Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 43. Pelaku Tabrak Lari

Share

bab 43. Pelaku Tabrak Lari

last update Last Updated: 2024-12-13 03:55:16

Polisi meminta izin untuk memeriksa kendaraan milik keluarga Ronald Sanjaya, tapi ada penolakan keras.

“Anak saya sudah mati, kenapa masih difitnah sebagai pelaku tabrak lari?” Begitu tanggapan Ronald. “Bilang sama keluarganya si Marco, jangan karena Raymond sudah meninggal, lantas semua tuduhan bisa dilempar ke sini, karena orang mati tidak bisa membela diri! Saya tidak rela, anak saya yang sudah tiada, terus saja dikejar dengan berbagai tuduhan keji!”

Polisi mengeluarkan bukti baru, yaitu kwitansi tanda terima pembayaran dari Raymond, untuk perbaikan mobil. Pada kwitansi itu, ada tanggal Raymond mengirimkan mobilnya untuk diketok bagian depannya yang penyok. Tanggal yang tercantum adalah dua hari setelah kejadian tabrak lari itu. Mobil itu selesai diperbaiki dan diambil lagi oleh Raymond, tiga hari kemudian dari tanggal masuknya. Ironisnya, kwitansi itu diperoleh polisi dari bengkel Black Falcon! Jadi… Raymond memperbaiki mobilnya di bengkel Black Falcon.

Akhirnya polisi berhasi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mencintai Seorang Climber   bab 44. Merasa Ditinggal sendiri

    Maryam keluar dari ruang sidang. Hari itu dia sudah dinyatakan lulus sebagai Sarjana Pendidikan. Perasaan tegang akibat barusan dicecar berbagai pertanyaan oleh tim penguji, masih menyelimutinya. Maryam duduk di teras, menenangkan diri. Sementara seorang lagi rekannya barusan masuk ke dalam ruang sidang. Hari itu memang ada puluhan mahasiswa FKIP dari berbagai jurusan yang skripsinya disidangkan. “Kalau ingat bagaimana Bapak dan Emak pontang-panting cari uang ke sana ke mari untuk biaya kuliahku di tahun pertama… rasanya aku nggak percaya, akhirnya aku jadi Sarjana dalam waktu 4 tahun.” Maryam mengusap matanya yang basah dengan ujung jilbab. Dia bahagia, bisa ikut diwisuda bulan depan, yaitu di awal Agustus. Apa rencana hidupnya setelah lulus kuliah? Tentu saja bekerja. Jika kelak dirinya mendapat pekerjaan yang sesuai pendidikannya, dengan gaji yang memadai pula, dia sangat bersyukur. Namun, Maryam berusaha realistis. Zaman sekarang lapangan kerja sulit didapat, saingan banyak, k

    Last Updated : 2024-12-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 45. Hanya Mimpi

    Cepi menepuk-nepuk pundak Marco. “Jangan terus-terusan parno! Nggak bakalan ada lagi yang membubuhkan racun! Kita duduk di tenda Mang Sueb, lo harus pesan jus alpukat dan bakso! Lo harus menghilangkan rasa takut, rasa trauma, dan memakannya sampai habis! Kalau lo nggak mau… berarti lo nggak punya nyali lagi!”“Males ah!” jawab Marco.“Jam begini biasanya jam istirahat murid SMP yang sekolahnya di dekat kampus kita, mereka suka jajan juga di warung tenda itu. Ayo kita cuci mata!”Marco akhirnya berdiri. “Okeh lah kalau begitu!”“Dasar buaya darat! Anak SMP mau dicaplok juga!” omel teman-temannya yang wanita.Maryam menatap punggung Marco dan Cepi yang semakin menjauh. Barusan Marco tampak sedih, tapi itu karena bakal kehilangan banyak teman yang sudah duluan lulus, bukan karena kehilangan seorang Maryam. Pikir Maryam, berusaha menerima kenyataan, sebentar lagi Marco bakal hilang dari hari-harinya.Senja turun, aktivitas di kampus surut. Ruang-ruang kuliah senyap, perpustakaan telah tut

    Last Updated : 2024-12-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 46. Cara Melamar

    "Begini Maryam, bagaimana kalau bapak melamar kamu?""Hah?" Maryam terperanjat dengan ucapan lewat telepon itu. “Tentu saja bukan buat Bapak, tapi buat anak Bapak.” “Tapi… tapi…” “Kenapa? Kamu tidak mau menikah dengan Marco?” “Tapi… bukankah hal seperti ini harus dibicarakan dulu dengan yang bersangkutan?” Maryam tergagap. “Memangnya Marco tidak pernah ngomong apa-apa sama kamu? Bapak kira, dia sudah pernah bilang bahwa dia menyukai kamu, menyayangi kamu, mencintai kamu, dan ingin membina rumah tangga denganmu.” Maryam memejamkan mata, tenggorokannya seperti tersedak oleh rasa haru yang menyeruak. Diingat-ingatnya lagi, kapan Marco pernah bicara begitu? Kayaknya sih… malah sering! Tapi ngomongnya sambil cengengesan, dan nggak mengenal tempat! Kadang Marco bicara di kantin, di perpustakaan, di ruang kuliah, di homebase, bahkan di angkot! Dasar gila! Jadi selama ini Maryam menganggap semua omongan itu sebagai guyonan yang kelewatan! Ternyata…. “Kamu ingin memikirkannya, dan bicar

    Last Updated : 2024-12-16
  • Mencintai Seorang Climber   bab 47. Ragu

    “Begini Maryam, di daftar kontak ponselku, huruf M itu hanya untuk mamaku, karena aku khawatir salah pencet, salah sambung. Mau menelepon teman, malah memilih kontak mama, atau sebaliknya. Jadi semua kontakku yang namanya berawal huruf M, aku save di huruf yang lain, termasuk nama kamu." Maryam menukas, "Kamu bisa pakai nama panjangku untuk kontak telepon. Kenapa malah pakai nama Gadis Pantura?" "Oh iya, nama panjangmu Syifa. Di daftar kontakku sudah ada nama Syifa, sepupuku. Karena kamu orang Cirebon, aku namakan kontakmu itu Gadis Pantura. Tapi kalau kamu nggak suka, nanti aku ganti nama kontak itu.” Lantas Marco memperlihatkan daftar kontak di ponselnya. Pada huruf M memang hanya ada satu kontak, Mama. “Nggak perlu diganti, aku nggak apa-apa. Maaf, kalau aku baru paham alasanmu.” “Ya sudah, aku pulang dulu ya.” Lantas Marco menyodorkan kantong plastik hitam yang sejak tadi dipegangnya. “Ini buat kamu, boleh dibagi-bagi dengan temanmu.” Maryam melihat isi kantong plastik itu,

    Last Updated : 2024-12-18
  • Mencintai Seorang Climber   bab 48.

    Silvi bicara pada Windy. “Begini Win, menjelang tahun baru Islam nanti akan ada acara bersih-bersih masjid kampus. Ada yang bersihin bagian atas, ada yang bersihin bagian bawah. Entah berapa orang tim kebersihannya, tapi yang mau manjat ke atap dan menara jumlahnya 10 orang.""Terus kamu mau nyuruh aku ikutan bersihin masjid kampus?" tanya Windy."Bukan begitu. Tim kebersihan itu harus kita perhatikan, dengan cara memberi konsumsi. Yang mengkoordinir acara kebersihan itu memang aktivis masjid kampus, tapi aku nggak tega kalau sampai mereka merogoh uang kas masjid untuk memberi makan dan minum buat tim kebersihan itu. Jadi aku minta kamu yang menyediakan konsumsi buat mereka.” Windi tertegun. Memberi konsumsi buat tim kebersihan masjid, yang jumlahnya sekitar 20 orang… tidak akan habis uang sampai satujuta rupiah. “Cuma itu yang lo minta? Lo nggak minta sesuatu buat diri lo sendiri?” Windy tak percaya. “Ya, biarlah uang itu untuk masjid, supaya jadi amal baik buat lo.” Windy memel

    Last Updated : 2024-12-19
  • Mencintai Seorang Climber   bab 49. Kesepakatan Melalui Climbing

    Marco bicara pada ibunya Silvi, yang bersikukuh bahwa Marco adalah penyebab anaknya tewas saat Panjang tebing.“Saya akan memanjat Tebing Lawe, tanpa bantuan belayer. Saya akan memanjat sendiri. Kalau saya bisa turun lagi dari Tebing Lawe dengan selamat, itu adalah takdir yang harus diterima dengan lapang dada oleh Ibu sekeluarga. Berarti belum saatnya saya mati. Dan Ibu sekeluarga juga tidak boleh lagi memperpanjang masalah ini, baik dengan saya, atau dengan keluarga saya, dan juga dengan keturunan saya kelak. Bagaimana, Ibu sepakat?” “Hmmm… baiklah.” Bu Sofie mengangguk-angguk puas.“Ibu… jangan Bu….” Silvi memegang tangan ibunya. “Kita lupakan saja….”“Lupa? Bagaimana bisa? Karena Tonny meninggal, keluarga kita jadi berantakan! Kamu juga sempat berurusan dengan polisi, gara-gara laki-laki b@jin9an itu!”“Marco, jangan gila! Kamu mau mati konyol ya?!” ujar Maryam, air matanya sudah berlinang menuruni pipi.Marco tidak bicara lagi, dia berjalan tergesa menuju halaman depan. Tak lama

    Last Updated : 2024-12-20
  • Mencintai Seorang Climber   bab 50. Aku Mau Mati Sebagai Climber!

    Marco sudah terlebih dahulu mengajukan izin tertulis kepada aparat setempat, izin untuk camping. Beberapa orang sepupu Silvi yang ikut serta, rupanya sudah terbiasa avonturir. Mereka membawa dua buah tenda, dan mendirikannya dengan cekatan. Sedangkan Marco tetap tak ingin bergabung. Dia membangun bivak di bawah pohon, beratapkan ponco yang dibawanya. Keluarga Silvi duduk berkumpul mengelilingi api unggun, sambil makan malam, dan ngobrol. Sementara Marco duduk sendirian di bawah pohon. Dia membaca Al Quran kecil berikut tafsir, dengan penerangan senter. Rosna ikut duduk makan malam bersama keluarga Silvi. Hingga Rosna melangkah memasuki tenda khusus perempuan, untuk tidur, dia masih melihat Marco duduk membaca. Hingga beberapa saat Rosna belum bisa memejamkan mata, soalnya di dalam tenda itu tidak nyaman. Rosna tidak kebagian tempat di atas kasur lantai yang digelar dalam tenda. Rosna juga tidak kebagian matras. Sedangkan alas tenda tipis. Rosna memang pakai jaket, tapi punggungn

    Last Updated : 2024-12-22
  • Mencintai Seorang Climber   bab 51. Mungkin Aku Tidak Pulang

    Ibarat orang gila, Marco berteriak-teriak panik, membangunkan semua orang yang masih meringkuk dalam tenda ataupun sleeping bag. Beberapa menit kemudian belasan climber itu sudah berpencar di sepanjang kaki tebing lawe, sambil menengadah ke atas, memandang lewat teropong. “Itu dia! Tonny naik di jalur yang belum pernah dipanjat!” Semua climber berkumpul di bawah salah satu dinding. Mereka menengadah, menahan napas, menyaksikan Tonny yang merayap naik, berusaha melewati sebuah tonjolan tebing. Jaraknya dengan tanah sudah cukup tinggi, mungkin lebih dari 50 m. Tampaknya Tonny memanjat sejak matahari mulai terbit. “Aku akan susul dia!” Marco memasang harness pada tubuhnya, lalu mencantolkan beberapa buah karabiner pada harness, membawa beberapa buah piton dan martil khusus buat manjat tebing. Tak lupa dia membawa sebotol air minum, lalu sekantong tepung magnesium karbonat untuk melumuri tangan jika licin oleh keringat. Terakhir dikenakannya helm khusus buat manjat tebing. Tambang ker

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 134. Tentang Ayam

    Seorang wartawan bernama Usman masuk ke kantor redaksi Koran online. Wajahnya memerah dan berkeringat, kepanasan. Dia turut rapat bersama wartawan lain dan pimpinan redaksi. “Bagaimana kasus flu burung di Ujungberung?” tanya Pemimpin Redaksi. “Ternyata bukan flu burung….” Usman melihat buku notesnya. “Sample darah ayam yang mati itu sudah diperiksa di lab. Veteriner milik Dinas Peternakan, dan menurut kepala lab. ternyata ayam itu mati karena keracunan arsenik.” “Hah?!” semua mulut ternganga. “Ya, begitulah…. si pemilik ayam mengira ada tetangganya yang sengaja meracuni ternaknya. Sedangkan pihak kelurahan dan beberapa peternak, mengira ada yang sengaja menebar racun untuk membuat kematian mendadak pada unggas itu, nanti dikira kasus flu burung, sehingga ternak ayam dari daerah itu tidak akan laku lagi di pasaran. Pokoknya, beberapa orang mengira ada indikasi persaingan dagang, dengan meniupkan isyu flu burung.” “Berapa ekor unggas yang mati itu?” tanya Pemimpin Redaksi lagi. “

  • Mencintai Seorang Climber   bab 133. Mencari Arsip dari Masa Lalu

    Malam itu di markas polisi Bandung, dua orang reserse sedang bercakap-cakap sambil makan bajigur dan kacang rebus. “Saya pikir omongan Mang Ucup perlu dicari juga kebenarannya. Menurut Mang Ucup, Zakki Wiratama pernah ditahan di kantor polisi, mungkin karena kebut-kebutan atau tawuran. Zakki memang membantahnya, tapi saya harus yakin. Saya ingin mencari arsipnya. Siapa tahu ada kaitannya dengan kasus keracunan massal ini. Mungkin saja kasus keracunan ini adalah balas dendam antar pribadi, bukan kasus keracunan yang tanpa sengaja dengan korban acak. Target pembunuhan sesungguhnya… mungkin memang anggota keluarga Wiratama.” tutur Ekky kepada Binsar. “Tapi Pak, korban tewas itu adalah anak yang usianya bahkan belum 5 tahun.” “Enam tahun lalu saya pernah mengusut sebuah kasus pembunuhan. Korban dan pelaku bertetangga, keduanya pria berusia 50 tahunan. Anak korban sempat mengancam kepada si pelaku dan keluarganya, di kantor polisi. Begini ancamannya, “Kalau kamu tidak dihukum minimal pe

  • Mencintai Seorang Climber   bab 132. Ningrum dan Fatimah

    Kasat Reskrim menanggapi asumsi Inspektur Ekky. “Lalu bagaimana dengan guru-guru lain, seperti Vera, Aisyah, Hamidah, apakah mereka itu juga mantan pacar Zakki Wiratama? Lalu Bu Ningrum yang usianya 48 tahun, apakah dia pernah juga punya love affair dengan Ardi Wiratama saat masih muda? Lalu bagaimana dengan kedua orang satpam, Roni dan Jon, mereka masih muda, apakah mereka itu mantan pacar anak perempuannya Ardi Wiratama?”Ekky tersenyum kecut, menggaruk hidungnya. “Mungkin ada hubungannya di masa lalu, tapi tidak selalu love affair. Mungkin saja … di antara para pegawai TKIT Bunga Bangsa, dulu ada yang pernah bertetangga dengan keluarga Wiratama…. lalu pernah cekcok dengan istrinya, atau anak-anaknya untuk sebuah urusan yang bikin sakit hati berkepanjangan?”“Hmmm… saya malah kepikiran omongan Mang Ucup. Katanya Zakki Wiratama pernah ditahan polisi, untuk kasus apa?” tanya Kasat Reskrim.“Mungkin karena kebut-kebutan, atau tawuran antar sekolah. Untuk kasus seperti itu biasanya oran

  • Mencintai Seorang Climber   bab 131. Mantan Pekerja

    Ekky kemudian pamitan pada guru TK itu. Di luar kompleks perumahan tempat TK itu berada, dia menghentikan motor, lalu mengambil ponselnya. Ekky menghubungi Zakki Wiratama. “Maaf jika saya mengganggu. Barusan saya dari TKIT Bunga Bangsa. Seorang guru melihat Pak Zakki bicara dengan Mang Ucup, tukang kebun sekolah TK itu, pada saat acara gathering. Apakah Pak Zakki kenal dengan Mang Ucup?” tanya Ekky.“Ya, Mang Ucup pernah bekerja selama tiga tahun di rumah keluarga saya, sebagai tukang kebun. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu Mang Ucup keluar kerja.”“Kenapa dia keluar kerja?” tanya Erick.“Kami memergokinya sering mencuri.” jawab Zakki.“Apa yang dicurinya?”“Pada mulanya Mang Ucup hanya mengambil barang-barang bekas, seperti kayu-kayu sisa membangun rumah, pipa paralon sisa, koran dan majalah, barang elektronik bekas, tapi dia ambil dengan tanpa permisi. Mungkin karena yang diambil itu barang yang sudah tidak dipakai lagi, orang tua saya membiarkannya saja.""Lantas bagaimana?""Mun

  • Mencintai Seorang Climber   bab 130. Cara Makan Black Forest

    Nyonya Dita masih berada di markas polisi, sedang menghadapi berbagai pertanyaan dari penyidik.“Apakah Anda dan putra Anda sama sekali tidak mengalami muntah, pusing, kejang-kejang, diare, air liur keluar berlebihan?” tanya petugas dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang masih berada di ruang penyidik. Tampaknya dia sangat penasaran, di mana tepatnya racun itu dibubuhkan.“Tidak.” jawab Dita.“Berapa potong Anda makan black forest?” tanya petugas itu lagi.“Saya dan anak saya masing-masing makan satu potong.”Para penyidik dan petugas BPOM itu terdiam sejenak, bingung, karena banyak peserta gathering yang mengaku cuma makan sepotong black forest, tapi mengalami keracunan juga. Apakah tubuh Dita dan anaknya kebal terhadap arsenik? Atau … Dita dan anaknya kebagian kue black forest yang tidak mengandung racun arsenik? Apakah ini hanya kebetulan saja Dita beruntung? “Bagaimana cara Anda memakan kue black forest itu?” tanya Inspektur Ekky, daripada diam, padahal sebetulnya d

  • Mencintai Seorang Climber   bab 129. Dari Mana Asal Racun?

    Zakki Wiratama datang ke kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya. Pada saat itu, di kantor polisi sedang ada seorang petugas laboratorium dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang kelak akan diminta menjadi saksi ahli atas kasus keracunan arsenik yang menewaskan Valentina. Petugas BPOM itu turut menyimak tanya jawab antara penyidik dengan Zakki, selaku orang tua korban.“Apakah putri Anda memakan kue black forest lebih banyak daripada anak-anak lain, sehingga lebih banyak racun yang masuk ke tubuhnya? Cuma Anda yang tahu, apa saja yang dimakan oleh Valentina dalam acara gathering itu.” tanya Inspektur Ekky Wahyudi.“Memangnya anak-anak lain makan berapa potong?” Zakki balik bertanya.“Rata-rata makan dua potong, dan mereka semua bisa pulih dari keracunan.”Zakki tidak mengalami gejala keracunan. Seingat Zakki, saat mengambil hidangan dia mengambil sedikit lontong, lalu disiram kuah kari beserta sepotong ayam, dan kerupuk udang. Dia menyuapi Valentina dengan lontong kari it

  • Mencintai Seorang Climber   bab 128. Flu Burung

    Di sebuah kantor media online, beberapa wartawan sedang berkumpul setelah mencari berita. Biasanya mereka tidak perlu datang ke kantor, karena berita yang sudah ditulis dapat dikirim lewat e-mail. Namun seminggu sekali mereka berkumpul di kantor untuk berkoordinasi. Salah seorang wartawan adalah Nuri, seorang mahasiswi yang pernah satu kos dengan Maryam. Nuri adalah mahasiswi Fakultas Hukum yang sedang nyambi jadi wartawan media online untuk desk Hukum dan Kriminalitas.Rapat redaksi dimulai, berisi diskusi tentang beberapa kesulitan menembus berita di instansi tertentu. Selesai sharing soal kesulitan masing-masing wartawan, diskusi berlanjut dengan tanya jawab tentang berita yang sedang trending, yaitu kasus keracunan massal di TKIT Bunga Bangsa. Nuri yang turut meliput kasus keracunan massal itu, memaparkan hasil liputannya. Kemudian Pimpinan Redaksi beralih pada wartawan lain.Salah seorang wartawan cukup senior, bernama Usman, mendapat berita yang agak lain.“Kamu meliput apa, Man

  • Mencintai Seorang Climber   bab 127. Nama Zaki

    “Ada apa, Pak?” tanya Wawan, pada polisi senior itu, yang pangkatnya sama dengan dia, yaitu Inspektur Polisi Dua (Ipda.)“Nama yang sedang kalian bahas barusan, sepertinya saya pernah tahu ….” ucap polisi senior itu, namanya Ipda. Junaedi, bertugas di bagian humas.Binsar bertutur, “Ya jelas saja pernah dengar, bahkan mungkin tiap hari dengar! Ardi Wiratama itu kan, pengusaha dan politikus, rumahnya di Bandung, bisnisnya di Bandung. Hampir setiap hari kegiatannya diliput wartawan.” “Bukan Ardi Wiratama … tapi Zaki….” tukas polisi senior itu. “Dulu saya juga di Satuan Reskrim, di Polres. Rasanya saya pernah mengurusi kasus … yang berkaitan dengan nama Zaki.”“Zakki Wiratama?” tanya Binsar.“Banyak sih, nama Zaki yang pernah saya urusin kasusnya. Ada Zaki yang aktor film tertangkap basah saat lagi nyabu. Ada Zaki penyanyi dangdut yang rebutan anak dengan mantan istrinya, sampai saling lapor polisi. Ada Zaki dari TNI yang berantem dengan Satpol PP karena saat lagi asyik kencan dengan ce

  • Mencintai Seorang Climber   bab 126. Tuduhan Keji

    Marco dan Maryam berdiri saling berhadapan di depan pos satpam TKIT Bungan Bangsa. Wajah keduanya menyiratkan emosi yang ditahan.Marco bicara dengan nada lunak, tapi serius. “Begini Maryam, aku harus tahu yang sebenarnya terjadi tentang kasus keracunan itu. Kenapa Valentina meninggal, sedangkan anak-anak lain yang juga keracunan bisa pulih lagi? Kenapa dosis racun dalam darah Valentina jauh lebih tinggi daripada anak-anak lain? Apakah ada yang sengaja meracuni Valentina? Kenapa? Nggak mungkin karena dendam kepada anak sekecil itu. Tapi siapa tahu ada yang mencoba balas dendam kepada anggota keluargaku. Mungkin… karena sakit hati, merasa dipermainkan?”“Apa maksudmu?” Maryam mulai merasa tidak enak hati.“Siapa tahu…. kasus keracunan itu adalah sasaran balas dendam dari orang yang pernah sakit hati dengan sikapku.”“Mana aku tahu?! Kamu kan, memang sering menyakiti banyak orang!”“Maryam… ini cuma antara kita saja… apakah kamu yang sengaja melakukannya, untuk membalas perbuatanku?”“A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status