Share

10.

"Hi, pa," sapa Ivy sesampainya di kamar rawat sang papa. Tersenyum merekah saat melihat kondisi ayahnya yang semakin hari semakin terlihat sehat. Ia meletakan satu paper bag yang ia bawa di nakas lantas duduk di kursi di samping bad.

"Ke sini sama siapa?" Galih melongok pintu yang sudah tertutup seperti mencari seseorang.

"Sendirian. Kenapa emang, Pa?"

"Kenapa gak bareng sama Nevan tadi?"

"Hah?" Kedua alis Ivy bertaut, keheranan. "Nevan ke sini?"

"Iya. Dia ngurusin administrasi terus ngobrol sebentar. Papa pikir dia buru-buru karena mau jemput kamu," jelas Galih.

"Engga, Pa. Aku ke sini sendirian. Eh gak sengaja tadi ketemu Qaiz di parkiran. Kita bareng ke sininya."

Galih menegakkan tubuhnya. Kening sempitnya berkerut. "Qaiz kenapa memang?"

"Akhir-akhir ini katanya dia suka nyeri-nyeri sendi. Gak tau kenapa." Ivy menaikan kedua pundaknya, acuh. Mungkin memang Qaiz sudah cukup tua.

"Oh... Coba nanti kamu tanyain ke Qaiz. Kasih tau papa, ya?" Galih sudah menganggap Qaiz seperti anaknya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status