Kini Akira kembali membuka lemari bajunya, dia kembali menaruh baju yang tadi diberikan Dany. Karena menurutnya baju itu terlalu seksi, dia merasa tidak nyaman memakai baju crop dan rok mini. Apalagi nantinya mereka pergi bersama para pemuda.Setelah berpikir sejenak, dia memilih baju oversize hitam dan celana jeans pendek. Keluar dari kamar menuju kamar mandi, mencuci mukanya dan memakai sunscreen serta lipgloss. Sebelum keluar, dia mengenakan sepatu slip on berwarna hitam.Tak lama dia mulai menutup kembali pintu kamarnya, memastikan untuk memadamkan semua lampu di rumahnya, lalu melangkah menuju teras rumah.“Udah, sayang?” Argi yang pertama kali melihatnya, karena sedari tadi fokusnya hanya ke arah dalam rumah, menunggu dengan sabar kehadiran gadis pujaannya keluar dari sana.Akira mengangguk dan tersenyum tipis, kini dia melayangkan pandangannya ke arah depan gerbang rumah, mencari keberadaan Anggara. Namun sepertinya posisi Anggara yang terhalang oleh mobil, membuatnya tak terli
Akira menatap ke arah pemuda di hadapannya dengan dahi mengerut, namun dia hanya mengangguk menanggapi pertanyaan dari Argi.Argi meraih tangan gadis itu dan membawanya menjauh dari panggung, ke arah samping panggung, yang terlihat lebih sepi. Di sana terdapat bangku panjang, lalu mengajak gadis itu untuk duduk di bangku itu.“Sayang, ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?” Ucapnya sembari menatap langsung ke arah gadis yang duduk di sebelahnya.“Maksudnya?” Akira tak mengerti kemana maksud pertanyaan dari pemuda itu.“Hmm..aku ngerasa kita bersama namun kamu seperti tidak nyaman. Kamu seperti menjaga jarak, apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” Tatapan Argi begitu menelisik, membaca setiap perubahan ekspresi pada wajah Akira.“Gak.. ada.” Jawab gadis itu singkat, namun dia tidak berani untuk membalas tatapan pemuda itu padanya. Dia tak ingin menyakiti hati pemuda yang sudah baik padanya, kini sifat tidak tegasnya kembali terlihat. Sebenarnya sekarang adalah saat yang tepat dia
Hari sudah sangat sore menjelang malam, Akira dan Dany kini telah berada di rumah. Setelah mengantar kedua gadis pulang, Argi dan Bayu langsung meninggalkan mereka dan kembali ke rumah Bayu.Di dalam kamar, Akira membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur dengan ponsel berada di tangannya.Dany melihat kegelisahan dalam diri sahabatnya. Dia kini tidak dapat lagi menahan rasa penasaran yang sudah lama dia pendam.“Na, lu gak mau cerita ke gue?” Dany menutup pintu kamar dan mulai berjalan mendekat ke arah kasur.Akira menoleh sekilas ke arahnya. “Maksud lu, Dan?” Dahinya mengerut karena merasa agak bingung dengan pertanyaan yang diajukan sahabatnya.“Coba jujur sama gue, lu sebenarnya ada hubungan apa sih sama Septian?” Kini posisi Dany berbaring di samping Akira.Akira tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu.“Gue? Gak ada hubungan apa. Ada apa, Dan?” “Jangan bohong, Na. Gue tahu lu ada hubungan sama Septian, sudah kelihatan kok.” “Udah ah jangan nanya aneh-aneh deh. J
Tak lama motor vespa coklat milik Anggara memasuki halaman parkiran kontrakan. Dari kejauhan dia sudah melihat kehadiran Akira, gadis yang berdiri dan mengenakan baju yang sama seperti terakhir dia melihatnya.Akira mengulas senyum tipis ke arah pemuda itu, namun Anggara hanya menampilkan ekspresi dingin. Membuatnya semakin dilanda kecemasan akan sikap pemuda itu.Anggara turun dari motornya, membuka helm yang dikenakan dan menaruh ke atas jok motor. Berjalan ke arah Akira, semakin mendekat membuat jantung Akira semakin cepat berdetak.“Ang, baru pulang?” Ucap Akira menyapa pemuda itu.“Hm, ada apa kesini Akira?” Anggara menghentikan langkahnya tepat di hadapan gadis itu. Tak ada senyum di wajah dingin itu. Membuat mulut Akira terasa kelu untuk mengatakan isi hatinya.Akira menghirup nafas dalam-dalam dengan mata terpejam sejenak, lalu menghembuskannya perlahan, membuka kembali matanya dan menatap ke wajah pemuda di hadapannya yang masih diam menunggu jawaban darinya.“Aku mau ngomong
Setelah Akira merasa lebih tenang, Anggara menuntunnya untuk masuk ke kamar. Akira sedikit terkejut melihat penampakan kamar Anggara yang tampak berbeda dari yang terakhir kali dia lihat. Kamar yang dulunya sangatlah sederhana kini sudah terlihat lebih terisi. Matanya menatap ke sekeliling kamar itu, barang-barang yang tentunya dengan kualitas yang sangat bagus, memenuhi seisi kamar. Meskipun terlihat penuh namun terlihat lebih tertata dan berwarna. “Mama yang beli waktu dia nginep kesini.” Ucap Anggara tiba-tiba, seakan tahu tentang apa yang tengah gadis itu pikirkan. Akira menoleh sekilas ke arahnya, kemudian berjalan ke arah kasur yang sudah berubah ukuran itu. Kasur yang terlihat lebih luas dan terasa empuk, tentunya dengan kualitas yang terbaik. Dalam kamar kini terasa sejuk karena ada pendingin ruangan, dan terlihat lebih nyaman untuk ditempati. Kini Akira mendudukkan diri di pinggiran kasur yang begitu rapi dengan sprei putih yang melapisinya. Pandanganya masih merotasi ke
Kini Anggara bersandar pada sandaran kasur, Akira berada di sisi kiri bersandar pada bahunya. “Ang, secepatnya aku akan menjelaskan pada Argi.” Ucap Akira dengan sangat yakin akan melakukannya. Dia pun merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Keinginannya untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Anggara, tanpa bayang-bayang dari pria lain. “Hmm.” Gumam Anggara menjawab ucapannya. “Lapar gak? Mau makan?” Ucap pemuda itu, mengalihkan topik pembicaraan. “Aku gak lapar, Aang mau makan?” “Aku masih kenyang. Mau minum sesuatu?” Anggara bangkit dari tidurnya memindahkan kepala Akira di bantal. Dia berjalan menuju kulkas yang berada di sudut kamar, membukanya dan mengambil dua kaleng minuman soda. Lalu membukanya satu dan menyerahkannya pada Akira. “Minumlah.” Ucapnya sembari duduk di pinggiran kasur. “Btw, Dany masih di rumah?” Menoleh sekilas ke arah Akira. “Masih. Sendirian di rumah.” “Dany ada komentar sesuatu tentang kita?” Akira mengangguk dan b
Hari semakin gelap, sore berganti malam. Dany yang tengah berada di rumah sendiri, ingin menghubungi sahabatnya yang dari sejam lalu keluar. Namun ketika melakukan panggilan, bunyi ponsel Akira terdengar. Dany mencari sumber suara, dan menemukan ponsel Akira berada di tas. “Duh, Lena pake acara gak bawa ponsel.” Dany berbicara sendiri. Berada di rumah sendirian membuatnya kesepian. Ingin menghubungi Akira, menanyakan tentang keberadaannya. Namun kini dia tidak bisa menghubungi temannya. Berpikir sejenak, Dany mengingat kalau Akira pasti saat ini sedang bersama Anggara. Dany memutuskan untuk menghubungi Anggara, untuk memastikan keadaan temannya. Membuka ponselnya mencari nomor telepon pemuda itu, yang pernah dia simpan. Lalu segera menghubungi nomor Anggara. Beberapa menit panggilan terhubung namun tak dijawab oleh pemuda itu. Mengulanginya sekali dan masih tetap sama. Akhirnya dia memutuskan untuk mengirim pesan singkat. [Halo malam, Lena ada di sana?] Tulisnya dalam pesan singk
Argi masih berada di teras rumah, sementara Bayu dan Dany tengah berada di dalam rumah, menghabiskan waktu berdua dengan menonton film.Bayu sempat mengajaknya untuk ikut nonton bersama, namun Argi merasa tak ingin melakukan apapun.Dia hanya duduk berdiam seorang diri dan menghabiskan rokok, entah sudah berapa batang rokok yang dia bakar. Namun tak juga menemukan ketenangan hati. Berulang kali melihat ke layar ponsel, berharap mendapatkan balasan dari kekasihnya. Namun sampai berjam-jam menunggu, tak ada balasan dari Akira. Pikirannya terus gelisah, ingin menemui gadis pujaannya.Hingga jam menunjuk pukul sebelas malam, gadis itu tak ada kabar. Sesibuk itukah Akira sampai dia tak melihat ponselnya. Pikiran negatif bersarang di benak Argi saat ini. Entah dia merasakan sesuatu telah terjadi. Semakin dia mendekati Akira, namun gadis itu seperti menjauh dan menjaga jarak.Hingga Dany dan Bayu keluar, berjalan ke arahnya. mereka melihat Argi tengah melamun dengan pikirannya sendiri, dan t