Ara hanya diam saja mendengarnya, karena dia juga tidak tahu harus berkata apalagi.
“Kenapa tidak mau berangkat bareng aku? Apa sudah ada janji dengan Elang?” tanya Reza dengan mata yang memerah.
“Sebenarnya kamu kenapa sih, Re??? ucap Ara tidak kalah kesal karena kata kata Reza daritadi mampu membuat suasana hatinya menjadi buruk.
“Jangan tanya aku kenapa, Kia. Akan tetapi, tanya hatimu,” ucap Reza sambil berjalan meninggalkan Ara yang terbengong sendirian.
“Sebenarnya apa sih, salahku?” ucap Ara pelan karena tidak mengerti dengan perubahan sikap Reza yang tiba tiba.
“Bisa dipercepat tidak, langkah kakinya?” dengus Reza dari dalam mobil.
“Tinggalkan aku divsini, aku mau pulang dengan taksi saja. Maaf karena telah merepotkan kamu. Besok besok, jangan temui aku lagi,” ucap Ara dengan kesal dan berjalan melewati mobil Reza.
“Dasar perempuan,” umpat Reza &ldquo
“Benarkah?” tanya Vella untuk meyakinkan pendengarannya.“Really,” jawab Reza singkat.“Wow, pastinya kamu nantinya bakalan menjadi idola di sana, Re,” puji Selly.“Sepertinya memang tidak akan terpisah, Ra,” ejek Vella kepada Ara.Ara melirik kepada Vella “Itu kan terserah masing masing saja, Vel. Mau melanjutkan ke mana, itu adalah hak setiap orang.”“Iya, Ra. Tetapi, setidaknya Reza bakalan ngikutin kamu ke mana pergi,” kata Selly.Pengumuman kelulusan telah disampaikan dari satu jam yang lalu. Sekarang, Ara telah berada di dalam mobilnya Reza untuk kembali pulang.“Kita jalan jalan dahulu, Kia,” ucap Reza dan mulai menjalankan mobilnya. Perlahan mobil meninggalkan tempat parkir dan gedung sekolah. Reza mengambil arah berlawanan dari jalan pulang kerumah.“Kita mau kemana, Re?” tanya Ara saat dilihatnya jalan yang bukan menuju ker
Satu tahun menjadi siswa di SMA, hubungan Reza dan Ara seperti merenggang jauh. Apalagi semenjak Reza yang terpilih menjadi ketua OSIS. Reza yang menjadi idola di antara para siswi disekolah, seakan membuat Ara merasa minder untuk berdekatan dengan Reza seperti dahulu.Ara berjalan menyusuri koridor sekolah, jam pelajaran telah berakhir dari dua jam yang lalu. Akan tetapi, Ara belum pulang karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket.Tanpa disadari, Ara mendengar suara Reza yang sedang bercerita dengan Sofia. Sofia merupakan cewek terpopuler di sekolah ini. Kabar kabarnya selama ini, Sofia menjalin hubungan dengan Reza.“Antarin aku pulang ya, Za,” seru Sofia dengan bergelayut manja di lengan Reza.“Memangnya kamu tidak membawa kendaraan, Sof?” tanya Reza.“Tidak. Aku tadi diantarin sama sopir. Kamu bisa kan, antarin aku pulang?” tanya Sofia sambil mengecup bibir Reza dengan perlahan.“Baiklah.
Sedangkan Elang, Selly dan Vella menunggu siapa yang akan dipilih oleh Ara. Tanpa mereka sadari, Sofia sedang melangkah mendekati mereka.“Kok kamu ninggalin aku sih, Za,” ucap Sofia dengan wajah cemberut dan terkesan manja kepada Reza.“Aku pulang sama Elang saja, Re. Terima kasih atas tawarannya,” ucap Ara sambil melangkah menaiki motor gede milik Elang. Perlahan gerimis mulai turun, bersamaan dengan air mata Ara yang juga mulai menetes. Ara tidak perlu menyembunyikan air matanya karena bersamaan dengan hujan yang mulai turun dengan deras.Elang menghentikan motornya di halte terdekat karena hujan yang mulai deras.Elang memperhatikan Ara yang mengibas ngibaskan rambutnya yang sedikit basah “Basah, Ra?” tanya Elang.“Sedikit, Lang. Terima kasih ya, Lang atas tumpangannya,” ucap Ara dengan tersenyum indah.“Tidak masalah, Ra. Aku juga mau ucapin terima kasih, karena kamu sudah mau pulang
“Kita makan dulu, Kia. Biar bisa cerita panjang,” ucap Reza sambil membuka sabuk pengaman. Begitu juga dengan Ara, dia segera berjalan keluar dan mengikuti langkah kaki Reza yang perlahan melangkah memasuki café.Setelah memesan makanan dan minuman, mereka mulai bercerita.“Sudah jadian sama Elang, Kia?” tanya Reza tiba tiba dengan menatap mata Ara. Ara hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.“Kenapa?” tanya Ara.“Aku tidak ada hubungan dengan Sofia,” ucapnya pelan.Ara mendengus mendengar ucapan Reza tersebut karena beberapa hari yang lalu dia menyaksikan sendiri mereka yang sedang bermesraan di taman sekolah.“Tidak ada hubungannya dengan aku, Re,” bisik Ara dengan suara yang terdengar parau.“Aku mencintaimu, Kia.” Reza menghembuskan napasnya lega, akhirnya kata kata itu keluar juga dari mulutnya.“Terima kasih. Tetapi, aku tidak b
“Malu diliatin Bunda, Re,” bisik Ara.“Tidak apa apa kok, Kia. Bunda kan, juga pernah muda,” kekeh Reza sambil melepaskan genggaman tangannya.“Jadi keluarnya?” tanya Ara kembali.“Jadi dong,” jawab Reza sambil berjalan mencari di mana keberadaan Bunda.Setelah minta izin sama Bunda, akhirnya mereka bisa keluar.“Kami berangkat, Bunda,” pamit Reza.“Hati hati dijalan, Za. Jangan pulang larut dan jaga anak gadis Bunda jangan sampai rusak.” Terdengar ucapan Bunda yang memiliki makna mendalam.“Baik, Bunda,” ucap Reza.Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Reza meninggalkan pekarang rumah Ara yang besar dengan halaman yang luas.“Kita ke mana, Re?” tanya Ara saat mereka telah menempuh perjalanan selama setengah jam tetapi masih belum sampai juga.“Kita ke pantai yang ada di kota sebelah,” jawab Reza.&ldq
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Tanpa terasa enam bulan sudah Ara menjadi mahasiswa di fakultas seni. Tidak ada yang berbeda dari seorang Ara, penampilannya masih sama seperti yang dulu meskipun sekarang sudah tidak berstatus sebagai siswa lagi melainkan sudah berstatus sebagai mahasiswa.Pagi ini, Ara telah ready dengan pakaiannya untuk ke kampus. Dia masih tetap dengan penampilannya, rambut sepunggung dengan sebuah topi bertengger indah di atas kepalanya serta setelan celana gunung dan baju kemeja kebesaran tidak hilang dari ciri khasnya sebagai seorang mahasiswa fakultas seni.“Kuliah pagi, sayang?” tanya sang Bunda saat dilihatnya Ara yang sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.“Kuliah siang, Bunda. Tetapi, berangkat awal karena ada pertemuan nantinya dengan anggota Mapala,” ucap Ara sambil melangkah menuju dapur untuk sarapan.“Membahas apa nantinya?” tanya Bunda sambil menyiapkan sarapan untuk mereka.
“Hai, Re. Apa kabar? Aku tidak menyangka ternyata dunia ini beneran sempit. Kita malah dipertemukan di kampus yang sama cuma berbeda jurusan,” ucap Carista dengan mata berbinar karena dia sama sekali tidak menyangka jika hubungan Ara dan Reza terus berlanjut sampai sekarang.“Iya, Car. Aku juga tidak menyangka kita akan ketemu disini. Kemaren aku malah ketemu sama Kevin di fakultas Manajemen,” ujar Reza.“Benarkah? Kok kamu tidak cerita kalau ketemu sama Kevin? Aku juga pengen ketemu Kevin. Nanti siang kita cari Kevin, Car. Sekalian reunion,” ucap Ara dengan semangat akan tetapi hanya sebentar. Tubuhnya langsung hilang semangat karena mendengar ucapan yang keluar dari mulut Reza.Reza mendengus kasar mendengar ucapan Ara barusan “Jangan mencari Kevin jika tanpa aku. Ntar siang aku ujian praktek, jadi tidak bisa menemani ketemu sama Kevin,” sahutnya dengan wajah yang terlihat cemburu.“Hei,
“Kenalin, Lang. Ini Carista sahabat aku,” ucap Ara.“Hai. Salam kenal, aku Elang,” ucap Elang sambil mengulurkan tangannya kepada Carista.“Carista,” ujar Carista dengan menyambut uluran tangan Elang.Mereka memesan makanan dan minuman untuk mengisi perut yang sudah keroncongan karena sudah waktunya makan siang.“Ada berapa anggota yang akan ikut nantinya, Ra?” tanya Elang setelah mereka selesai makan siang.“Belum jelas, yang pasti semua anak mapala wajib ikut. Dari jurusan lain belum tau ada berapa. Semoga datanya sudah bisa direkap besok atau lusa,” ucap Ara.“Pasti banyak juga nantinya yang akan ikut, masalahnya kapasitasnya kan tidak ditentukan. Apalagi bergabung dengan fakultas lain,” seru Elang.“Hmm,” gumam Ara “Sebenarnya bagus jika banyak yang mau ikut karena semakin banyak kan semakin mudah menyusun acaranya.”“Acara
Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli
“Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs
Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur
“Wow, kamu hebat, Kia. Hidung Belinda mengalami patah tulang dan tangannya juga parah,” sahut David dengan mata yang tidak beralih dari layar gadget nya.“Kamu tau dari mana?” Ara menoleh kepada David.“Lihat berita online Kia. Berita kamu menjadi trending topic hari ini,” puji David penuh semangat.“Itu jurus dapat dari mana?” Gilang menghentikan mobilnya di cafe terdekat karena mereka harus mencari tempat duduk agar dia bisa mengorek informasi dari gadis pujaannya itu.“Itu namanya jurus terdesak. Aku tidak menyangka jika akan separah itu.” Ara tertawa bahagia setelah melihat berita yang disodorkan oleh David kepadanya. Sungguh diluar dugaan, jika dia bisa membuat Belinda terluka parah.David menatap Ara dengan bergidik “Lha, jurus terdesak saja sangat gawat efeknya, apalagi jurus yang memang sudah di rencanakan.”“Sekarang aku lagi mempersiapkan jurus rahasia bu
“Kapan kejadiannya?” tanya Gilang dengan wajah memucat.“Kenapa? Tumben kamu peduli. Biasanya juga tenang saja saat melihat video seperti itu.” David menatap Gilang dengan kening berkerut.“Kapan kejadiannya?” Gilang mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras.“Kejadiannya baru sekitar sepuluh menit yang lalu.” Gilang segera menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja setelah mendengar jawaban David.“Hei, kamu mau ke mana? Aku ikut.” Gilang mempercepat langkahnya seraya menghubungi Ara, sialnya gadis itu malah tidak menjawab panggilannya.“Ada apa sih, Lang? Kok panik banget?” David berjalan dengan setengah berlari untuk mengejar Gilang yang telah masuk ke dalam mobil.“Perhatikan cewek yang ada dalam video tersebut.” David memutar ulang video tersebut.“Belinda kan? Judul beritanya juga nama dia kok,” ucap David dengan nad
“Kapan kamu terakhir kali bertemu dengan Kiara?” tanya Belinda yang masih belum yakin dengan penglihatannya.Gilang menatap Belinda dengan rasa benci yang mendalam akan tetapi dia berusaha untuk tenang. Walau bagaimana pun, Gilang tidak ingin gegabah dalam menghadapi ular betina ini, salah salah langkah bisa bisa nyawa Kia yang akan menjadi korbannya.“Tahun lalu,” ucap Gilang dengan tatapan yang tidak terlepas dari Belinda. Dia terus mengamati gerak gerik perempuan licik tersebut.“Owh, sudah lama banget rupanya,” sahut Belinda berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya akan tetapi bukan Gilang namanya jika dia tidak bisa mengetahui perangai Belinda.“Jangan pernah menyentuh Kiara, karena dia tidak ada hubungan sama sekali dengan aku. Satu hal yang harus kamu ingat, jika kamu mengganggunya maka bisa aku pastikan kamu akan menerima akibatnya dan akan membusuk di penjara,” ucap Gilang seraya mencengkram lengan
“Tuh kan cantik banget, senyum dikit sayang bunda mau foto. Kemarin dia juga minta bunda buat fotoin kamu saat lagi fitting baju.” Fenna mengambil beberapa gambar cantik putrinya dan langsung mengirimkannya kepada calon menantunya itu dengan penuh semangat.“Kamu udah cocok atau ada yang mau di perbaiki lagi sayang atau ada yang mau ditambahkan?” Nia bertanya dengan lembut. Ara melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya, semuanya sudah terlihat sangat sempurna.“Udah cocok kok tante.” Nia tersenyum bahagia.“Semuanya sudah oke yah?” Ara mengangguk dan sang bunda juga ikut tersenyum bahagia.“Dasar orang yang berjodoh, seleranya pun sama.” Celetuk Fenna yang mengundang kekehan Nia dan beberapa pegawai toko di sana.“Namanya yang berjodoh, pastinya enggak akan lari seleranya, jeng.” Nia tertawa pelan seraya memperhatikan Ara yang sudah mulai bosan dengan suas
Gadis itu menoleh kepada Gilang “Aku pengennya malah melihat undangan karena penasaran dengan mempelai wanitanya.” Gilang langsung tertawa lebar dan segera mengajak gadis itu ke bagian lainnya. Setelah urusan di sana selesai mereka segera meninggalkan gedung dengan perasaan gembira bagi Gilang dan terluka bagi Ara.“Oh iya. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?” tanya Gilang saat mereka telah berada di dalam mobil.“Semua di handle bunda sama ayah. Kan mereka yang mengetahui calon menantunya itu.” Gilang malah tertawa lebar saat mendengar ucapan jutek gadis itu. Hingga mobil berhenti di pusat pembelajaan terbesar di kota Amsterdam.“Hari ini aku yang bayar semua keperluan kamu untuk pernikahan nantinya.” Gilang segera turun dari mobil dengan menggenggam tangan Ara.“Enggak perlu, Lang,” tolak Ara dengan senyuman getir nya. Andai calon suaminya adalah Gilang, pastinya dia akan sangat bahagia sekara
“Bagaimana jika ternyata memang aku pria misterius itu?” ucap Gilang balik bertanya. Dia juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Ara nantinya.“Pastinya bukan kamu Lang, karena aku tidak mau di duakan dengan wanita lain.”“Ini kan, jika seandainya Kia.”“Jika ternyata pria misterius itu adalah orang yang aku kenal secara dekat. Maka, tunggu saja pembalasan aku selanjutnya setelah menikah nantinya. Sekarang dia yang mengerjai aku, maka nantinya aku yang akan mengerjainya.” Ara tersenyum puas hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas dan wajahnya yang memancarkan kebahagiaan yang tiada duanya.Gilang bergidik ngeri saat melihat ekpresi gadis itu hingga dia terpikir sendiri tentang ucapan Ara.“Ya sudah, sekarang kita keluar sebentar. Aku ada janji dengan pihak WO dan mengurus semua keperluan pesta nantinya,” ucap Gilang kepada Ara yang langsung membuat gadis itu lesu. Baru juga