Hari ini Tania sudah diijinkan keluar dari ruangan isolasi. Isteri Junet dan pegawai yang berada di klinik sampai melongo tatkala melihat wanita cantik nan anggun bagaikan boneka. Tania melakukan operasi plastik dan pergantian kulit. Tubuhnya putih mulus, wajahnya cantik berseri, indah dipandang.Bintik-bintik hitam di wajahnya kini hilang tanpa bekas. Jangankan orang lain yang melihat, bahkan dirinya sendiri merasa takjub, Tania sungguh tak menyangka jika wajahnya kini sangat cantik jelita. "Luar biasa karyamu kali ini sayang," puji isteri Junet. Dia mencium suaminya berulang kali karena tak menyangka, gadis yang katanya macan tutul telah berubah bagaikan putri raja. Tania melihat adegan itu, tapi dia tak perduli, toh dia tak mencintai Junet, dia hanyalah pemuas nafsu baginya. Hitung-hitung itu sebagai imbalan atas kebebasannya dan penampilannya saat ini. "Aku sudah mendaftarkan dirimu menjadi model pada sebuah majalah dewasa, sore nanti akan ada jadwal pemotretan. Kau harus ingat,
Hari ini Tania sudah diijinkan keluar dari ruangan isolasi. Isteri Junet dan pegawai yang berada di klinik sampai melongo tatkala melihat wanita cantik nan anggun bagaikan boneka. Tania melakukan operasi plastik dan pergantian kulit. Tubuhnya putih mulus, wajahnya cantik berseri, indah dipandang.Bintik-bintik hitam di wajahnya kini hilang tanpa bekas. Jangankan orang lain yang melihat, bahkan dirinya sendiri merasa takjub, Tania sungguh tak menyangka jika wajahnya kini sangat cantik jelita. "Luar biasa karyamu kali ini sayang," puji isteri Junet. Dia mencium suaminya berulang kali karena tak menyangka, gadis yang katanya macan tutul telah berubah bagaikan putri raja. Tania melihat adegan itu, tapi dia tak perduli, toh dia tak mencintai Junet, dia hanyalah pemuas nafsu baginya. Hitung-hitung itu sebagai imbalan atas kebebasannya dan penampilannya saat ini. "Aku sudah mendaftarkan dirimu menjadi model pada sebuah majalah dewasa, sore nanti akan ada jadwal pemotretan. Kau harus ingat,
Matahari siang ini terasa sangat menyengat, sampai pengendara motor harus menggunakan jaket dan sarung tangan agar tubuhnya tidak tersengat panas matahari. Siang ini Abhygael mengunjungi lokasi proyek, dia ingin memastikan pekerjaan pembangunan proyek multiyears ini berjalan sesuai target atau tidak. "Tuan, jangan dekat-dekat kesini, sangat berbahaya bagi anda karena material banyak berjatuhan," tegur seorang pekerja. Abhygael tak menghiraukan teguran itu, karena menurutnya saat ini tubuhnya terlindung dengan pakaian dan helm pelindung. Namun begitu, dia tetap mengucapkan terima kasih atas peringatan yang ditujukan padanya. Abhygael mengamati dari dekat pekerjaan gedung bertingkat itu. Para pekerja terlihat sangat sibuk mengangkat material ke atas, mereka bekerja siang malam tak kenal lelah. Beginilah pekerjaan para kuli bangunan, Abhygael mendongak ke atas dengan memakai teleskop, dia lumayan puas dengan pekerjaan para timnya. "Aku lihat tiang penyanggah diujung kiri pada lantai
Serasa belum terobati kelelahan Leona akibat banyaknya pernikahan yang dihadirinya, kini dia harus terjun langsung pada acara kakaknya. Jika dulu Adelia dan Rafael sempat turun tangan dalam mensukseskan acara resepsi pernikahannya, apa salahnya jika dia harus membalas semua itu sekarang. "Hadiah apa yang bisa kita berikan untuk Adelia?" tanya Leona pada suaminya. "Terserah kau saja sayang, bukankah kau lebih tau selera wanita?" jawab Abhygael. Leona hanya mengangkat bahunya, sambil tengah memikirkan kira-kira hadiah apa yang pantas dia berikan untuk kakaknya itu. Selama seminggu dia harus ekstra minum vitamin kebugaran, belum dengan kejahilan Abhygael yang tak pernah memberinya waktu untuk istirahat setiap malam. Terkadang Leona merasa kasihan kepada anaknya Abil. Bisa dihitung dengan jari, berapa jam waktunya bersama buah hatinya itu. Leona harus pandai-pandai membagi waktu, antara pekerjaan kantor dan ibu rumah tangga yang baik. Sore ini, Leona mampir ke rumah orang tuanya untu
Leona kembali beraktifitas di kantor, begitu menginjakkan kakinya di gedung kantornya, tak sadar dia melihat sosok pria yang sangat dikenalnya. "Bukankah itu Wildan? Diakah asisten Abhygael ?" gumam Leona sambil mengerutkan keningnya. "Wildan...!" Panggil Leona. Merasa ada yang memanggil namanya, Wildan segera berbalik. "Hi Leona, kita bertemu lagi," Wildan menghampiri Leona dan mengulurkan tangannya. "Aku tak berpikir sama sekali jika kaulah asisten baru suamiku," ucap Leona sambil menjabat tangan Wildan dengan erat. "Ehhmm.." Wildan dan Leona melepaskan tangannya tatkala melihat Abhygael sudah keluar dari ruangannya. "Ikut aku, kita ke lokasi proyek." Abhygael melewati Leona tanpa berkata apa-apa, Wildan mengikutinya. Leona hanya geleng-geleng kepala, dia tahu mengapa suaminya seperti itu. Regan yang saat itu hendak keluar dari ruangannya tertawa melihat sikap Abhygael. Pasangan yang aneh, pikirnya. Dia berharap tak akan memperlakukan Sonia isterinya seperti sikap Abhygael
Abhygael sudah dipindahkan ke ruang VVIP, Leona terus mendampingi suaminya yang belum juga siuman. Menurut keterangan dokter diperkirakan setengah jam lagi dia akan siuman. Namun waktu sudah berlalu selama satu jam, tanda-tanda kesadaran belum juga muncul. "Menurut dokter dia akan sadar sebentar lagi, tapi ini sudah lewat!" gumam Leona dengan mimik wajah sedih. "Tenang nak, kita berdoa saja semoga dia cepat siuman," ucap Putra menenangkan Leona. Putera menepuk pelan bahu Leona lalu segera beranjak menghampiri guru Arafat. Dia tengah memikirkan sesuatu, tak bisa di pungkiri jika diapun merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan Leona, tapi sebagai orang tua dia harus berusaha tegar. Belum ada yang beranjak dari rumah sakit, guru Arafat sedang duduk bersama Wildan dan Regan. Mereka serius mendengarkan penuturan Wildan terkait insiden yang menimpa bosnya itu. Regan sudah menghubungi pengawas lapangan dan laporan yang diterimanya persis sama dengan apa yang dijelaskan Wildan.
Tak ada yang tau jika Leona membeli peralatan makeup di mini market terdekat, dia sudah berbicara panjang lebar dengan dokter dan mendapatkan beberapa petunjuk. Dia lalu masuk ke salah satu ruang kosong, lalu memakai makeup seperti dulu yang sering dia lakukan. Tak lupa pula dia memakai lotion coklat pada kedua tangannya. Leona menjalaninya dengan berat hati, tapi apa boleh buat dia harus melakukannya demi suaminya yang tercinta. Setelah menatap wajahnya sebentar di depan kaca, ia berjalan perlahan menuju ruang VVIP dimana suaminya dirawat, dia sempat berpapasan dengan para perawat dan pengunjung rumah sakit, yang menatapnya aneh. Mungkin mereka merasa pernah melihatnya atau bisa saja mereka jijik melihatnya, Leona hanya tersenyum kecut. Tatkala Leona masuk ke dalam ruangan, mereka yang berada di sana terkejut. Apalagi Wildan, dia yang tak tahu menahu malah menatap Leona dengan aneh. "A..apakah kau Leona ?" tanya Wildan tergagap. "Aku rasa hanya inilah upaya yang bisa aku lakukan,
Julit menghubungi Yolan jika dia akan membesuk Abhygael di rumah sakit. Dia mampir di supermarket yang menjual buah-buahan, lalu dia menuju ke rumah sakit. Cukup beberapa buah-buahan yang menjadi kesukaan Abhygael di bungkus serapi mungkin. Kini yang berada di rumah sakit tinggallah Leona, Regan dan Wildan. Mereka tak ingin meninggalkan Abhygael. Regan sudah meminta izin pada isterinya untuk menjaga Abhygael di rumah sakit. Wildan sendiri karena rasa bersalahnya tak ingin sekalipun meninggalkan Abhygael. "Pulanglah, biarkan aku dan Regan yang akan menunggui Abhygael." Leona menyuruh Wildan pulang. Wildan menolak, "Ijinkan aku menemani kalian." "Biarkan saja dia disini, siapa tau kehadirannya bisa membantu" ujar Regan. Tak berapa lama saat mereka menggelar karpet dilantai, paman Julit datang memberi salam. "Mari paman silahkan masuk," Leona menyambut hangat kedatangan Julit. Setelah menaruh buah-buahan di atas meja, Julit menghampiri Abhygael. Abhygael sempat membuka matanya seb
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka