Abhygael membuka pintu kamar, lalu masuk ke dalam. Setelah menyalakan lampu dia lalu merebahkan tubuhnya di kasur yang cukup besar tanpa membuka jasnya.Dia tak tahu jika seorang wanita sudah lama menanti kehadirannya, wanita itu menunggu pelayan membukakan pintu kamar untuknya. Selang beberapa saat dia masuk ke dalam kamar tanpa menimbulkan suara.Adelia tersenyum, kini keinginannya memiliki Abhygael seutuhnya akan terwujud. Dipandanginya wajah yang terlelap tak sadarkan diri itu, aura maskulin yang membuat wanita manapun tergila-gila. Adelia yakin obat yang dicampurkan dalam minuman Abhygael sebentar lagi akan bereaksi. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panas dan terindah bagi Adelia.Dibukanya seluruh pakaian Abhygael, lalu ditatapnya tubuh telanjang yang sangat indah di pandang itu. Adelia menelan ludah, selamat tinggal Leona, Abhygael akan menjadi milikku selamanya, Batin Adelia sambil tersenyum. Diapun membuka seluruh pakaiannya. Kini mereka berdua dalam keadan bugil, Adel
Adelia pagi itu pulang ke rumahnya menggunakan mobil grab. Tubuhya terasa pegal karena semalam dia melakukan pergulatan dengan penuh cinta. Untunglah Abhygael tidak mempertanyakan dirinya yang tidak perawan lagi.Keperawanannya direnggut Rafael saat keduanya berlibur di Bali. Untunglah saat itu dia tidak hamil walau mereka melakukannya berulang kali. Kali ini Adelia berharap dirinya hamil karena dia sudah meminum jamu kesuburan sebelum melakukannya dengan Abhygael. Membayangkan betapa buasnya Abhygael menggagahinya semalam membuat hatinya berbunga-bunga. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil dia memasuki rumahnya.Ayah dan ibunya sedang duduk minum teh di ruang tamu."Kau dari mana ?" suara bariton ayahnya terdengar saat Adelia menginjakkan kaki kanannya di pintu masuk."Aku semalam menemani Abhygael di hotel sampai pagi," Jawab Adelia enteng.Deg...! Jantung Renata berdegub kencang, dia lalu melirik suaminya yang menatap tajam Adelia."Duduk !" Titah Hendrinata."Nanti saja ayah, tubuhku san
Abhygael telah melupakan apa yang terjadi, dia berangkat ke Malaysia dimana Burman sudah menunggunya disana.Dengan bantuan kepolisian Malaysia, salah satu penculik berhasil ditangkap dan kini mendekam di dalam penjara. Jika dia terbukti melakukan penculikan, maka dia akan di deportasi ke Indonesia.Abhygael dijemput Burman, dan keduanya langsung menuju ke kantor kepolisian Malaysia. Disana aparat telah menunggu mereka dan menyuruh mereka masuk keruang yang sering digunakan untuk menginterogasi para tahanan.Abhygael menahan geram tatkala melihat penculik itu di bawa masuk.Seorang polisi tak meninggalkan ruangan interogasi demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan."Aku tak akan bertanya siapa yang menyuruhmu melakukannya, karena aku sudah tau siapa dia," tentu saja tahanan yang bernama Dendi ini terkesiap. Dia mulai waspada."Katakan dimana kalian menyembunyikan isteriku," suaranya pelan tetapi terdengar penuh penekanan.Dendi diam tak berkata apapun. Lalu terlihat Burman mengeluar
Selena tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Adelia tentang kejadian malam itu. Biarlah dia tak merasakan tubuh Abhygael, namun melihat mantan kekasihnya yang sangat membenci Adelia itu penuh kemarahan sudah membuatnya bahagia. Itulah hadiah terindah Selena untuk Abhygael, hidup dengan orang yang dibenci itu akan seperti neraka. Nikmatilah olehmu Abhygael.Selena yang menemani Adelia memeriksakan diri ke dokter berbinar bahagia. Adelia dinyatakan positif hamil.Kini dia memprovokasi Adelia untuk menuntut pertanggung jawaban Abhygael. Tentu saja Adelia yang sangat menanti momen ini segera kembali ke rumahnya, memberikan hasil pemeriksaan dokter kandungan kepada ayahnya.Hendrinata tidak terkejut dengan hasil yang ditunjukkan Adelia, dia sudah mempersiapkan hatinya menghadapi situasi ini sejak dulu."Kau pikir dengan menunjukkan hasil ini, ayah akan berubah pikiran ? Itu tidak mungkin Adelia. Sampai kapanpun ayah tidak akan pernah mengijinkanmu menikah dengan suami adikmu." Hendrinata
"Adelia hamil," ucapan Putera yang sangat singkat membuat Abhygael terlonjak kaget. Ternyata ini jawaban dari kegelisahannya. Di raihnya kertas yang sedang di remas ibunya, dibukanya perlahan kertas yang kusut itu lalu merobeknya menjadi potongan-potongan kecil dan melemparkannya ke udara.Regan tersandar dikursi, dadanya terasa nyeri. Dia menutup matanya dan mengatur nafasnya perlahan. Ini bukan masalah sepele, wanita gila itu ternyata tidak main-main."Apapun yang terjadi aku tak akan bertanggung jawab pa."Putera menatapnya penuh selidik, secara tidak langsung Abhygael mengakuinya."Apakah kau melakukannya ?" tanya Mutia sesenggukan.Abhygael tak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia meminta Regan membantu untuk menjelaskannya, namun Regan terlihat sedang memikirkan sesuatu, seakan ada beban berat yang mengganggu pikirannya."Malam itu mereka menjebakku."Mengalirlah cerita tentang kejadian malam itu, tak ada yang terlewatkan, sampai ketika Abhygael terbangun dan melihat Adelia berbari
Melihat betapa gigihnya Abhygael mencari keberadaan Leona membuat Aditia merubah taktik. Perjalanannya ke kota Semarang melahirkan ide terbaru menyingkirkan Abhygael pelan-pelan.Gadis yang ditemuinya di kota Semarang sangatlah cocok untuk menjalankan misinya. Angkuh dan penuh ambisi, sepintas penilaian Aditia terhadap Tania.Ide gilanya ini cukup dirinya dan Tania yang tau, gadis berkulit kecoklatan dengan mata tajam seperti mata Leona, rambut ikalnya yang tergerai sebahu, cukup dipoles sedikit saja bisa merubah total gadis itu.Awalnya dia menyuruh gadis itu memakai makeup dan pensil alis untuk menandai wajahnya, namun itu bisa beresiko ketahuan, akhirnya dia menyarankan untuk operasi plastik. Demi tawaran yang menggiurkan, apalagi melihat wajah tampan Abhygael, Tania bersedia menjalani operasi plastik demi berubah menjadi Leona.Aditia menyewa seorang guru privat untuk mengajari Tania tentang semua perilaku Leona. Dari tutur katanya sampai cara berjalannya. Guru privat yang sangat a
Tak ada yang tahu siapa pelaku penembakan. Diduga pelakunya adalah orang yang sangat profesional. Putera dan Arafat dari bandara langsung menuju rumah sakit. Mereka tidak mengajak para isteri karena takutnya malah mengganggu proses penyelamatan Abhygael.Di waktu yang sama, Rafael dengan berat hati harus meninggalkan rumah sakit karena dikabarkan ibunya mengalami serangan jantung. Dia terpaksa menempatkan anak buahnya untuk menjaga Nona, semua administrasi rumah sakit sudah dibayarnya. Karena posisi bayi sunsang, akhirnya Nona harus menjalani operasi caesar. Anak buah Rafael berjaga di depan ruang VVIP, saat ini dia tak mau lagi kehilangan cintanya. Nona sudah dibawa masuk ke ruang operasi.Disaat yang sama, dokter sedang berjuang menyelamatkan nyawa pasien yang kena tembak. Untunglah peluru tidak sampai mengenai jantungnya. Walau begitu dokter harus bermandi peluh. Terjadi pendarahan pada proses pembedahan, beberapa kantong darah disiapkan. Dokter sesekali menatap layar monitor, te
Regan menarik tangan Burman keluar ruangan, dia lalu berbisik."Cari tahu pasien yang bernama Nona di ruang VVIP 2, aku penasaran.""Untuk apa kau mencari tahu pasien itu, kita fokus saja pada pemulihan Abhygael," tolak Burman."Ih..kau !" Andai bukan rumah sakit Regan sudah ingin menonjok detektif yang satu ini. Selama ini belum ada yang berhasil dia tangani dan lebih menyebalkan lagi, Abhygael masih mempercayainya.Melihat kemarahan di wajah Regan akhirnya Burman melunak."Apa yang kau ingin aku lakukan ?" "Awasi pasien itu, cari tahu siapa dia dan ada hubungan apa pasien itu dengan Rafael.""Itu saja ?""Iya, informasi apapun yang kau dapatkan segera beritahu aku."Regan meninggalkan Burman yang sedang berpikir, dia lalu menghampiri pria yang berdiri depan kamar VVIP 2."Hai, saudaranya yang sakit ya ?" Burman sok akrab dan menawarkan rokok pada pria itu. Pria berperawakan tinggi tegap itu menoleh. Sepertinya pria ini pandai bela diri. Batin Burman."Itu, calon isteri bos melahirka
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka