Target Keysa adalah santri putri yang terlihat sombong dan over acting di kelasnya bernama Diana. Mentang-mentang ayahnya seorang pejabat publik, Diana bersikap seolah-olah dikelas itu dialah yang paling hebat. Saat jam istirahat berbunyi, Diana masuk ke dalam kelas dengan beberapa siswa lain yang rupanya kelihatan sangat takut padanya. Huh...Awas kau ! Batin Keysa. "Dengar teman-teman, sebulan lagi akan diadakan lomba cerdas cermat, ayo angkat tangan siapa yang mau bergabung dengan kelompokku." Mendengar itu Keysa mengernyitkan keningnya. "Siapa masuk kelompok siapa ? Kapan dibentuk kelompoknya ?" Batin Keysa namun dia bersikap acuh tak acuh. Ketika Diana hendak melewati bangkunya, kaki kanannya sengaja dikeluarkannya dari balik kursi dan menggaet kaki Diana. Diana yang saat itu tidak menyangka jika kakinya dicekal dengan sengaja, akhirnya terjungkal. Tak ada yang berhasil mencegahnya, Diana jatuh membentur lantai dengan keras. Dia pingsan seketika, dagunya berdarah. Kelas seketik
Dari situlah ide gilanya muncul, mencuri dengan catatan, hasil curiannya akan dia gunakan untuk membantu anak-anak terlantar. Pelan-pelan Keysa masuk ke ruang kelas satu, ia sudah mulai memperhatikan siapa saja targetnya, yang menjadi targetnya adalah anak-anak orang kaya yang suka pamer barang-barang mewah. Dia sudah memperkirakan dimana anak yang suka pamer itu menaruh kunci lokernya. Sekarang waktunya jam eskul, siswi kelas satu pergi kelapangan untuk latihan basket. Pelan-pelan Keysa membuka loker siwa yang suka pamer itu. Berhasil, jam tangan yang ditaksirnya bernilai seratus jutaan itu kini berpindah tangan, ditutupnya kembali loker itu dan kunci di kembalikan kedalam tas siswa yang berhasil dicurinya. Pencurian pertamanya berhasil, tak ada yang menduganya sama sekali. tak ada yang mempermasalahkannya, maklum anak orang kaya, sekali hilang pasti ganti lagi. Namun karena sudah berulang kali dan kini sekolah juga mulai merasa kehilangan, akhirnya tujuan Keysa terkabul. Dia meng
Anisa dibuat terhenyak saat melihat Keysa masuk kedalam kamar. "Kamu...!" Anisa menarik tangannya.Ssst ! Keysa menaruh jari telunjuk depan mulutnya. "Kamu tidak sholat ?"Keysa tersenyum manis, ia kemudian menatap Anisa yang membeku di tempatnya, lalu mengedipkan sebelah matanya."Harap maklum, lagi halangan," Anisa menarik nafas panjang.Anisa penasaran namun Keysa hanya tertawa tanpa suara. Dia segera melepaskan mukenanya dan menaruhnya di gantungan lemarinya. Untunglah keempat temannya tak ada disitu, rupanya sudah menuju ke ruang makan jadi tak sempat melihat Keysa. Kedua sahabat itu akhirnya segera keluar menuju ruang makan. Keempat teman kamarnya sempat melihat kedatangan mereka. Salah seorang menghampirinya."Kok baru keliatan, dari mana ?" tanya Nurlela yang sering disapa Lela, ia kelihatan kepo ingin tahu teman sekamarnya itu kemana saja."Tadi dia joging, gak ngajak-ngajak aku sih," Anisa yang memberikan alasan yang lumayan masuk akal.Di pondok itu setiap waktu libur sebag
Pelajaran hari itu diakhiri dengan pemberian tugas oleh Ustad Andreas yang akan dikumpul Senin depan. Andreas segera membereskan bukunya dan siap-siap bergegas keluar kelas. Gaya mengajar Ustad tampan itu tidak membosankan, terlihat dari caranya yang selalu memberikan apresiasi dan semangat terhadap siswa, juga kepeduliannya terhadap siswa yang tak mengerti topik pembelajaran sehingga dia mengulanginya sampai siswa itu benar-benar memahaminya. Seluruh siswi kelihatan menyimaknya dengan baik kecuali Keysa. Dia terlihat ogah-ogahan, namun daya ingatnya cukup kuat sehingga apapun yang diterangkan guru di depan kelas mampu tersimpan dengan baik di memorinya. Keysa tergolong anak yang tak ingin menunda-nunda pekerjaan sehingga tugas yang diberikan guru hari itu juga langsung dikerjakannya di buku tugas. Biar tak kelupaan. Sorenya Keysa bersama Anisa dan Berliana teman sekelas, belajar bersama di aula untuk persiapan lomba cerdas cermat empat pilar kebangsaan. Mereka bertiga terpilih mew
Pertemuan Keysa dan Ustad Andreas di ruang guru rupanya membawa kesan yang mendalam bagi Keysa. Dia tidak dihukum, Andreas hanya meminta bantuannya untuk menyalin rangkuman beberapa Bab pelajaran Aqidah Akhlak.Keysa dipersilahkan duduk di sebuah kursi kosong samping Andreas. Dia terus menunduk, pikirannya sedang berkelana, tak berapa lama Andreas menghampirinya dan mengecup keningnya pelan. Keysa terbelalak. Ini tidak benar, matanya terus menatap ustad Andreas yang kini berdiri dihadapannya."Keysa, saya memintamu kesini bukan untuk bengong," ustad Andreas berdiri sambil mengayun-ayunkan buku dihadapannya."Ustad, tadi ustad ngapain ?" tanya Keysa gelagapan. Lho tadi kan ? Keysa kebingungan dan melirik kiri dan kanan.Andreas mengernyitkan kening keheranan, "Saya baru hendak memintamu menyalin buku ini."Buku cetak Aqidah Akhlak disodorkan dan di taruh di atas meja.Kini malah gantian Keysa yang keheranan, jadi tadi dia sedang menghayal telah dicium ustad ?Ih....sial, bagaimana dia b
Keysa keluar diam-diam dari pondok seperti biasa, memilih waktu subuh seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang tau, kecuali Anisa. Sahabatnya itupun berpura-pura tak tau, dan emang diapun tak ingin tau. Terkadang dia penasaran dengan apa yang dilakukan Keysa diluar sana, namun dia memilih diam sampai Keysa sendiri yang akan menceritakan kepadanya suatu saat nanti.Keysa kembali lagi ke pondok dengan senyum kepuasan setelah melepas rindu bersama anak-anak yatim di panti asuhan. Kini dia berbaur kembali bersama teman-teman santri yang lain. Keysa menolak lagi untuk ikut lomba, akhirnya Anisalah yang mengikuti lomba Olympiade matematika mewakili sekolahnya. Keysa memilih menjadi kutu buku, terpikir olehnya untuk menjahili teman-temannya namun akhirnya dia bosan juga dengan rencananya.Keysa menolak semua kegiatan eskul di sekolah kecuali pramuka. Gadis manis ini memilih Pramuka, karena Pramuka lebih banyak kegiatannya di luar pondok, menjelajah alam, heaking, berkemah dan lain-lain. O
Keysa menepati janjinya, sudah dua bulan dia tak keluar pondok. Bukan karena tau dia sedang diawasi tapi lebih pada tekadnya menepati janji. Hari ini Keysa gelisah, pesan telepon untuknya dari ibu Hanifah yang disampaikan melalui satpam membuatnya tak bisa konsentrasi belajar. Keysa sedang memikirkan cara untuk keluar pondok besok.Kegelisahannya dilihat oleh seorang Ustazah yang diperintahkan mengawasi gerak geriknya. Nama Ustazah itu Meylan, dia adalah guru baru di sekolah. Andai dia berpapasan dengan Keysa di jalan, pasti Keysa tidak akan mengenalinya.Ustazah Meylan melihat kegelisahan Keysa, Ustazah yang berparas manis ini sudah bisa menduga jika Keysa sabtu besok pasti akan keluar pondok. Sebuah mobil terparkir tak jauh dari seberang jalan samping mesjid atas permintaan ustazah Meylan.Subuh menjelang lagi-lagi Keysa keluar dengan menggunakan mukenanya. Gadis cantik itu tak tau jika dia sedang diawasi, buru-buru Keysa membuka mukenanya dan memasukannya dalam tas ransel kecil yan
Keysa menyadari jika kepergiannya kali ini akan menimbulkan kecurigaan, memakai mukena dan menuju mesjid seperti biasa, tas ranselnyapun di sembunyikan dibalik bahu. Berjalan perlahan, tak berani menengok kiri dan kanan. Keysa merasa deg-degan, bulan lalu dia bernafas lega karena tak ketahuan, tapi hari ini perasaannya tidak enak. Keysa memencet tangannya dari kelingking sampe ibu jari sambil berucap, "Pergi, tidak, pergi, tidak, pergi." Gadis konyol ini akhirnya pergi juga sesuai keinginannya, dia bebas keluar pondok tanpa kendala apapun, bertemu dengan anak-anak panti asuhan, bermain bersama mereka lalu pulang.Dahulu dia pernah berada pada usia yang sama dengan anak-anak yatim piatu itu, punya orang tua namun tak pernah mendapatkan perhatian, hidup enak namun terasa hampa.Kurangnya perhatian dari orang tua bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan perilaku pada anak, seperti suka mencuri, membuat onar, dan melakukan tindakan bullying. Semua hal negatif tersebut dilakukan anak
Bau disinfektan menyengat hidung, Adinda berdiri mematung di belakang ayahnya tanpa disadari oleh tuan Geraldy. Ayahnya terus sesenggukan menggenggam tangan nyonya Syakila. Dengan perasaan tak menentu Adinda memegang bahu ayahnya."Ayah! Apa yang terjadi?"Geraldy mendengar suara Adinda terkejut, dia tak menoleh namun dia menyentuh tangan anaknya yang menempel di bahunya."Seperti yang kau lihat nak!" jawab tuan Geraldy dengan suara serak menahan tangis." Maafkan aku ayah, ibu begini karena aku, aku salah dan khilaf!" Adinda memeluk bahu ayahnya dari belakang.Geraldy terdiam, apa lagi ini. Adinda menyembunyikan apa lagi? Geraldy meraih tissue dan menghapus air matanya. Dia diam dan berharap Adinda melanjutkan kata-katanya. Lalu Geraldy menarik sebuah kursi kosong ke sebelahnya dan menyuruh Adinda duduk di dekatnya."Maafkan aku ayah!" ucap Adinda lirih."Ada apa nak?" tanya Geraldy pelan.Sesaat Adinda menarik nafas dalam lalu menghempaskannya dengan pelan. Dia ikut menggenggam tang
Tuan Sunshine berbicara di ruangan direktur, direktur yang tak lain adalah Dr. Yuta meninggalkan mereka berdua dan segera melihat kembali kondisi nyonya Syakila."Ini terkait dengan Syakila!" kata Geraldy memulai obrolan."Sebelum kau bicara lebih jauh, lihatlah isi ponsel istrimu mungkin kau bisa menemukan petunjuk mengapa istrimu mencoba minum obat tidur dalam dosis yang tinggi!"Geraldy menerima ponsel istrinya namun dia tak membukanya."Tak membukanya sekalipun, aku tahu penyebabnya. Mungkin dia merasa menyesal karena mantan kekasihnya yang membunuh anaknya sendiri!" kata Geraldy dengan penuh penyesalan.Tuan Sunshine merasa tidak enak hati, ini adalah aib keluarga Geraldy jadi dia tak ingin mendengarnya."Sebaiknya selesaikan dengan baik, setiap manusia pasti berbuat kesalahan tapi tolong simpanlah ini dalam hatimu, jangan biarkan orang lain tahu aibmu sendiri!" Nasehat tuan Sunshine.Geraldy terdiam sangat lama air matanya jatuh bercucuran. Dia merasa sangat malu, karena dia men
Syakila.semakin terngiang ungkapan penyesalan Geraldy baru-baru ini yang mengatakan jika sebenarnya Keysa itu adalah Natasya. Jika Rehan mengatakan pelaku pembunuhan itu adalah Bagas, artinya Bagas telah membunuh darah dagingnya sendiri. Sejak kelahiran Keysa Bagas tak terlihat lagi batang hidungnya, bahkan ponselnya tak aktif lagi.Akhirnya Syakila ikut mengganti nomor ponselnya, dia sudah merasa sangat bersalah terhadap suaminya. Lalu kini dia bagaikan seorang pesakitan, seakan dia telah menerima hukuman akibat perbuatannya yang telah mengkhianati Geraldy.Sampai Adinda hendak berangkat ke kampus, Syakila tak juga bergerak dari tempat duduknya."Ibu, ada apa?" tanya Adinda bingung.Air mata yang menggenang di pipi ibunya membuatnya mendekati ibunya."Apakah karena Keysa?" tanya Adinda dengan penuh dendam."Ti..tidak sayang, terimalah Keysa sebagai adikmu, mungkin dengan cara itu ibumu ini bisa melupakan semua rasa bersalah ini," Isak nyonya Syakila."Memangnya apa salah Ibu?""Sudah
Melihat gelagat yang tidak bagus di wajah tuan Geraldy dan nyonya Syakila, akhirnya Rehan dan Keysa pamit pulang."Hati-hati nak!" pesan tuan Geraldy yang mengantar mereka sampai depan pintu gerbang.Taun Geraldy melihat beberapa motor mengiringi kepergian mobil Rehan. Dia menarik nafas dalam, syukurlah Keysa kini di jaga oleh orang yang tepat. Gumamnya dalam hati.Tuan Geraldy kembali masuk ke dalam rumah dia mengambil tas kantornya dan tak pamit lagi pada nyonya Syakila Yang sedang duduk diam di ruang tamu. Nyonya Syakila merasa sangat gugup dengan sebuah nama yang baru saja disebutkan Rehan. Nyonya Syakila dan Bagas adalah sepasang kekasih semasa kuliah, karena saat itu orang tuanya tak merestui hubungan mereka akhirnya Syakila dinikahkan dengan Geraldy. Awal pernikahan mereka berjalan aman-aman saja, Bagas menghilang entah kemana, namun setahun kemudian ketika Syakila telah melahirkan seorang putri yang di beri nama Adinda dia muncul kembali. Hubungan mereka berlanjut secara sem
Pagi menjelang, Keysa buru-buru turun ke dapur membantu maid menyiapkan sarapan pagi. Ditinggalkannya suaminya yang masih tertidur pulas. Untunglah semalam Rehan tak mengganggu tidurnya."Nyonya sudah bangun?" sapa maid."Iya bi, hari ini menunya apa biar aku saja yang memasaknya," Keysa menawarkan diri."Nasi goreng seafood!" jawab maid.Keysa mengambil bahan-bahan dari dalam kulkas, lalu dia mulai memasak menu kesukaan suaminya. Selain nasi goreng dia juga menyiapkan menu yang lain berupa roti panggang, salad buah dan telur dadar. Tak lupa pula dia menyiapkan jus wortel.Rehan terbangun dan tak menemukan Keysa di sampingnya segera bangun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya keluar menuju kamar mandi, setelah menggosok giginya dan mencuci wajahnya dengan sabun lalu keluar. Dia menuju ke dapur seperti dugaannya nampak Keysa sedang menyiapkan menu sarapan pagi.Nyonya Sekar dan tuan Sunshine keluar bersamaan dari dalam kamar. "Ayo kita sarapan, Panggi mama dan papa."Kedua menan
Pembicaraan berlanjut setelah makan malam, makanan penutup di bawa ke ruang keluarga. Kali ini Rehan duduk di samping Keysa. Mendengarkan pembicaraan menyangkut pembunuhan orang tuanya tentunya sangat tidak mengenakan hati. Makanya Rehan harus memberikan dukungan moril untuk Keysa."Sepertinya kalian kelihatan tidak sabar mendengar cerita papa," ucap tuan Sunshine.Rehan dan Keysa hanya tertawa tanpa suara. Mereka tak bisa memungkirinya."Apakah ada kemungkinan lain?" tanya Rehan."Sebenarnya ini adalah rahasia besar yang tidak bisa di ketahui oleh kalian berdua, takutnya kalian tidak bisa bijak mendengarnya. Tapi ini baru berupa spekulasi. Papa dan detektif yang menyimpulkannya, benar tidaknya hanya Tuhan dan mereka yang bersangkutan yang tahu.Rehan menatap ayahnya dengan penuh tanya."Sejak kapan papa penuh teka-teki seperti ini?" protes Rehan."Ini aib orang nak!""Lho, tujuan papa kan hanya ingin membuka kebenaran agar kita tahu siapa pembunuhnya, dengan begitu kita akan bisa leb
Sepanjang jalan menuju ke rumah orang tua Rehan, Keysa tak banyak bicara. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan mata. Rehan sesekali melirik ke kiri dan kanan mencoba memperhatikan keadaan jangan sampai ada yang mengikuti mobil yang dia tumpangi.Dia dan Bayu bertukar mobil demi untuk mengelabui musuh dan tak lupa pula dia meminta para bodyguard mengikutinya dari jarak yang tidak terlalu dekat."Ah, untunglah tak ada yang mengikuti ku," gumam Rehan dalam hati. Tak berapa lama mobilnya memasuki pekarangan yang sangat luas. Rumah besar nan megah milik orang tuanya. Terlihat ayah dan ibunya sedang menanti kedatangan mereka dengan duduk di teras rumah.Rehan membangunkan Keysa dengan mencium pipinya. Tentu saja gadis cantik ini tersentak kaget."Kita sudah tiba sayang, ayo turun!" ajak Rehan.Keysa membetulkan jilbabnya lalu membuka pintu mobil. Rehan ikut turun dan mengitari mobil lalu menggandeng tangan istrinya menuju teras."Assalamualaikum!" "Waalaikum salam!""Mari
Tuan Bismu sangat serius mengurus masalah yang diminta sahabatnya Rehan. Dia sudah beberapa hari ini bolak balik ke pengadilan hanya untuk bertemu dengan hakim dan jaksa, dirinya juga telah menyiapkan pengacara atas persetujuan Rehan, keduanya terlihat sangat sibuk di pengadilan. Untunglah hari itu tak ada sidang sehingga mereka bisa leluasa berbicara dengan hakim dan Jaksa.Di hari berikutnya, tuan Bismu bertemu pengacara di pengadilan."Bagaimana urusannya?" tanya Bismu."Ini akan menguak kasus yang lama terpendam!" jawab pengacara yang bernama Amar. "Tidak masalah, siapa tau dengan kemunculan putri kandung tuan Emil akan menguak misteri pembunuhan yang telah menimpa keluarganya."Amar terdiam beberapa saat, menurutnya bukan pada masalahnya tetapi pada keamanannya. Jika pembunuh itu masih berkeliaran di luar bukan berarti bukan hanya Rehan dan Keysa yang tidak aman tetapi merekapun dalam keadaan yang tidak aman."Mungkin kita perlu menyiapkan beberapa petugas dari kepolisian untuk
Atika memberikan keterangan dengan menunjukkan beberapa dokumen pendukung."Hmm sepertinya dokumen ini harus disandingkan dengan dokumen yang ada pada kami," jawab Abimanyu."Maksudmu apa tuan?""Penerus perusahaan ini adalah Keysa Geraldy, dia adalah anak kandung tuan Emil dan nyonya Adiba. Jika ibu maksud nyonya Adiba memiliki anak lain, saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan perusahaan ini!"Setelah mengatakan itu Abimanyu mencoba meneliti wajah wanita di depannya. Sepertinya wanita ini terlalu berani."Anak yang kami asuh bernama Natasya Aurelia, dan sekarang namanya di ganti menjadi Naura," kata Atika.Abimanyu tertawa, "Silakan tinggalkan ruangan ini Bu, maaf saya harus meeting dengan karyawan. Tak perlu membawa siapapun ke perusahaan ini walau ibu membawa gadis manapun ke perusahaan ini, sekali lagi saya tegaskan tak ada hubungan sama sekali dengan saya, apa ibu paham?"Abimanyu secara tidak langsung mengusir Atika dari ruangannya, tapi Atika bahkan tak bergeming."Aku data