“Mengapa, hhmmm?” tanya Gilang sambil menatap mata Ara yang diselimuti kesedihan.
“Ganti lagunya dengan yang lain,” ucap Ara pelan.
“Jangan diganti, aku suka lagunya. Lagunya sangat cocok untuk kita,” jawab Gilang dengan menyindir Ara.
Ara mengalihkan pandangan keluar kaca mobil.
Sayup terdengar alunan musik yang membuat mereka hanyut di dalam kesedihan meresapi lagu yang disampaikan melalui audio mobil.
If I had to live my life without you near me
Jika aku harus menjalani hidupku tanpamu didekatku
The days would all be empty
Hari-hari akan terasa begitu sepi
The nights would seem so long, with you I see forever
Malam akan terasa panjang, denganmu aku melihat selamanya
Oh, so clearly, I might have been in love before
Oh, sangat jelas, aku mungkin pernah jatuh cinta sebelumnya
But it
“Hhmm, semua tidak seperti yang kamu pikirkan, Bi,” ucap Ara pelan.“Ayolah, Kak Ara. Jangan merusak kebahagiaanku,” jawab Bianca cemberut.“Hanya meluruskan, Bi.”“Aku maunya Kakak yang menjadi pasangan Kak Gilang,” ucap Bianca menatap mata Ara dalam.“Kalaupun tidak seperti keinginan kamu, kamu tetap adek aku kan?” ucap Ara sambil memeluk Bianca.“Tetapi, mengapa Kakak di sini sekarang? Selama ini Kak Gilang tidak pernah membawa perempuan kesini. Berarti ada hubungan khusus, kan?”Ara hanya diam saja mendengarkan Bianca, berharap Gilang bisa memberikan penjelasan kepada adeknya tersebut.Gilang yang melihat interaksi antara Bianca dan Kiara hanya tertawa pelan. Begitu juga dengan Emira yang menyaksikan bagaimana antusiasnya Bianca terhadap Kiara.“Doakan ya, Bi. Semoga saja bisa meluluhkan hatinya,” ucap Gilang sambil melirik kepada Ara.
“Karena ada izin dari Ayah sama Bunda. Makanya aku berani untuk menjalaninya. Tetapi takdir berkata lain, karena aku tidak seperti yang kamu harapkan.” Ara menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan rasa perih di hatinya.“Aku minta maaf. Mulai sekarang aku akan buktikan jika ucapanku tidak main main. Aku akan melamarmu langsung kepada Ayah dan Bunda.” Gilang menggenggam tangan Ara seolah menyalurkan kekuatannya kepada gadis tersebut.“Silakan dicoba jika kamu bisa meyakinkan orang tuaku.” Tantang Ara.“Baiklah. Berarti kamu tidak menolak untuk menikah denganku, kan?” ucap Gilang.“Kalau Ayah setuju, tidak ada salahnya. Aku hanya mengikut saja apa kata orang tua,” jawab Ara.Gilang mengecup pipi Ara dengan sayang sambil berujar “Terima kasih, sayang.”“Pikirkan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh, Lang,” ucap Ara pelan.“Ini sudah kep
Kevin melihat kepada Gilang yang baru masuk dengan tatapan meminta penjelasan.“Aku bisa jelasin semuanya,” ucap Gilang seakan mengerti arti pandangan Kevin.“Aku dan Reza memang bersaudara. Akan tetapi, aku tidak pernah mengetahui jika Kiara adalah tunangan Reza,” ucap Gilang.“Bagaimana mungkin kamu tidak mengetahuinya? Sedangkan tunangannya saja dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak.” Kevin menatap curiga kepada Gilang karena merasa dibohongi.“Aku benaran tidak mengetahui semua itu, Vin. Yang aku tau saat itu Reza telah bertunangan, tetapi dengan siapa orangnya aku benaran tidak mengetahuinya,” jujur Gilang.“Jangan membohongiku, Lang,” dengus Kevin kesal.“Saat mereka bertunangan, kami sekeluarga sedang tidak di sini akan tetapi kami sedang di Belanda,” jelas Gilang.***Waktu terus berlalu, tanpa disadari sudah sebulan Gilang tidak saling menghubun
“Berarti, Ara menerima pilihan orang tuanya?” tanya Tante dengan mimik wajah yang serius.“Menurut penuturannya, iya Tante,” jawab Gilang lesu.“Bagaimana dengan kamu?” Tante Audelina menatap Gilang dan menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Gilang.“Justru karena itulah, Tante. Makanya aku kesini. Sepertinya, semua ini terjadi semenjak Ara mengetahui hubungan antara aku dan Reza.” Gilang menyampaikan dugaannya.Tante Audelina menghela napas dalam “Semua itu bisa saja, Lang. Mengingat hubungan antara Reza dan Ara yang hampir menikah. Mungkin Ara kecewa karena kamu tidak menjelaskan semuanya.”“Tetapi, aku benaran tidak mengetahui hubungan yang terjalin antara Reza dan Ara, Tante,” lirih Gilang.“Ada banyak hal yang harus kamu ketahui, Lang,” ucap Tante Audelina sambil melangkahkan kakinya menuju lantai dua rumah mewah itu. Gilang mengikuti langka
Bel panjang berdering di seluruh penjuru sekolah, sebagai pertanda bahwa seluruh kegiatan pembelajaran telah berakhir. Sekarang saatnya untuk pulang kembali kerumah masing masing. Ara bergegas mengemasi buku buku dan berlari keluar dari kelas.“Hai, Kia,” sapa Reza yang juga baru keluar dari kelasnya. Mereka berbaur dengan semua murid di sekolah ini yang sudah seperti kapas beterbangan karena sudah jam pulang.Ara menoleh kepada pemilik suara “Hai, Re,” sapanya dengan senyuman.“Pulang sama siapa?” tanya Reza yang terus memperhatikan Ara yang baru dikenalnya tadi pagi.Ara menjawab dengan entengnya “Dengan sepeda saja, Re. Kalau kamu pulang sama siapa?” tanya Ara sambil membuka gembok sepedanya yang terletak di parkiran sekolah.“Tadi aku diantar, Kia. Sekarang pulangnya juga dijemput, tetapi jemputan belum datang.”“Ooo. Aku ribet kalau diantar jemput gitu. Terasa jadi tidak
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tanpa terasa, Reza dan Ara sudah menghabiskan waktu di sekolah ini selama tiga tahun. Besok merupakan hari pengumuman kelulusan. “Kia, besok kita berangkat bareng, ya!” ujar Reza saat mereka tengah istirahat di tempat latihan taekwondo milik Om Ardi. “Aku berangkat sama sepeda, Re,” ucap Ara dengan napas yang masih ngos ngosan dan kening berkerut karena Reza mengajak berangkat bareng sedangkan rumah mereka berjauhan. “Besok berangkat sama aku saja. Besok aku jemput,” seru Reza yang telah melanjutkan latihannya kembali. “Tetapi, Re….” Ara menghentikan ucapannya yang belum selesai karena Reza telah menghilang di ruangan lain untuk kembali latihan. Selanjutnya, Ara juga melanjutkan latihannya kembali. Tepat jam lima sore, latihan baru selesai. Ara segera mengganti pakaiannya dan mengemasi barang barang. Sore ini, Ara akan pulang dengan kendaraan umum karena dia tidak membawa kendaraan. “Kia,” panggil seb
Ara hanya diam saja mendengarnya, karena dia juga tidak tahu harus berkata apalagi.“Kenapa tidak mau berangkat bareng aku? Apa sudah ada janji dengan Elang?” tanya Reza dengan mata yang memerah.“Sebenarnya kamu kenapa sih, Re??? ucap Ara tidak kalah kesal karena kata kata Reza daritadi mampu membuat suasana hatinya menjadi buruk.“Jangan tanya aku kenapa, Kia. Akan tetapi, tanya hatimu,” ucap Reza sambil berjalan meninggalkan Ara yang terbengong sendirian.“Sebenarnya apa sih, salahku?” ucap Ara pelan karena tidak mengerti dengan perubahan sikap Reza yang tiba tiba.“Bisa dipercepat tidak, langkah kakinya?” dengus Reza dari dalam mobil.“Tinggalkan aku divsini, aku mau pulang dengan taksi saja. Maaf karena telah merepotkan kamu. Besok besok, jangan temui aku lagi,” ucap Ara dengan kesal dan berjalan melewati mobil Reza.“Dasar perempuan,” umpat Reza &ldquo
“Benarkah?” tanya Vella untuk meyakinkan pendengarannya.“Really,” jawab Reza singkat.“Wow, pastinya kamu nantinya bakalan menjadi idola di sana, Re,” puji Selly.“Sepertinya memang tidak akan terpisah, Ra,” ejek Vella kepada Ara.Ara melirik kepada Vella “Itu kan terserah masing masing saja, Vel. Mau melanjutkan ke mana, itu adalah hak setiap orang.”“Iya, Ra. Tetapi, setidaknya Reza bakalan ngikutin kamu ke mana pergi,” kata Selly.Pengumuman kelulusan telah disampaikan dari satu jam yang lalu. Sekarang, Ara telah berada di dalam mobilnya Reza untuk kembali pulang.“Kita jalan jalan dahulu, Kia,” ucap Reza dan mulai menjalankan mobilnya. Perlahan mobil meninggalkan tempat parkir dan gedung sekolah. Reza mengambil arah berlawanan dari jalan pulang kerumah.“Kita mau kemana, Re?” tanya Ara saat dilihatnya jalan yang bukan menuju ker
Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli
“Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs
Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur
“Wow, kamu hebat, Kia. Hidung Belinda mengalami patah tulang dan tangannya juga parah,” sahut David dengan mata yang tidak beralih dari layar gadget nya.“Kamu tau dari mana?” Ara menoleh kepada David.“Lihat berita online Kia. Berita kamu menjadi trending topic hari ini,” puji David penuh semangat.“Itu jurus dapat dari mana?” Gilang menghentikan mobilnya di cafe terdekat karena mereka harus mencari tempat duduk agar dia bisa mengorek informasi dari gadis pujaannya itu.“Itu namanya jurus terdesak. Aku tidak menyangka jika akan separah itu.” Ara tertawa bahagia setelah melihat berita yang disodorkan oleh David kepadanya. Sungguh diluar dugaan, jika dia bisa membuat Belinda terluka parah.David menatap Ara dengan bergidik “Lha, jurus terdesak saja sangat gawat efeknya, apalagi jurus yang memang sudah di rencanakan.”“Sekarang aku lagi mempersiapkan jurus rahasia bu
“Kapan kejadiannya?” tanya Gilang dengan wajah memucat.“Kenapa? Tumben kamu peduli. Biasanya juga tenang saja saat melihat video seperti itu.” David menatap Gilang dengan kening berkerut.“Kapan kejadiannya?” Gilang mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras.“Kejadiannya baru sekitar sepuluh menit yang lalu.” Gilang segera menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja setelah mendengar jawaban David.“Hei, kamu mau ke mana? Aku ikut.” Gilang mempercepat langkahnya seraya menghubungi Ara, sialnya gadis itu malah tidak menjawab panggilannya.“Ada apa sih, Lang? Kok panik banget?” David berjalan dengan setengah berlari untuk mengejar Gilang yang telah masuk ke dalam mobil.“Perhatikan cewek yang ada dalam video tersebut.” David memutar ulang video tersebut.“Belinda kan? Judul beritanya juga nama dia kok,” ucap David dengan nad
“Kapan kamu terakhir kali bertemu dengan Kiara?” tanya Belinda yang masih belum yakin dengan penglihatannya.Gilang menatap Belinda dengan rasa benci yang mendalam akan tetapi dia berusaha untuk tenang. Walau bagaimana pun, Gilang tidak ingin gegabah dalam menghadapi ular betina ini, salah salah langkah bisa bisa nyawa Kia yang akan menjadi korbannya.“Tahun lalu,” ucap Gilang dengan tatapan yang tidak terlepas dari Belinda. Dia terus mengamati gerak gerik perempuan licik tersebut.“Owh, sudah lama banget rupanya,” sahut Belinda berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya akan tetapi bukan Gilang namanya jika dia tidak bisa mengetahui perangai Belinda.“Jangan pernah menyentuh Kiara, karena dia tidak ada hubungan sama sekali dengan aku. Satu hal yang harus kamu ingat, jika kamu mengganggunya maka bisa aku pastikan kamu akan menerima akibatnya dan akan membusuk di penjara,” ucap Gilang seraya mencengkram lengan
“Tuh kan cantik banget, senyum dikit sayang bunda mau foto. Kemarin dia juga minta bunda buat fotoin kamu saat lagi fitting baju.” Fenna mengambil beberapa gambar cantik putrinya dan langsung mengirimkannya kepada calon menantunya itu dengan penuh semangat.“Kamu udah cocok atau ada yang mau di perbaiki lagi sayang atau ada yang mau ditambahkan?” Nia bertanya dengan lembut. Ara melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya, semuanya sudah terlihat sangat sempurna.“Udah cocok kok tante.” Nia tersenyum bahagia.“Semuanya sudah oke yah?” Ara mengangguk dan sang bunda juga ikut tersenyum bahagia.“Dasar orang yang berjodoh, seleranya pun sama.” Celetuk Fenna yang mengundang kekehan Nia dan beberapa pegawai toko di sana.“Namanya yang berjodoh, pastinya enggak akan lari seleranya, jeng.” Nia tertawa pelan seraya memperhatikan Ara yang sudah mulai bosan dengan suas
Gadis itu menoleh kepada Gilang “Aku pengennya malah melihat undangan karena penasaran dengan mempelai wanitanya.” Gilang langsung tertawa lebar dan segera mengajak gadis itu ke bagian lainnya. Setelah urusan di sana selesai mereka segera meninggalkan gedung dengan perasaan gembira bagi Gilang dan terluka bagi Ara.“Oh iya. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?” tanya Gilang saat mereka telah berada di dalam mobil.“Semua di handle bunda sama ayah. Kan mereka yang mengetahui calon menantunya itu.” Gilang malah tertawa lebar saat mendengar ucapan jutek gadis itu. Hingga mobil berhenti di pusat pembelajaan terbesar di kota Amsterdam.“Hari ini aku yang bayar semua keperluan kamu untuk pernikahan nantinya.” Gilang segera turun dari mobil dengan menggenggam tangan Ara.“Enggak perlu, Lang,” tolak Ara dengan senyuman getir nya. Andai calon suaminya adalah Gilang, pastinya dia akan sangat bahagia sekara
“Bagaimana jika ternyata memang aku pria misterius itu?” ucap Gilang balik bertanya. Dia juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Ara nantinya.“Pastinya bukan kamu Lang, karena aku tidak mau di duakan dengan wanita lain.”“Ini kan, jika seandainya Kia.”“Jika ternyata pria misterius itu adalah orang yang aku kenal secara dekat. Maka, tunggu saja pembalasan aku selanjutnya setelah menikah nantinya. Sekarang dia yang mengerjai aku, maka nantinya aku yang akan mengerjainya.” Ara tersenyum puas hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas dan wajahnya yang memancarkan kebahagiaan yang tiada duanya.Gilang bergidik ngeri saat melihat ekpresi gadis itu hingga dia terpikir sendiri tentang ucapan Ara.“Ya sudah, sekarang kita keluar sebentar. Aku ada janji dengan pihak WO dan mengurus semua keperluan pesta nantinya,” ucap Gilang kepada Ara yang langsung membuat gadis itu lesu. Baru juga