"Ingat janjimu!" Hanya kata kata singkat ini yang bisa dilakukan Leona untuk meredam gairah suaminya."Janji yang mana, bukankah kau barusan membuat pernyataan pada wartawan kalau kita sedang menjalani proses untuk mendapatkan anak" Abhygael pura-pura amnesia, sesuatu di bawah sana membuat celananya semakin ketat."Ingat tujuh hari kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku," Leona mengingatkannya.Abhygael menghela nafas berat, dia menghitung dengan jarinya, Jum'at, Sabtu, Minggu, senin, selasa, ah...dua hari lagi.Leona tertawa melihat tingkah suaminya yang menghitung hari dengan menggerakkan jari tangannya."Kau menyiksaku, apa kau bisa menidurkan senjata yang sudah mengacung ini ?" Abhygael membuka resleting celananya dengan paksa, dia mengeluarkan sesuatu dari balik celananya.Wajah Leona merona merah, suaminya ini sangat mesum membuatnya jengah. Tapi bukan Leona namanya jika tidak bisa mengatasinya."Minta Selena yang menidurkannya."Mendengar nama itu, membuat gairah Abhygael hil
Abhygael segera menghubungi Regan untuk menemuinya malam ini. Dia sudah mempersiapkan kata-kata yang tepat agar sahabatnya itu tak merasa dibohongi.Regan malam itu hendak menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk, maklum perusahaan barunya ini kebanjiran proyek, dia semakin mengagumi direkturnya walau sebenarnya dia tidak begitu suka melihat kedekatan direkturnya dengan Abhygael.Walau buruk rupa namun dia sangat menghormati Leona, jika bukan kegigihan wanita itu, Abhygael mungkin sudah jatuh miskin.Regan akhirnya mengurungkan niatnya untuk bekerja lembur di kantor dan memilih untuk menemui Abhygael di rumahnya.Rumah megah yang didatanginya terlihat sunyi, lalu bibi Surti datang menghampirinya."Den Regan ditunggu tuan di kamarnya."Regan sempat tertegun, dulu dia bebas masuk kapan saja ke kamar Abhygael ketika sahabatnya itu masih tinggal di rumah neneknya, tapi kini sejak menikah dia harus menjaga privasi Abhygael.Sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, Regan bergegas k
Regan pagi ini terpaksa harus mengambil alih tugas direktur, kecelakaan kecil itu tak mengharuskan direkturnya berkantor tanpa seizin suami.Regan senyum senyum sendiri, pantas saja sahabatnya itu lengket bagaikan prangko, namun setidaknya dia lega, karena skandal yang dia takutkan itu tak akan pernah terjadi. Laki-laki bodoh mana yang mau meninggalkan isteri cantik dan cerdas seperti Leona. Andai itu ada maka laki-laki itu bisa dikatakan bodoh.Jika teringat bahwa mereka mengibulinya, dia sempat kesal juga, bisa-bisanya mereka menyembunyikan hal sepenting itu. Tapi tak apalah, ada benarnya juga.Sedang tekun mempelajari dokumen, tiba-tiba telepon berdering."Hallo..." Tak ada suara di seberang sana, Regan terus menunggu, namun teleponnya ditutup kembali.Dia lalu menekan interkom dan menghubungi resepsionis."Bagaimana mungkin kau menyambungkan telepon tapi tak ada suaranya ?""Ma....maaf tuan, mereka minta disambungkan ke ruang direktur. Katanya penting.""Kau tidak bertanya siapa,
Email yang dikirimkan tuan Benyamin berisi nomor kontak ibu Mutia, dari deretan angka nomor bisa dipastikan yang bersangkutan sedang berada di wilayah sulawesi."Abhy, catat nomor ini," panggil Leona saat melihat suaminya menyandarkan punggungnya di ranjang.Dengan enggan, suaminya itu berdiri menghampirinya. Hasratnya yang tak tersalurkan membuatnya tak bersemangat. Melihat Abhygael yang ogah-ogahan, akhirnya Leona sendiri yang meraih ponsel dan mengetikkan nomor itu disana."Sekarang bukan waktunya sayang, ayo hubungi ibumu," Leona lantas berdiri dan memcium suaminya sekilas. Dia tahu suaminya sedang mendongkol karena ulahnya.Tok...tok...tok..! Ketukan dipintu kamar mengagetkan keduanya.Leona segera membuka pintu tanpa melihat suaminya yang berjalan mengikutinya."Tuan Aditia sedang berada diruang keluarga nyonya," Terlihat salah seorang maid sudah berdiri di depan pintu.Leona mendongak, menatap suaminya meminta persetujuan. Abhygael mengangguk."Baiklah saya akan turun."Leona m
Tubuh Leona terasa pegal setelah semalam suaminya tak mengijinkannya untuk istirahat semenitpun, Setelah menggempur isterinya habis-habisan barulah Abhygael tertidur. Kesempatan itu digunakan Leona untuk membersihkan diri dan berniat tidur, namun baru saja matanya terpejam suaminya memulai lagi sampai mereka mencapai pelepasan demi pelepasan tiada henti. "Aku lelah Abhy, apa kau minum obat kuat ?" tanya Leona dengan nafas tersengal-sengal, untunglah dia memiliki stamina yang kuat sehingga mampu mengimbangi keperkasaan suaminya. "Tidak sayang, untukmu aku tak perlu minum obat atau apapun itu, melihatmu mendesah menambah kekuatanku." "Kalau begitu aku tak akan mendesah lagi," sungut Leona lalu membelakangi suaminya. "Benarkah ?" Hembusan nafas Abhygael di tengkuknya membuatnya merinding. "Ijinkan aku tidur satu jam saja, lalu kita bersiap-siap ke kantor. Bukankah hari ini kita menunggu telepon ibumu ?" Mendengar itu, akhirnya Abhygael mengalah, padahal dia merasa stok hormonnya mas
Abhygael dan Leona mulai mempersiapkan segala sesuatunya, mereka akan melakukan wisata ke pantai bunaken. Regan sudah memesan tiket untuk kedua atasannya. Dia sendiri ditugaskan menghandel semua pekerjaan kantor, untuk sahabatnya apapun dia lakukan walau dia harus bermandi peluh.Leona menemui tuan Benyamin untuk menyampaikan rencana perjalanannya, hal ini dia lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Saya tidak bisa pastikan apa benar itu ibu Mutia, keadaan seperti ini bisa saja tipuan." "Kau benar nak, kita harus selalu ikhtiar, kita tak pernah tahu mana kawan mana lawan, aku akan menelpon petugas intel yang ada di Kota M untuk selalu mengawalmu dan tuan Abhygael.""Terima kasih, maaf saya selalu merepotkan bapak, tapi jika bapak mengijinkan saya membutuhkan seseorang dari sini untuk menjadi pelindung bayangan, saya yakin bapak pasti tahu apa maksud saya, saya sedikit sangsi dengan situasi di Kota M. Firasat saya mengatakan akan ada sesuatu tapi saya tidak bisa past
Kedua pasangan itu sudah siap di ruang keluarga menunggu Regan yang akan mengantar mereka ke bandara. Mereka mengambil jadwal keberangkatan malam agar tidak terlalu mencolok dilihat orang.Perjalanan ke bandara memakan waktu sekitar empat puluh lima menit, tetapi karena mereka masih ingin membeli sesuatu makanya ingin keluar lebih awal.Saat berbincang di ruang keluarga, bel pintu berbunyi, Leona menyuruh maid membukanya."Apa Regan masih harus menekan bel kayak gak pernah kesini saja." Nampak ayah Leona berdiri di depan pintu, sontak saja Abhygael segera berdiri menyambutnya. Dia tak sedikitpun melihat Adelia yang berdiri disamping ayahnya."Mari ayah silahkan masuk," Abhygael mempersilahkan ayah Hendrinata. "Sayang, lihat siapa yang datang," teriak Abhygael. Leona segera berdiri mendengar teriakan suaminya dan bergegas ke depan."Ayah ! Kak Adel !" Leona mencium punggung tangan ayahnya.Hendrinata melihat interaksi antara anak dan menantunya bukan sengaja di buat-buat. Mereka terl
Sepasang pria dan wanita turun dari pesawat, semua mata tertuju pada Abhygael yang begitu tampan menggandeng mesra seorang wanita buruk rupa. Dihati mereka sangat menyesalkan kenapa bisa Tuhan menjodohkan pasangan yang berbeda bagai langit dan bumi ini.Dibelakang Abhygael sepasang laki-laki dan perempuan berjalan beriringan. Mereka adalah petugas intel yang dikirimkan tuan Benyamin untuk mengawal Abhygael dan Leona.Di depan bandara banyak sopir yang menawarkan jasanya mengantar penumpang sampai tujuan, namun Leona memilih agen travel resmi demi keamanan perjalanan mereka.Mereka menyewa mobil bandara untuk mengantar mereka sampai ke lokasi wisata bunaken. Tak menunggu lama, sopir telah siap mengantar mereka sampai lokasi tujuan.Ternyata untuk menuju ke kawasan taman laut bunaken harus menggunakan alat transportasi beberapa kali.Mereka memilih hotel terdekat sekitar empat sampai lima kilometer dari tempat wisata yang paling indah di dunia itu. Malam ini mereka mengistirahatkan tubuh