisik. Setelah mengenal Ivy.

"Iya, sampaikan terima kasih saya kepada Bu Ivy. Kapan-kapan kita bisa makan bersama tanpa urusan bisnis."

Otak Nevan sejenak mencerna, tiba-tiba saja seperti ada benda padat yang menghambat kerja otaknya. Lantas ia hanya bisa tersenyum samar. "Nanti saya sampaikan."

Hampir satu setengah jam mengobrol akhirnya Ferdi pamit terlebih dahulu. Lalu tiba-tiba Nevan teringat sesuatu. Ia segera membereskan barang-barangnya dan pergi begitu saja dengan tergesa. Teriakan Unmesh ia abaikan. Di dalam kepalanya terus berkata jika ia harus segera pulang.

Mobil mengkilapnya membelah jalanan ibu kota yang cukup ramai sore itu. Jemarinya mengetuk-ngetuk stir mobil gelisah. Mungkinkah asumsinya benar. Nevan berdecak keras saat harus terpaksa berhenti sebab lampu berubah menjadi merah.

"Sial!" eluhnya.

Nada dering hpnya berbunyi, Nevan segera menyambar ponselnya.

"Ivy pulang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   8. Pulang bukan untuk kembali

    Ivy tidak pernah membayangkan akan kembali ke rumah minimalis bergaya modern yang ia pilih sendiri bersama Nevan setelah mereka memutuskan untuk pindah dari apartemen lelaki itu. Kejadiannya terlalu cepat dan mengejutkan. Perempuan itu menatap rumah Nevan untuk beberapa saat. Lalu ia masuk dengan kunci yang ia miliki. Kedua bola matanya menyusuri setiap sudut rumah itu. Masih rapi dan bersih. Nevan sepertinya memang tipe orang yang memperhatikan kebersihan. Kaki Ivy ia seret menuju dapur, membuka kulkas. Di sana hanya terdapat beberapa butir telur dan seikat bayam yang sebagian sudah kering mungkin karena Nevan tidak sempat memasak.Ivy melongok jam di tangannya. Pukul enam sore. Sebentar lagi Nevan pulang. Ia menggulung lengan kemejanya, mengambil seikat bayam dan tiga butir telur dari kulkas. Tangan nya lihai memotong bayam ddilanjutkan dengan mengaduk telur yang sudah ia pecahkan. Aroma bawang goreng pun menguar ke semua ruangan. Tanpa Ivy sadari, seseorang membuka pintu, masuk de

    Last Updated : 2024-11-04
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   9. Kesetaraan Cinta

    Hampir tengah malam, itu berarti Ivy dan Nevan sudah menghabiskan lima jam mereka terbuang sia-sia hanya untuk berenang diantara rasa-rasa yang perlahan tenggelam dalam kesalahpahaman. Duduk berjarak satu meter di atas sofa menatap layar televisi tanpa sebuah obrolan. Tidak ada yang bersuara atau sekadar membahas soal film yang keduanya tengah tonton. Atau rasa dingin yang membuat hati mereka beku. Ivy sebenarnya tidak terganggu dengan situasi ini, sebab asing sudah lama akrab dengannya. Dan bukankah seharusnya seperti ini?Di sisi lain Nevan tengah bergelut dengan isi kepalanya yang mendadak penuh, namun mendadak membatu. Pun dengan perasaannya yang sedikit merasa kecewa setelah mengetahui alasan Ivy kembali ke rumah nya. Alasan bukan dirinya adalah penyebab Nevan terdiam sedari tadi."Saya udah ngantuk, saya tidur duluan." Ivy berdiri tanpa menoleh ke arah Nevan kemudian pergi begitu saja. Nevan menengok hanya untuk melihat Ivy masuk ke kamar tamu."Ivy beneran sakit hati sama say

    Last Updated : 2024-11-07
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   10. Orang tampan

    "Hi, pa," sapa Ivy sesampainya di kamar rawat sang papa. Tersenyum merekah saat melihat kondisi ayahnya yang semakin hari semakin terlihat sehat. Ia meletakan satu paper bag yang ia bawa di nakas lantas duduk di kursi di samping bad. "Ke sini sama siapa?" Galih melongok pintu yang sudah tertutup seperti mencari seseorang. "Sendirian. Kenapa emang, Pa?" "Kenapa gak bareng sama Nevan tadi?" "Hah?" Kedua alis Ivy bertaut, keheranan. "Nevan ke sini?" "Iya. Dia ngurusin administrasi terus ngobrol sebentar. Papa pikir dia buru-buru karena mau jemput kamu," jelas Galih. "Engga, Pa. Aku ke sini sendirian. Eh gak sengaja tadi ketemu Qaiz di parkiran. Kita bareng ke sininya." Galih menegakkan tubuhnya. Kening sempitnya berkerut. "Qaiz kenapa memang?" "Akhir-akhir ini katanya dia suka nyeri-nyeri sendi. Gak tau kenapa." Ivy menaikan kedua pundaknya, acuh. Mungkin memang Qaiz sudah cukup tua. "Oh... Coba nanti kamu tanyain ke Qaiz. Kasih tau papa, ya?" Galih sudah menganggap Qai

    Last Updated : 2024-11-16
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   11. Resah atau Sudah Cinta?

    Hanya ada suara sendok yang bertabrakan dengan piring yang menemani makan malam Ivy dan Nevan. Ivy fokus dengan makanannya agar segera menyelesaikan makan malamnya. Sementara Nevan, sesekali mencuri pandang kepada Ivy."Saya—" Ivy.Saya—" Nevan.Keduanya saling pandang untuk kemudian berdehem canggung dan melemparkan tatapan mereka ke sembarang arah. "Pak Nevan duluan," ucap Ivy mempersilahkan Nevan untuk bicara lebih dulu.Nevan melepaskan genggaman sendoknya. Memberi perhatian sepenuhnya kepada Ivy. "Saya... Hanya mau menjelaskan kalau tadi saya memang sudah ada rencana menjenguk papa. Saya tidak bermaksud mengintili kamu atau mungkin seperti apa yang ada di dalam pikiran kamu. Saya hanya—""Bayar tagihan rumah sakit?" Potong Ivy. Nevan terdiam. Pandangannya terjatuh pada sisa nasi di piringnya. "Terima kasih. Dan tenang saja, Pak Nevan tidak perlu khawatir saya tidak berpikir seperti apa yang Pak Nevan ucapkan barusan. Tidak mungkin Pak Nevan membuang waktu Bapak hanya untuk memb

    Last Updated : 2024-11-18
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   12. Kesepakatan

    Hari ini matahari terasa dua kali lipat panasnya. Kulit wajah Ivy sampai memerah. Padahal ini sudah hampir jam lima sore. Perempuan itu mengambil waktu sejenak untuk mencari makan di luar selepas menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Ivy tidak memiliki jabatan khusus di kantor Nevan atau menjadi salah satu karyawan suaminya itu. Ia hanya bekerja di rumah sesuai arahan Nevan. Perempuan itu lantas masuk ke salah satu coffee shop yang sesekali ia datangi ketika pikirannya tengah penuh. Ia memesan kopi kesukaannya kemudian duduk di meja pojok dekat jendela. Tangannya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Jemarinya berselancar bebas membuka salah satu aplikasi sosial media. Seketika wajahnya berubah sendu setelah melihat postingan Joshua. Tentu saja Ivy masih mengikuti sosial media lelaki itu untuk mencari kabar dia. Di postingan itu tubuh tegapnya membelangi kamera menghadap laut. "Dia masih suka ke pantai?" lirih Ivy.Dulu Ivy lah yang sering mengajak Joshua untuk pergi ke pantai.

    Last Updated : 2024-11-24
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   13. Menilai Seseorang

    "Iz ada di dalam? Iz kok password nya beda lagi. QAIZ LO ADA DI DALEM GAK?!!"Seseorang menggedor-gedor pintu dari luar seraya berteriak seperti orang kesetanan. Qaiz yang sedang menggulung tubuhnya dengan selimut menghela napas panjang, menyibakkan selimutnya—Mau tak mau—dengan kesal. Atau jika tidak tetangga apartemen nya akan protes karena merasa terganggu dengan suara perempuan di balik pintunya itu. Dengan susah payah ia bangun meski setelahnya tubuh lelaki itu terasa menggigil karena tercium AC. Dirinya sedang tidak enak badan. Qaiz membuka pintu apartemen dengan wajah masam, pun si pelaku yang sudah mengganggu waktu istirahat nya memasang wajah yang sama. Tidak, lebih buruk dari itu. Dia seperti sudah menangis."Apaan si, Vy! Gue baru mau tidur," omel Qaiz.Ivy menerobos masuk. Berbaring dan menenggelamkan tubuhnya di kasur. Yang lantas membuat kemurkaan Qaiz meningkat. Ia sudah lelah bekerja sampai merasa tubuhnya remuk dan tulangnya di dekap es batu. Dan sekarang ia harus me

    Last Updated : 2024-12-22
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   14. Salah Paham

    Ivy kelimpungan sesampainya di rumah sakit. Tubuh lunglai Qaiz sudah dibawa perawat ke ruang instalasi gawat darurat. Bagaimana Ivy tidak terkejut dengan keadaan Qaiz yang tiba-tiba tidak sadarkan di ranjangnya, dengan peluh yang membanjiri seluruh wajah pucatnya saat ia hendak membangunkan sahabatnya itu untuk makan. Lalu Ivy segera menghubungi ambulans. "Gimana, Dok keadaan temen saya?" Ivy digiring seorang dokter yang ia tafsir umurnya sekitar 30 tahunan atau lebih ke sebuah ruangan yang dihuni beberapa alat medis dan sebuah komputer yang cukup besar di atas meja. Dokter yang berbeda dengan dokter yang pertama menangani Qaiz. "Ibu keluarga pasien?" tanya dokter itu. "Saya temennya, Dok. Keluarganya jauh, dia sendirian tinggal di sini," jelas Ivy. Dokter pria itu mengangguk "Baik, saya jelaskan ya kondisi pasien. Saya telah melakukan beberapa tes dan pemeriksaan. Hasilnya menunjukkan bahwa Pak Qaiz menderita Osteogenesis Imperfecta atau penyakit tulang rapuh. Atau kami biasa men

    Last Updated : 2025-01-12
  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   15. Titik Terang?

    "Ivy?" Suara lembut Nevan menginterupsi saat tidak ada suara yang menyahut, bahkan suara napas perempuan di belakangnya itu tidak terdengar sama sekali, jika saja tangan dingin Ivy tidak menempel di kulit punggung nya Nevan akan menyangka Ivy sudah pergi secara diam-diam. "Ivy?" Nevan membalikkan tubuhnya hanya untuk menemukan istrinya tengah tercenung. "Kamu sakit?" Tangan kekarnya mendarat di kening sempit Ivy untuk memastikan apakah suhu tubuh istrinya itu panas atau tidak. Tanpa sepatah kata apapun Ivy beranjak meninggalkan Nevan hingga tangan Nevan yang semula di keningnya terkulai ke atas kursi. Lelaki itu pun tidak protes hanya mengamati kemana Ivy pergi dan akan melakukan apa. Rupanya Ivy mengambil kotak p3k yang sudah Nevan siapkan di lemari kecil dekat kulkas. Lalu dia kembali duduk di belakang Nevan. "Lebamnya masih panas atau perih gak?" tanya Ivy pada akhirnya. Air mukanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran nya. Ia nampak ngilu hanya dengan melihatnya, apalagi Neva

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   23. Are You Oke?

    "Jo? Are you oke?" Ivy seharusnya marah saat Joshua tiba-tiba memeluknya tanpa permisi. Tapi mendengar lelaki itu terisak Ivy tidak tega. Setidaknya hanya sebuah pelukan mungkin yang bisa memenangkan Joshua. "Aku kangen banget sama kamu. Kangen banget." Joshua semakin mengeratkan pelukannya. Ia merindukan kekasihnya, ah maksudnya mantan kekasih yang sudah lama tidak ia jumpai. Entah, mungkin alam semesta sudah tidak merestui, ia tidak pernah bertemu dengan Ivy dikesempatan mana pun. Maka saat ia melihat Ivy dari kejauhan. Ia buru-buru menghampiri perempuan itu. Beruntung ini bukan hanya halusinasi dan sekarang ia bisa mendekapnya. "Jo? Kamu gak apa-apa?" Ivy kembali memastikan. Tangisan Joshua terdengar menyakitkan. Joshua melepaskan pelukannya. Wajahnya bersimbah air mata. Ia menatap keruh Ivy. "Aku gak pernah baik-baik aja setelah kamu pergi, Ivy. Aku gak pernah baik-baik aja." Ia menyelipkan rambut Ivy kebelakang telinga. Tidak mengijinkan sehelai rambut pun menutupi wajah yang

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   22. Pelukan

    "Mau kemana?"Ivy sudah dihadang saat ia baru saja akan bangun dari tempat tidur. Lelaki yang masih mengenakan piyama biru itu membawa nampan berisi dua lapis roti dan susu hangat. "Sarapan dulu. Nanti siangan kita cari makan di luar."Ivy malah mengerutkan dahi. Menengok jam dinding lalu beralih menatap Nevan. "Pak Nevan gak kerja? Ini udah jam delapan. Saya telat!"Lagi, Nevan tidak membiarkan Ivy beranjak dari tempat tidurnya saat Ivy sudah berdiri dan hendak pergi. Nevan mendudukan Ivy dan menyuapkan satu potong roti ke dalam mulut Ivy. "Hari ini saya cuti. Dan kamu izin sakit. Saya sudah urus. Kamu habiskan saja sarapannya. Jangan ngeyel," peringat Nevan. "Tapi kan saya baru beberapa hari kerja. Karyawan lain pasti curiga kalau jsaya ada apa-apa sama Pak Nevan.""Ya memang ada apa-apa?""Pak Nevan!""Kenapa?" ucap Nevan lempeng. Ia sibuk membuka satu persatu kemasan obat untuk Ivy. "Tau, ah!"Nevan mengulum senyum kemudian menyerahkan beberapa butir obat kepada Ivy. "Minum d

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   21. Dekapan Ternyaman

    Pintu ruangan Ivy diketuk tiga kali. Tapi si penghuni enggan untuk membuka, bahkan barang hanya menyahuti panggilan si pengetuk. Karena Ivy tidak kunjung membuka pintu, Nevan memberanikan diri untuk masuk setelah mengucapkan permisi. Hanya untuk memastikan jika mungkin Ivy sedang tidak ada di ruangannya. Rupanya perempuan itu ada, sibuk menatap intens layar komputer. Mungkin tidak terdengar, pikir Nevan. Lelaki itu lantas masuk dengan dua paperbag yang ia tenteng. Juga duga gelas kopi brand terkenal yang ia apit diantara tangan kiri dan dadanya. "Makan dulu Ivy, kamu belum makan kan?" Nevan mempersiapkan hidangannya untuk Ivy di atas meja. Pun untuk dirinya.Saat hendak menyuapkan makanannya, mata Nevan bertumbuk pada Ivy yang nampak acuh tak acuh dengan kehadirannya. Nevan menyimpan lagi sendoknya. "Ivy kamu gak denger saya?"Nevan baru menyadari ada yang tidak beres. "Ivy?" Sekali lagi ia memanggil. Nevan juga memastikan jika Ivy tidak sedang memakai penyumpal telinga atau sejenis

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   20. Bobo Bareng

    Pukul setengah satu dini hari Ivy dan Nevan baru berbaring di ranjang kamar Nevan sebab tadi saat Ivy hendak masuk ke dalam kamarnya seekor kecoa terbang hampir mendarat di kepala perempuan itu jika satu detik saja Ivy telat menghindar, walaupun ia berakhir menindih tubuh Nevan. Kini keduanya kalut dengan rasa canggung. Berbaring dengan posisi ujung sama ujung dibatasi sebuah guling ditengah-tengah yang menjadi pembatas wilayah antara keduanya. Sungguh di luar prediksi, mereka akhirnya kembali tidur dalam kamar dan ranjang yang sama setelah kejadian itu. "Besok saya bersihkan biar tidak ada kecoa lagi." Suara Nevan mengudara memecahkan keheningan. Dalam diam Ivy berpikir keras harus merespon apa. Ia masih malu dengan kejadian tadi saat tiba-tiba ia menindih Nevan. Sungguh memalukan. "Kamu sudah tidur?" Nevan menoleh hanya untuk menemukan Ivy yang tengah melamun memandangi langit-langit dengan pandangan gamang. "Saya tidak bisa tidur.""Kamu tidak nyaman tidur di kamar saya?"Ivy

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   19. Boleh Nginap?

    Hampir pukul 10 malam Ivy baru keluar dari ruangannya. Tidak ada yang ia lakukan, hanya bolak balik memeriksa catatan keuangan tahun lalu yang ia minta ke Bu Fifi. Ia hanya sengaja mengulur waktu agar nanti sampainya di rumah Ivy tidak usah repot-repot menghadapai Nevan. Sebelum turun, Ivy melongok di balik tembok memastikan jika Nevan sudah meninggalkan kantor. "Dah balik kayaknya." Berjalan santai sambil meregangkan otot punggungnya yang lumayan pegal menuju lift. Lift turun ke lantai dasar menuju baseman. Perempuan itu celingukan mencari mobil yang ia pinjam dari sahabatnya. "Perasaan di sini," gumamnya. Tak sengaja ia menyenggol mobil lain saat hendak mengambil kunci yang ia jatuhkan. Mobil itu mengeluarkan suara yang mengagetkan nya. "Sumpah jantung gue mau copot!" Si pemilik mobil keluar dengan muka bantalnya. Yang membuat Ivy kembali terkejut untuk kedua kalinya. "Kok lama?" tanyanya dengan mata setengah tertutup. "Pak Nevan ngapain?" "Nunggu kamu." "Hah?"

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   18. Sekretaris Baru

    Sudah jam makan siang tapi Ivy enggan untuk keluar dari ruangannya. Pikirannya terganggu dengan kejadian tadi, saat Nevan memperkenalkan dirinya sebagai manager keungan baru di kantor pria itu. Nevan sama sekali tidak menyinggung tentang hubungannya—maksudnya apakah Nevan benar-benar tidak ingin mengakui Ivy sebagai istrinya? Aneh memang, hal tersebut sudah disepakati oleh Ivy dan Nevan sebelum Ivy datang ke kantor. Dan itu kemauan Ivy sendiri tapi Ivy merasa Nevan seharunya tidak menuruti kemauan nya itu. Tersadar dari lamunannya, Ivy berdiri setelah mendengar sebuah ketukan pintu. "Makan siang dulu. Mau saya temenin?" Nevan datang tanpa jasnya. Memperlihatkan badan kekarnya melalui kemeja putih yang bagian tangannya sengaja ia gulung sampai sikut. "Belum lapar," bohong Ivy. "Saya bisa sendiri, nanti karyawan lain curiga kalau Pak Nevan ngajak saya makan siang," tukasnya. "Memang ingin dicurigai." Nevan masuk begitu saja. Ivy melotot. "Saya mau tenang kerja di sini!" tekan Ivy.

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   17. Cenat-cenut Hati

    Selama mengolesi salep di punggung Nevan detak jantung Ivy tidak berhenti berdetak kencang. Ia bahkan sampai berkeringat padahal hanya mengolesi salep. Sekali lagi HANYA MENGOLESI SALEP! Tapi aktifitas itu terasa lebih berat melebihi pekerja kuli panggul."Sungguh berat," batin Ivy."Ivy?" Panggil Nevan membuat Ivy sedikit terhenyak."Hmm," balas Ivy pura-pura biasa saja. "Nanti Senin kamu boleh langsung kerja. Maksud saya kerja di kantor. Kalau kamu mau," kata Nevan. Ivy berhenti mengolesi salep sejenak. Menatap punggung Nevan untuk beberapa saat. "Tapi saya gak mau orang kantor tahu saya dan Pak Nevan—" ucap Ivy mengandung.Nevan memiringkan tubuhnya, menatap Ivy serius. "Kenapa?""Tidak mau saja." Perempuan itu mengalihkan pandangannya. Pura-pura sibuk membereskan salep dan wadah air hangat di nakas.Dengan hati-hati Nevan menyentuh tangan Ivy, mengelusnya. "Kamu masih kecewa dengan saya?" Tatapan mereka bertemu. Saling menyelami satu sama lain."Saya takut kelewat batas." Suara

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   16. Ani-ani

    "Lo kenapa dah mukanya kaya lagi nahan berak? Dari tadi suntuk. Berantem lagi sama Nevan?" Pria berpakaian rumah sakit yang tengah memiringkan ponselnya menghentikan aktifitas nya sejenak, meski dirinya tengah fokus dengan game-nya, gerak-gerik Ivy tidak luput dari perhatian. Ivy duduk di sofa, menyilangkan tangannya di dada tercenung. Kemudian ia berdecak menegakkan punggungnya. "Gue jadi merasa bersalah. Ternyata Nevan batalin pertemuan sama klien-nya tuh gara-gara dia ketiban bahan-bahan proyek.""Kan!" cibir Qaiz. Mata julidnya melirik sinis Ivy tidak habis pikir. "Terus lu ngapain ke sini bukannya urusin si Nevan.""Kan mau jagain lu! Lagian dia juga berangkat kerja." Ivy kembali merebahkan punggung nya lagi. Nampak tidak peduli meskipun pikirannya dikerubungi rasa khawatir pada Nevan."Yailah ngapain di rumah juga kalo gak ada yang ngurusin. Lu kagak takut apa dia bakal nyari ani-ani?" Soal memprovokasi kemampuan Qaiz jangan diragukan lagi."OON!" Ivy ngegas sampai matanya hend

  • Mendadak Dinikahi Mas Nevan   15. Titik Terang?

    "Ivy?" Suara lembut Nevan menginterupsi saat tidak ada suara yang menyahut, bahkan suara napas perempuan di belakangnya itu tidak terdengar sama sekali, jika saja tangan dingin Ivy tidak menempel di kulit punggung nya Nevan akan menyangka Ivy sudah pergi secara diam-diam. "Ivy?" Nevan membalikkan tubuhnya hanya untuk menemukan istrinya tengah tercenung. "Kamu sakit?" Tangan kekarnya mendarat di kening sempit Ivy untuk memastikan apakah suhu tubuh istrinya itu panas atau tidak. Tanpa sepatah kata apapun Ivy beranjak meninggalkan Nevan hingga tangan Nevan yang semula di keningnya terkulai ke atas kursi. Lelaki itu pun tidak protes hanya mengamati kemana Ivy pergi dan akan melakukan apa. Rupanya Ivy mengambil kotak p3k yang sudah Nevan siapkan di lemari kecil dekat kulkas. Lalu dia kembali duduk di belakang Nevan. "Lebamnya masih panas atau perih gak?" tanya Ivy pada akhirnya. Air mukanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran nya. Ia nampak ngilu hanya dengan melihatnya, apalagi Neva

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status