Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 52. Pemanjatan Terakhir

Share

bab 52. Pemanjatan Terakhir

last update Last Updated: 2024-12-24 14:34:18

Marco meletakkan dompet miliknya di pangkuan Rosna. “Uang itu buat ongkos kalian semua pulang. Tapi kalau masih kurang, kamu bisa ambil uang pakai kartu ATM.” Marco menyebut beberapa angka yang jadi nomor pin kartu ATM-nya.

“Bang, gimana kalau aku khilaf, lantas merampok isi rekeningmu?!” ucap Rosna.

Marco malah tertawa. “Uang di rekeningku paling juga tinggal duajuta. Sebagian besar uang sudah aku transfer ke rekening mamaku. Nanti jika aku bisa pulang dengan selamat, aku minta lagi uang itu ke mamaku.” Marco menatap Rosna.

“Tapi kalaupun kamu khilaf mengambil uang di rekeningku, aku ikhlas. Aku anggap saja uangku diminta sama adikku, jadi nggak apa-apa, Rosna.”

“Nggak Bang, aku hanya bercanda. Hmmm, apakah… orang tua Abang tahu soal perjalanan ini?”

“Mereka pikir… aku lagi naik gunung, seperti biasanya.” Marco lantas pamit, mau mengecek peralatan panjat tebing yang dibawanya.

Rosna membuka dompet Marco, mengamati isinya. Ada KTP, KTM, KTA dari UKM Adventure, lalu beberapa buah pas
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mencintai Seorang Climber   bab 53. Hanya Syal yang Kubawa Pulang

    “Teriak aja, mudah-mudahan dia bisa dengar!” seru Silvi tak sabar. Gaung teriakan menyuruh Marco segera turun, memantul di dinding-dinding tebing. Karena terlalu banyak yang berteriak, gema suaranya jadi tidak karuan. “Andri, lo kan climber juga!” Silvi mendorong salah seorang saudara sepupunya. “Lekas lo manjat, susul Marco! Bilangin supaya dia lekas turun!” “Gue ngeri Vi….” “Ngeri?! Tapi lo sering bilang kalau lo itu climber andalan kampus lo? Dan lo nggak pernah gentar kalau disuruh memanjat?” “Maksud gue… nggak gentar memanjat climbing wall… gue belum pernah manjat tebing betulan….” “Kalau cuma manjat climbing wall, bocah SD juga bisa!” rutuk Silvi. Jarak yang ditempuh Marco sudah terlalu tinggi, dan sepertinya Marco tidak bisa mendengar teriakan dari bawah. Dia terus saja merayap naik. Lajunya terhenti oleh sebuah roof (tonjolan tebing yang mirip atap). Dia memasang beberapa anchor pada roof itu. Setelah tambatan itu dirasanya kuat, dia segera menaikkan lagi tubuhnya hing

    Last Updated : 2024-12-26
  • Mencintai Seorang Climber   bab 54. Kamu Tidak Akan Hilang dari Kami

    Marco masuk ke homebase, lalu meletakkan bungkusan plastik besar di atas meja. “Berat juga nih barang.” gumam Marco. “Apaan tuh?” tanya Cepi seraya menghampiri bungkusan itu, hendak membuka, namun tangan Marco menahannya. Cepi hanya bisa meraba-raba plastik pembungkus, untuk mencari tahu benda apa yang dibungkus itu. Cepi terbelalak saat jarinya merasakan ada beberapa berkas tebal yang masing-masing disampul hard cover. “Ini skripsi?” Cepi menatap Marco. “Lo sudah bikin skripsi?!” Nada suaranya mulai panik. “Katanya lo mau barengan nyusun skripsi dengan gue, terus kita wisuda bareng tahun depan!” “Ya gimana dong? Gue pingin cepat kelar kuliah.” jawab Marco. “Lo nggak bilang-bilang kapan nyusunnya, tahu-tahu skripsi lo udah jadi! Kalau begini, gue yang paling telat, dan … gue nggak ada teman lagi dong! Gimana neeeh?” Marco memandang isi homebase. Beberapa foto masih terpajang. Diambilnya foto Raymond, dengan syal miliknya, dibersihkannya pigura dan kaca foto itu dari debu yang

    Last Updated : 2024-12-27
  • Mencintai Seorang Climber   bab 55. Kabar Duka

    season 2 Maryam berjalan ke luar dari ruang Admik sambil mengepit map berisi ijasah. Tiga minggu setelah wisuda, Maryam kembali ke kampus, tujuannya untuk melegalisasi foto copy ijazahnya. Dia akan melamar kerja. Hari itu dia sudah menyerahkan beberapa lembar copy ijazah ke petugas Admik. Nanti petugas Admik yang akan mendata nama alumni, lantas mengirimkan copy ijazah ke meja dekan.Maryam menuju markas para aktivis dakwah kampus, yaitu sebuah ruangan kecil di samping masjid kampus. Beberapa mahasiswi berjilbab memberinya selamat atas kelulusannya sebagai Sarjana Pendidikan. Maryam tertegun saat membaca tulisan pada sebuah kertas yang tertempel di papan tulis. Isinya pemberitahuan meninggalnya seorang alumni.“Nabila meninggal? Innalillahi… kasihan Hanif, padahal mereka baru menikah….” Maryam mengusap matanya yang berkaca-kaca. "Kabar itu sudah disebar di grup WA. Apakah Kak Maryam baru tahu?""Iya. Mungkin saya luput membaca kabar itu di grup WA." jawab Maryam dengan rasa sesal.

    Last Updated : 2024-12-30
  • Mencintai Seorang Climber   56. Butik

    Marco bicara pada Maryam, “Aku lagi naik motor, berpapasan dengan motornya Hanif di lampu merah Jl. Pasirkaliki. Aku lihat ada cewek di boncengan motornya. Entah Hanif nggak melihat aku, entah pura-pura nggak melihat. Saat aku belok mau terus ke Jl. Sukajadi, dia belok ke restoran fast food.” “Cewek itu pasti Latifa, adiknya.” Maryam tidak mau suudzon terhadap rekannya di organisasi dakwah kampus.“Latifa kan, pakai jilbab. Nah, cewek yang dibonceng si Hanif itu nggak pake jilbab. Gebetannya yang baru, mungkin. Istrinya baru beberapa hari meninggal karena kecelakaan lalu lintas, dia sudah membonceng cewek. Setia banget si Hanif ya?” Ucapan Marco terdengar sinis.“Ah, kayaknya nggak mungkin Hanif boncengan motor dengan perempuan bukan muhrim. Cewek itu pasti kerabatnya.”“Ah, mungkin aja! Laki-laki lajang mah di mana-mana juga nyaris sama, kalau ada cewek yang mau nyangkut, ya digaet juga!”“Apakah kamu juga seperti itu?” Maryam cemberut.“Seperti apa? Maksudmu boncengan motor dengan

    Last Updated : 2024-12-31
  • Mencintai Seorang Climber   bab 57. Razia Narkoba

    Maryam sudah pernah datang ke rumah keluarga Marco. Usai Maryam diwisuda, papanya Marco yang mengundang Maryam beserta orang tuanya untuk makan siang di rumahnya. Marco menjemput Maryam sekeluarga dari lokasi wisuda. Saat itu ibunya berbisik, bahwa rumah mereka di Cirebon masih lebih kecil daripada dapur di rumah keluarga Marco.Rumah Maryam dihuni oleh enam orang, jika semua berkumpul. Sedangkan rumah Marco yang gede banget itu, lebih sering dihuni sama pembantu dan satpam. Kedua orang tua Marco sering bepergian untuk urusan bisnis. Kedua orang kakak Marco sudah berkeluarga, dan punya rumah sendiri. Adik Marco kuliah di luar negeri. Sedangkan Marco, lebih sering avonturir ke gunung, atau tidur di homebase pencinta alam di kampus. Katanya malas di rumah, sepi banget.Dulu Maryam tidak percaya, kok, punya rumah tapi jarang dihuni? Setelah melihat situasi rumah Marco, barulah dia bisa maklum, kenapa Marco malas pulang ke rumahnya sendiri. Itu juga sebabnya, Marco memutuskan untuk menik

    Last Updated : 2025-01-03
  • Mencintai Seorang Climber   bab 58. Terhalang Konvoi

    Maryam sedang belajar stock opname di outlet BSM, saat ponsel milik Wati bernyanyi. Wati menyuruh Maryam melanjutkan pengecekan barang, sementara dia menjawab panggilan dari ponsel.“Lo harus tegas! Ini demi masa depan lo sendiri!” Itu sekelumit ucapan Wati yang tertangkap oleh telinga Maryam. “Lo mau status lo terus saja nggak jelas?”Maryam berpindah ke bak obralan, lalu kembali menghitung. Rumit, karena pakaian yang masuk katagori obralan biasanya teraduk-aduk dalam wadahnya. Padahal pakaian-pakaian itu berasal dari pemasok yang berbeda-beda, dan tentu saja mempunyai kode yang berbeda. Dengan telaten, Maryam melipati baju-baju itu, ditumpuk berdasarkan kode pemasoknya, supaya lebih mudah dihitung.Wati masih bicara via ponsel. “Kalau cara yang lo tempuh kemarin itu ternyata nggak juga berhasil membuat dia bereaksi sesuai keinginan lo, maka menurut gue sih, lo harus menguji dia! Supaya lo tahu, apa artinya diri lo buat dia!”Maryam berpikir, mungkin Wati dan temannya itu lagi berdis

    Last Updated : 2025-01-04
  • Mencintai Seorang Climber   bab 59. Room Service

    Beberapa pengunjung Pink Flower Salon and Bridal yang sedang menunggu giliran, menoleh ke arah Maryam yang tiba-tiba saja membuka pintu salon itu.“Permisi.” Maryam memasuki salon. Dia menatap orang-orang yang sedang duduk di sebuah ruangan seperti lobi, karena di situ tampak seperti ruang tamu, dengan meja resepsionis.Para customer salon itu tampak tak peduli pada orang yang baru datang, mereka kembali pada aktivitas awal mereka, main hape.“Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis.“Ehm, di sini… potong rambut sama perempuan, kan?” tanya Maryam.“Bisa Mbak, tapi… saat dipotong nanti mungkin rambutnya dilihat sama banyak orang juga, cewek cowok. Nggak ada ruang khusus buat muslimah.” tutur resepsionis itu.Maryam tidak berminat memotong rambutnya, dia cuma penasaran, betulkah orang yang sekilas dilihatnya masuk ke salon itu, adalah Marco? Atau cuma mirip? Namun, setelah disusul masuk ke dalam salon, ternyata Maryam tidak melihat sosok Marco di antara orang-orang yang sedang dudu

    Last Updated : 2025-01-09
  • Mencintai Seorang Climber   bab 60. Bridal yang Dirampok

    “Perampokan atau pembunuhan?” “Perampokan disertai dengan pembunuhan!” Ipda. Binsar berusaha menjelaskan kepada komandannya di Satuan Reskrim, seorang perwira menengah berpangkat AKBP. Hari itu Binsar baru saja mendatangi sebuah bridal yang berlokasi di Jl. Riau, yang tadi malam disatroni perampok. Bahkan ada korban jiwa.Binsar memberikan laporan lisan kepada atasannya. “Tadi pagi sekitar pukul 09:00, seorang satpam yang biasa bertugas di Pink Flower Bridal and Salon, membuka rolling door bridal itu. Biasanya office boy yang membuka rolling door. Tapi hingga jam 09:00, rolling door masih juga tertutup. Akhirnya satpam membukanya dengan kunci cadangan. Dia lalu mencari si office boy, dipikirnya sakit.” “Saat tiba di kamar yang biasa ditempati oleh office boy, satpam itu menemukan office boy dalam kondisi tergeletak di tempat tidur, dengan lidah terjulur, dan bekas jeratan tali di leher. Satpam itu segera menelepon pemilik bridal, lalu menelepon polisi. Setelah polisi datang, offic

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 69. Menghindari Marco

    Polisi penyidik kasus pembunuhan, Inspektur Ekky Wahyudi masih berdiskusi dengan Kasat. Reskrim yang jadi atasannya di Satuan Reserse Kriminal. Kasat. Reskrim berujar, “Jadi kesimpulannya, Marco dan Lyla datang ke hotel itu dengan mengendarai mobil masing-masing, dan check in di kamar yang berbeda? Kencan macam apa itu?” Ekky menjawab, “Di hadapan polisi, Marco cuma mengatakan bahwa pada hari Rabu malam itu dia bersama Lyla di Hotel Paradise on The Hill. Berikut bukti-bukti tertulis atas keberadaan Lyla di hotel itu. Suite room itu sudah dipesan oleh Lyla sehari sebelum kedatangannya. Lyla juga melakukan reservasi untuk sarana spa. Ada catatan transaksi dengan kartu kredit atas nama Lyla, di kafe dan spa, yang lokasinya juga masih di hotel itu. Transaksinya berlangsung pada Rabu malam, antara pukul 21:35 – 23:05.” “Jadi Lyla pergi ke spa pada malam hari?” “Pada siang hari para eksekutif muda sibuk bekerja. Pada malam hari barulah mereka bisa melakukan perawatan tubuh, sambil sekal

  • Mencintai Seorang Climber   bab 68. Masih Mengejar Maryam

    Setelah Furqon mengeluarkan semua beban di perutnya, dia lantas menyeduh teh manis panas, lalu duduk di ruangan kerja Hanif sambil membawa cangkirnya.“Sudah ente berikan, copy transkrip nilai punya Maryam kepada Marco?” tanya Furqon.“Memangnya harus?” Hanif tersenyum. “Masih ada di mapku, nanti sore aku mau mengunjungi Maryam.”“Ente mau berta'aruf dengan Maryam? Nif, aku kasi saran, cari cewek lain saja, cari muslimah lain. Yang lebih cantik dari Maryam juga banyak!”“Yang lebih cantik dari Maryam banyak ya, di mana?”Furqon menyeringai. Di mata para ikhwan kampus, Maryam adalah akhwat yang nyaris sempurna. Maryam itu cantik, berkulit kuning langsat, tinggi semampai, cerdas, shalihah, pintar masak pula, benar-benar calon istri idaman dari banyak ikhwan. Sayangnya ada kendala berat yang membuat banyak ikhwan mundur. Kendala itu bernama Marco.“Kalau ada ikhwan yang mau berta’aruf dengan Maryam, langsung saja teman-teman Maryam bilang, mending cari akhwat yang lain aja deh, daripada

  • Mencintai Seorang Climber   bab 67. Tidak Mau Bertemu

    Hanif secara sengaja memperlihatkan berita online yang sedang dibacanya, pada Marco. Berita tentang Lyla dan kasus pembunuhan di bridal, tidak akan membesar, andai status Marco bukan putra Ardianto Wiratama, seorang pengusaha dan politikus yang siap ikut Pilkada. Dalam berita itu bahkan ditampilkan bukan cuma foto, melainkan rekaman video saat Marco berjalan ke luar dari kantor polisi, dan Lyla mengekor di belakangnya. Lantas keduanya menaiki mobil milik Marco.Hanif bicara, “Aku sudah bolak-balik melihat video ini, tapi wajah ini memang mirip denganmu, Marco. Apakah pria di video ini memang kamu?” Marco belum menjawab.Hanif bicara lagi, “Menjelang menikah memang terkadang banyak godaan, aku juga mengalaminya.” Hanif tersenyum. “Tapi kalau sampai selingkuh dengan wanita lain, itu sih, bukan godaan lagi! Itu pengkhianatan, dan pelecehan terhadap komitmen untuk menikah!”“Masa bodoh kalau lo percaya sama berita sampah itu! Sekarang berikan copy transkrip nilai punya Maryam, kare

  • Mencintai Seorang Climber   bab 66. Ada Wanita Lain

    Maryam kaget saat membuka pintu kamar kosnya yang barusan diketuk. Hanif berdiri di teras kamarnya. “Akhi, saya sudah membaca suratmu. Saya betul-betul minta maaf….” “Saya sudah tahu, dari Latifa. Tidak perlu merasa bersalah, Ukhti. Saya datang ke sini cuma ingin membuktikan sebuah dugaan. Kamu akan menikah dengan Marco, kan?” “Kenapa Akhi menduga begitu?” “Kamu bilang sudah dilamar oleh seseorang, adikku pikir itu cuma dalihmu untuk menolak saya. Tapi saya percaya dengan ucapanmu, dan saya tidak bisa memperkirakan laki-laki lain, kecuali Marco, dia kan, yang selama ini selalu mendekati kamu?” Akhirnya Maryam mengangguk. “Kapan kalian akan menikah?” “Insya Allah bulan depan. Tapi berita ini jangan dulu disebarkan pada orang lain.” “Takut batal?” Hanif menatap Maryam. “Kamu merasa sudah mantap, Ukhti? Apapun yang terjadi, kamu akan tetap menikah dengan dia?” “Insya Allah.” Hanif mengambil beberapa lembar kertas dari dalam plastik yang sejak tadi dijinjingnya. “Saya berlangg

  • Mencintai Seorang Climber   bab 65. Lamaran Untuk Maryam

    “Maryam….”“Ya?” Maryam menoleh ke arah Marco, setelah beberapa langkah berjalan.“Sini, aku harus ngomong sesuatu….”Maryam kembali menghampiri Marco yang masih berdiri di teras homebase.“Ehm… gimana cara ngomongnya ya?” Marco berpikir sebentar. “Pokoknya begini Maryam, kalau besok lusa ada kejadian yang berkaitan denganku … yang mungkin bakal membuat kamu bingung, sedih, kecewa… aku mohon, kamu harus tetap percaya padaku, tidak meragukan aku sedikitpun, ya?”“Ada kejadian apa sih, Bang?” Tiba-tiba Maryam merasa ada firasat buruk.“Apapun itu, kuharap kamu tidak terpengaruh, dan tetap percaya padaku.”“Bagaimana aku bisa mengantisipasi apa yang bakal terjadi, kalau kamu nggak mau bilang, ada masalah apa sebenarnya?”“Saat ini aku belum bisa bilang apa-apa Maryam….”“Jadi gimana dong?” Maryam makin bingung.“Kamu harus tetap percaya padaku, dan tidak berubah pikiran dengan rencana kita, itu saja yang aku minta.”Maryam cuma bisa mengangguk-angguk, tapi tidak mengerti. Lalu dia pamit

  • Mencintai Seorang Climber   bab 64. Urusan Transkrip Nilai

    “Assalamualaikum, Ukhti Maryam, senang bertemu denganmu lagi.” Maryam menjawab salam dari Hanif yang berdiri di teras kantor Fakultas Kependidikan, tempat Maryam baru saja mengambil berkas transkrip nilainya. “Senang ya, begitu lulus, Ukhti bisa langsung mendapat pekerjaan, di tempat yang cocok buat Ukhti, sehingga bisa tetap berbusana muslimah dengan benar.” “Ya, alhamdulillah, ada teman yang memberi info soal lowongan kerja di butik itu.” jawab Maryam. Teman yang dia maksud tentu saja Marco. Namun, dalam pikiran Hanif, teman yang dimaksud oleh Maryam itu adalah seorang muslimah, rekan Maryam di kampus, atau mungkin di pengajian. Karena butik identik dengan wanita, yang ngasi info pasti seorang wanita. Maryam bicara lagi, “Saya mau ke tempat kerja. Tadi pagi minta izinnya cuma untuk beberapa jam saja. Permisi ya Akhi Hanif.” “Kantormu di butik Jalan Dago itu, kan? Saya juga mau ke Jalan Dago, ada klien yang harus saya temui di sana. Mau bareng, Ukhti? Saya naik mobil nggak send

  • Mencintai Seorang Climber   bab 63.

    Kemungkinan seperti yang dipaparkan oleh Lyla memang ada, dan wajar, pikir Inspektur Ekky. Namun, sebagai reserse, dia tidak mau kalah bicara oleh orang yang sedang diinterogasinya.“Anda memperlihatkan sikap yang tidak suka kepada Pak Jacob, padahal beliau itu tetangga Anda yang tokonya paling dekat dengan lokasi usaha Anda.”“Justru Pak Jacob yang sepertinya tidak suka sama saya! Mungkin karena dia gagal dapat komisi, temannya kan, batal mengontrak lokasi itu, karena pemiliknya lebih memilih saya untuk menyewa tempatnya.”Ekky manggut-manggut, lalu melihat catatannya. “Kami sudah menanyai beberapa orang, tentang aktivitas Anda pada hari Rabu. Anda datang ke bridal itu pada pukul 10:00. Lalu pergi dari bridal, pada pukul 16:00, betul begitu?”“Ya.”“Setelah pukul 16:00 itu, Anda ada dimana?”“Saya pulang ke apartemen saya.”“Anak buah saya sudah mengecek ke apartemen tempat Anda tinggal. Sebetulnya Anda tinggal sendirian, kan? Ternyata sudah seminggu ini, orang tua Anda datang, dan m

  • Mencintai Seorang Climber   bab 62. Miss Lyla

    Pemilik Pink Flower Bridal and Salon adalah seorang wanita muda, cantik, dan tinggi semampai. Bernama Lyla Lisnasari, usianya 25 tahun. Saat datang ke Mapolrestabes Bandung, dia tampak bingung, tertekan, dan sedih. “Apakah bridal dan salon itu milik Anda, atau milik seseorang dan Anda cuma mengelolanya saja?” tanya penyidik utama untuk kasus pembunuhan di bridal, yaitu Iptu. Ekky Wahyudi. “Tentu saja milik saya sepenuhnya!” jawab Lyla. “Saya dapat warisan dari kerabat saya. Ada seorang bibi saya yang wafat dalam kondisi tidak punya anak, dan suaminya juga sudah lama meninggal. Beliau meninggalkan wasiat supaya hartanya dibagi-bagikan kepada beberapa orang keponakannya. Warisan bagian saya, lalu saya jadikan modal usaha.”Lyla lanjut bertutur, “Mula-mula saya buka salon kecil. Saya punya banyak pelanggan yang mempercayai saya. Mereka memberi banyak order sebagai MUA, dan memberi saran untuk pengembangan usaha perangkat pernikahan dan wedding organizer. Saya pinjam uang pada beberapa

  • Mencintai Seorang Climber   bab 61. Mati lampu

    Jenazah Sobar, office boy di Pink Flower Bridal and Salon, sudah dibawa oleh keluarganya untuk dimakamkan di kampung halamannya. Sementara polisi memanggil beberapa orang ke Markas Polrestabes Bandung untuk dimintai keterangan seputar kasus perampokan disertai pembunuhan itu. Jalan Riau adalah ruas jalan yang cukup panjang. Para penyidik meneliti lokasi TKP di Jalan Riau, dari berbagai sudut pandang. Juga meneliti rekaman dari beberapa CCTV milik Dinas Perhubungan yang terpasang di ruas Jalan Riau. Rekaman CCTV cukup buram karena pada malam kejadian, Jalan Riau diguyur hujan deras, walau tidak lama. Ketika hujan deras itu, ada kilat menyambar sebatang pohon di Jalan Riau, sehingga mematahkan dahan besar dari pohon itu. Dahan besar tersebut cukup tinggi, saat hendak jatuh sang dahan membawa serta kabel listrik yang melintang di dekatnya. Kabel listrik putus, sehingga memutuskan aliran listrik di kawasan itu selama hampir lima jam. Teknisi PLN berhasil memperbaiki, dan listrik kemba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status