Share

Masakan Pertama

Penulis: Ulfa Sari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hazel Erlangga Derrick, putra dari Carlos Derrick seorang pengusaha kaya yang sudah mewariskan hampir seluruh asetnya pada Hazel. Pria berwajah tampan bak pahatan dewa Yunani ini bukanlah orang sembarangan, dia mampu membeli apapun yang menarik perhatian, termasuk Zey, gadis yang diam-diam menarik perhatiannya.

"Kok bisa lo sih?" Zey masih tak percaya, ia hendak tertawa rasanya melihat betapa dunia sedang mempermainkan keadaan hidupnya.

"Kenapa?" Suara serak basah Hazel membuat Zey merinding ngeri. Hazel menatap datar gadis di depannya, "Terkejut? Bukankah kita sudah pernah bertemu sebelumnya."

"Wahh luar biasa." Zey memijit pelipis hampir terhuyung jatuh kalau saja pria tegap yang tadi membawanya masuk tak segera memegang bahunya.

Senyum tipis terbit di bibir menggoda Hazel, "Sekali lagi aku bertanya, berapa hargamu?"

"Lo pikir gue cewek murahan, hah?! Enak banget lo nanya harga segala macem, gue bukan pelacur yang bisa lo beli!" bentak Zey sukses membuat beberapa maid yang sedang bekerja tertegun mendengarnya.

Hazel pun sama kagetnya. Hanya sebentar sebelum wajah datarnya kembali. Dia menatap beberapa maid yang masih setia menunggu responnya, memberi kode agar para pekerjanya menjauh saja, dia tak sudi jadi tontonan.

"Kenapa kamu sekasar ini, hmm? Apa pertanyaanku begitu menyinggung perasaanmu?" Hazel senyum seolah  tak berdosa.

Zey mengurut dada, dalam hati menyumpahi Hazel segera stroke di tempat. Namun, tampaknya sumpah Zey tak dikabulkan, Hazel masih berdiri angkuh penuh wibawa di tempatnya.

Tuhan, Zey ingin melempar sendalnya ke wajah mulus Hazel, sumpah!

"Nama lo siapa?" Zey bertanya tegas.

"Hazel Erla—"

"Tuan Hazel yang terhormat, Anda benar-benar luar biasa sekali. Rumah megah, mobil banyak, penjaga dan pembantu juga banyak, kenapa kurang kerjaan sekali mempermainkan saya seperti ini?" potong Zey frustasi. Gadis itu memegangi kepala yang mulai berdenyut sakit, pertanda tensinya naik.

"Mempermainkanmu? Kapan?" Hazel memiringkan kepala sok polos. Zey menahan diri untuk tak membogem wajah soknya itu.

"Sekarang! Tuan Hazel mempermainkan saya! Anda tau? Pekerjaan adalah hal yang penting bagi saya, ketika saya sampai di sini saya malah disuguhi pertanyaan yang luar biasa. Jika sekenanya Anda tak mau mempekerjakan saya, jangan mengerjai seperti ini!" Zey berang, dia hendak menangis kalau saja tak ingat tempat dan waktu. Tidak, Zey tak boleh dilihat lemah.

Hazel maju dua langkah, menahan diri untuk tak memeluk gadis di depannya. Entahlah, Hazel benci perasaan bersalah yang menyelimuti hatinya saat ini. Mau tak mau Hazel mengangkat tangannya, mengusap kepala ditutupi hijab itu sambil menghela napas berat.

"Dengarkan aku." Hazel memegang bahu Zey tetapi ditepis cepat oleh gadis itu. Hazel berusaha sabar, "Aku tak berniat mempermainkanmu, Nona. Kamu sudah tanda tangan kontrak, di sana juga sudah jelas tertera kalau kamu harus melayani Tuan rumah."

Hazel menangkap respon tegang di wajah Zey, dia mengusap wajah gusar. Bukan melayani dalam segi batin, Zey! Ah, Hazel ingin menjitak Zey rasanya.

"Jangan salah paham. Melayani di sini maksudnya, kamu harus mengerjakan segala macam keinginan Tuan rumah. Tenang, aku paham batasan yang kamu mau meskipun aku sangat ingin melewati batasan itu." Zey menatap tajam, Hazel hanya menggedikkan bahu sambil tersenyum santai.

"Dan satu lagi." Zey yang semula sedang menunduk langsung mendongak cepat, "Dalam satu bulan ke depan kamu harus banyak berlatih."

Dahi Zey mengerut, "Berlatih?"

"Ya, berlatih." Hazel menundukkan kepala, berbisik di telinga Zey, "Berlatih menjadi istri yang baik dan sempurna untuk Hazel Erlangga Derrick."

Mata Zey membeliak sekaligus umpatan keluar bebas dari bibirnya meski lirih, Hazel mendengarnya dan pria itu hanya tersenyum samar.

"Baiklah calon istriku." Hazel menepuk bahu Zey, "Aku ada urusan di kantor. Masaklah sesuatu yang bisa kumakan saat pulang nanti. Ingat, utamakan keselamatanku, jika ada racun di dalamnya, awas saja." Mata Hazel mengedip sebelah kemudian berlalu.

Zey tersenyum licik lalu berujar sengaja dikuatkan agar Hazel dengar, "Tidak mungkin saya lupa memasukkannya, Tuan. Bukankah stok racun masih banyak?"

Hazel berbalik ingin protes tapi Zey sudah berlari ke dalam mencari keberadaan pria yang menawari pekerjaan menyebalkan ini padanya.

"Hey kamu." Hazel memanggil wanita paruh baya yang baru masuk membawa bahan makanan, "Awasi anak baru itu, jangan sampai terluka."

"Baik Tuan." Dia menunduk hormat kemudian berlalu ke dapur, mencari anak baru yang dimaksud tuannya.

Sedangkan di dalam sana. Zey tengah merenungi nasib di pojok dapur, mengingat-ingat apakah ia pernah melewati pengemis tanpa menunduk sopan, atau tak sengaja menginjak kaki induk kucing yang sedang mencari makan. Seingatnya tak pernah, lantas kenapa nasib buruk mampir padanya hari ini, ahh, bukan hari ini saja, hari selanjutnya juga pasti begini.

"Apeees!" Zey menggigit jari sambil menghentakkan kedua kakinya ingin menangis sekaligus menjerit.

"Awas aja lo ya! Gue masukin sianida biar cepet mampus!"

"Etapi nanti kalau gue kena pidana gimana?"

"Aaa bodo amat! Dia yang mulai duluan!"

"Tapi kalau gue di penjara yang ngurus Ibu siapa?"

"Arghhh Hazel Erlablabla sialan!" 

Seperti orang gila. Zey menjerit sendiri di pojok dapur. Tak menghiraukan orang-orang yang menatapnya heran apalagi dia tengah menyumpahi tuan rumah. Memang Zey, kurang ajarnya sudah kelewat batas.

"Nona, ada apa?" tanya salah satu maid.

Zey menatap sebentar, "Gapapa."

Dia menunduk diam di pojokan, menjadi saksi bisu di antara hiruk pikuk dapur. Zey merutuki nasib tapi tak bisa menyalahkan takdir. Dia terlanjur masuk ke dalam jebakan Hazel. Yah, sudahlah.

"Nona, ada pesan dari Tuan Hazel." Seorang pria berbadan kekar agak pendek datang menyerahkan benda pipih pada Zey.

'Jangan menyumpahiku, Sayang. Aku dengar semuanya.' 

Zey memijit pelipis, matanya langsung tertuju ke kamera CCTV yang sudah nangkring dari tadi di pojokan sana.

'Aku kembali tiga jam lagi, see you. Oh, ya jangan lupa masakkan makanan untukku. Bye Sayang.'

'Sayang jendulnya,' umpat Zey dalam hati.

Wanita paruh baya mendekati Zey, "Ayo Non saya tunjukkan menu siang ini."

Zey menatap sinis ke arah kamera CCTV, memeletkan lidah sambil memasang wajah masam membuat pria yang tengah menonton dirinya di layar laptop terbahak nyaring.

"Ah gadis ini membuatku gila saja," ujar Hazel menyandarkan punggung ke kursi kebesarannya, memutar-mutar tempat duduknya sambil tersenyum geli layaknya remaja yang sedang kasmaran.

"Aku tak sabar ingin pulang ke rumah dan mengganggunya lagi." Hazel menyembunyikan wajah gelinya ke meja, dia benar-benar gila rasanya.

***

"Apa yang kau masak ini?" Hazel melirik makanannya curiga.

"White rice with sweet fermented of soybeans with palm sugar jaggery completed with topping local cuisines." Zey tersenyum samar melihat raut heran Hazel.

"Tinggal bilang nasi putih pake kecap aja susah banget."

"Biar gaul gitu."  Zey berkilah.

Hazel menggeleng heran, "Kalau rasanya gak enak kamu dapat hukuman." 

"Kek anak SD aja dihukum."

Beberapa maid yang ada di sana menatap ngeri. Baru kali ini ada pembantu yang berani menyahuti ucapan majikan. Memang Zey tak ada takut-takutnya.

"Gimana rasanya?" Hazel memicingkan mata.

"Gak enak."

"Jujur banget ya ampun."

"Kamu masaknya yang bener bisa? Aku gak makan siang loh gara-gara ingetnya kamu masak di rumah." Hazel memasang wajah murung membuat Zey diam-diam iba juga. Anak siapa sih dia? Pandai betul mengatur ekspresi.

"Mbok, makanan yang tadi udah?" 

Wanita paruh baya di sebelah Zey mengangguk, "Saya ambil dulu, Non." Zey mengangguk.

"Apa liat-liat?" Hazel langsung mencari objek lain saat terpergok melirik Zey.

Tak lama beberapa maid datang menghidangkan makanan utama. Zey menata piring serapi mungkin, menekan ego dan bekerja sebaik mungkin mengingat nominal angka yang akan ia terima di awal bulan nanti. Mata duitan? Yah terserahlah yang penting halal.

"Gimana?" Alis Zey naik turun menunggu respon Hazel.

"Hmmm, enak." Tak menunggu waktu lama Hazel langsung melahap makanannya bahkan nambah beberapa kali. Kalau dilihat, yang dihidangkan Zey hanya masakan rumahan biasa tetapi nafsu makan Hazel langsung naik.

"Tidak salah aku memilih kamu jadi—"

"Pembantu?" potong Zey.

"Calon istri."

Bab terkait

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Sudahkah memuliakan wanita?

    Zey tengah sibuk membersihkan piring kotor bekas makan malam majikannya, ia masih memikirkan perkataan yang terlontar di bibir Hazel siang tadi.Calon istri? Wah, yang benar saja. Hazel pasti kehilangan akal, bagaimana bisa dia mengklaim Zey sebagai calon istri. Rasanya kepala Zey ingin meledak memikirkan ini."Dia pikir dia siapa seenaknya nganggep gue calon istri. Gendeng, siapa juga yang mau sama dia, orang jelalatan begitu." Zey mendumal pelan karena dia tahu ada kamera CCTV yang terus memantau kegiatannya, belum lagi CCTV mulut lemes para maid yang siap melapor 24 jam ke Hazel.Zey seperti terkurung di kandang emas tapi isinya macan semua. Apes!"Hwaaa kaget!" Tepukan di bahu membuat Zey terperanjat dan hampir memecahkan piring kalau saja tak lekas ditangkap."Fyuhhh, alhamdulillah ya Allah kalau pecah berabe urusannya." Zey mengusap dada beberapa kali kemudian mengembalikan piring ke tempat se

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Are you crazy, bitch?

    "Ayo menikah."'Braaak!'Zey menghempas kedua tangannya ke meja menimbulkan dentum cukup nyaring membekukan Hazel di tempat. Bisa-bisanya pria yang baru dikenal beberapa hari nekat ngajak nikah, dia pikir menikah itu lelucon apa?"Nikah? Yang bener aja, kenal lama aja engga kenapa buru-buru nikah." Zey masih menahan tubuh limbungnya dengan kedua tangan di meja.Hazel mengurut dada pelan, "Aku tidak menerima penolakan, Zey.""Ga nerima penolak? Nih, ya, Om. Nikah itu sekali seumur hidup, saya bukan mainan yang bisa dipake trus buang langsung cari yang lain. Om pikir saya ga tau Om itu suka main cewek sama aja kek Om-om belang di luaran sana!" bentak Zey walau tak sopan setidaknya dia lega mengutarakan uneg-uneg yang terpendam sejak siang tadi.Tak terima, Hazel cepat bangkit, rahangnya mengeras disama-samakan dengan pria lain membuat harga dirinya sedikit tersentil.

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Welcome Calon Istri

    "Pergi sana, lo ganggu gue!" tekan gadis berhijab pasmina marun dengan wajah datar serta sorot mata tajam mengintimidasi, menyuruh pria tampan di depannya pergi."Berapa hargamu?" tanyanya spontan membuat mata tajam si gadis membulat sempurna."Lo stres, ya?" Zey menerobos masuk ke dalam bangunan megah penuh gemerlap lampu menghias ruangan. Zey memegang kepala, pusing dengan lampu warna-warni yang terus berkedip seirama dengan musik DJ.Saat akan melangkah lebih dalam, cekalan di tangannya membuat Zey terhenti. Dia menatap pria yang sedari tadi mengekori ke mana langkahnya. Jujur saja gadis itu merasa terganggu, dapat dilihat jelas di mata tajamnya yang malah menarik perhatian si pria."Aku bertanya. Berapa hargamu?" beonya serius.Zey tertawa, "Harga gue mahal, lo bahkan gak akan sanggup bayarnya.""Sebutkan nominalnya," tegas pria itu.Zey menepis tangannya ya

Bab terbaru

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Are you crazy, bitch?

    "Ayo menikah."'Braaak!'Zey menghempas kedua tangannya ke meja menimbulkan dentum cukup nyaring membekukan Hazel di tempat. Bisa-bisanya pria yang baru dikenal beberapa hari nekat ngajak nikah, dia pikir menikah itu lelucon apa?"Nikah? Yang bener aja, kenal lama aja engga kenapa buru-buru nikah." Zey masih menahan tubuh limbungnya dengan kedua tangan di meja.Hazel mengurut dada pelan, "Aku tidak menerima penolakan, Zey.""Ga nerima penolak? Nih, ya, Om. Nikah itu sekali seumur hidup, saya bukan mainan yang bisa dipake trus buang langsung cari yang lain. Om pikir saya ga tau Om itu suka main cewek sama aja kek Om-om belang di luaran sana!" bentak Zey walau tak sopan setidaknya dia lega mengutarakan uneg-uneg yang terpendam sejak siang tadi.Tak terima, Hazel cepat bangkit, rahangnya mengeras disama-samakan dengan pria lain membuat harga dirinya sedikit tersentil.

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Sudahkah memuliakan wanita?

    Zey tengah sibuk membersihkan piring kotor bekas makan malam majikannya, ia masih memikirkan perkataan yang terlontar di bibir Hazel siang tadi.Calon istri? Wah, yang benar saja. Hazel pasti kehilangan akal, bagaimana bisa dia mengklaim Zey sebagai calon istri. Rasanya kepala Zey ingin meledak memikirkan ini."Dia pikir dia siapa seenaknya nganggep gue calon istri. Gendeng, siapa juga yang mau sama dia, orang jelalatan begitu." Zey mendumal pelan karena dia tahu ada kamera CCTV yang terus memantau kegiatannya, belum lagi CCTV mulut lemes para maid yang siap melapor 24 jam ke Hazel.Zey seperti terkurung di kandang emas tapi isinya macan semua. Apes!"Hwaaa kaget!" Tepukan di bahu membuat Zey terperanjat dan hampir memecahkan piring kalau saja tak lekas ditangkap."Fyuhhh, alhamdulillah ya Allah kalau pecah berabe urusannya." Zey mengusap dada beberapa kali kemudian mengembalikan piring ke tempat se

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Masakan Pertama

    Hazel Erlangga Derrick, putra dari Carlos Derrick seorang pengusaha kaya yang sudah mewariskan hampir seluruh asetnya pada Hazel. Pria berwajah tampan bak pahatan dewa Yunani ini bukanlah orang sembarangan, dia mampu membeli apapun yang menarik perhatian, termasuk Zey, gadis yang diam-diam menarik perhatiannya."Kok bisa lo sih?" Zey masih tak percaya, ia hendak tertawa rasanya melihat betapa dunia sedang mempermainkan keadaan hidupnya."Kenapa?" Suara serak basah Hazel membuat Zey merinding ngeri. Hazel menatap datar gadis di depannya, "Terkejut? Bukankah kita sudah pernah bertemu sebelumnya.""Wahh luar biasa." Zey memijit pelipis hampir terhuyung jatuh kalau saja pria tegap yang tadi membawanya masuk tak segera memegang bahunya.Senyum tipis terbit di bibir menggoda Hazel, "Sekali lagi aku bertanya, berapa hargamu?""Lo pikir gue cewek murahan, hah?! Enak banget lo nanya harga segala macem, gue b

  • Mendadak Dinikahi Majikan   Welcome Calon Istri

    "Pergi sana, lo ganggu gue!" tekan gadis berhijab pasmina marun dengan wajah datar serta sorot mata tajam mengintimidasi, menyuruh pria tampan di depannya pergi."Berapa hargamu?" tanyanya spontan membuat mata tajam si gadis membulat sempurna."Lo stres, ya?" Zey menerobos masuk ke dalam bangunan megah penuh gemerlap lampu menghias ruangan. Zey memegang kepala, pusing dengan lampu warna-warni yang terus berkedip seirama dengan musik DJ.Saat akan melangkah lebih dalam, cekalan di tangannya membuat Zey terhenti. Dia menatap pria yang sedari tadi mengekori ke mana langkahnya. Jujur saja gadis itu merasa terganggu, dapat dilihat jelas di mata tajamnya yang malah menarik perhatian si pria."Aku bertanya. Berapa hargamu?" beonya serius.Zey tertawa, "Harga gue mahal, lo bahkan gak akan sanggup bayarnya.""Sebutkan nominalnya," tegas pria itu.Zey menepis tangannya ya

DMCA.com Protection Status