Home / Romansa / Mencintai Kekasih Saudari Kembarku / Episode 3 (Perubahan Bella)

Share

Episode 3 (Perubahan Bella)

Author: Kindi.da
last update Last Updated: 2022-03-30 18:00:17

Bia berada di sebuah mall besar di Jakarta. Kini, penampilannya pun berubah, ia tampak seperti Bia asli, bukan Bella. Mengenakan dress selutut berwarna putih, topi putih, sepatu putih, serta masker hitam yang menutupi wajahnya. Sambil menenteng banyak belanjaan, ia berjalan dengan suka ria. Di tangannya, ia menggenggam sebuah ponsel yang baru saja ia beli menggunakan uang Bella.

"Banyak duit juga si Bella," ucapnya. "Huh, sayang banget dia harus meninggal di usia muda. Tapi tenang aja Bel, gue akan cari tau kebenaran tentang elo," lanjutnya seakan Bella berada di depan matanya.

Sambil berjalan, Bia menghubungi seseorang dengan ponsel baru miliknya.

"Halo, Di, lo dimana?" tanya Bia pada seseorang yang diteleponnya.

"Oke, gue kesana sekarang," ucap Bia lalu mematikan telepon. Ia pun berjalan menuju lantai 3 mall.

Sampai lah Bia di cafe lantai 3. Ia melihat sekeliling, pandangannya terhenti ketika melihat sosok pria berjaket cokelat tengah duduk sambil melambaikan tangan pada Bia. Ia pun menghampiri pria tersebut.

Pria kurus dengan tubuh tinggi sekitar 175 cm. Berkulit putih bersih, dengan rambut pendek yang sedikit bergelombang. Pria itu juga mengenakan kacamata minus. Dia adalah Andi, sahabat Bia sejak SMA.

"Hai, Bi," sapanya.

"Hai, Andi." Bia menyapa balik sahabatnya sembari duduk di kursi.

"100% Bia sih," ucap Andi sambil sedikit tertawa.

"Ya iya lah. Emang siapa?" tanya Bia yang juga ikut tertawa. "Kalo foto ini, Bia atau bukan?" lanjut Bia sambil menunjukkan sebuah foto yang ia ambil dari dalam tasnya.

Andi menggelengkan kepala, "rambut sama panjang, sama lurus, kulit sama putih, hidung sama pesek, tapi sedikit lebih gemuk dari Bia."

"Hey, pesek? Parah lo," balas Bia sambil tertawa. Ia berbicara tanpa melepas masker di wajahnya.

"Dia Bella?" tanya Andi. Mungkin Andi adalah satu-satunya orang yang mengetahui rahasia Bia.

Bia mengangguk. "Gimana keadaan rumah? Oma baik-baik aja, kan?" tanya Bia. Wajahnya nampak sedih ketika mengingat sang Oma.

"Oma baik. Sejak pemakaman, Oma jadi jarang keluar rumah. Itu sih yang gue tau. Tapi gue udah pastikan beliau baik-baik aja," ucapan Andi kali ini berhasil membuat Bia tenang.

"Terus, kasus Bella?" tanya Bia lanjut.

Andi melipat kedua tangannya di atas meja. "Seperti yang lo mau, gue udah hancur-in hp Bella sebelum ada orang yang hubungi dia. Juga, setelah gue hubungi Oma soal Bella, Oma bereaksi sesuai prediksi lo."

"Prediksi gue yang kedua," jawab Bia sambil mengangguk-angguk mengerti. "Artinya Bella emang saudara kandung gue. Dan Oma gak mau sampai ada orang yang tau. Tapi kenapa? Oma baik banget kok ke gue." Bia mulai bertanya-tanya, begitu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada sang Oma, namun ia tau bahwa jalan tersebut bukanlah ide yang bagus. Satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran adalah dengan tetap berpura-pura menjadi Bella.

"Oma pasti punya alasan, Bi. Udah jangan sedih, gue akan bantu lo sampai masalah ini betul-betul clear." Andi menenangkan sahabatnya yang terlihat murung.

"Thanks, Di. Oh iya, semua aman kan? Oma gak tau kan kalau lo yang ancam pake foto Bella?" tanya Bia yang kini mengkhawatirkan sahabatnya.

"Harusnya sih aman, setelah gue hubungi Oma, gue hancur-in semua bukti. Dan lo tau, sekitar 2 jam setelah gue w******p, ajudan Oma langsung bereaksi. Nomornya langsung terlacak, untung gue gerak cepet." Andi memang sahabat Bia yang cekatan.

"Ya itu kenapa gue mau temenan sama lo, karena lo smart, bisa diandalkan," puji Bia sambil mengacungkan jempol.

Mendengar pujian Bia, Andi tampak malu. "Heleh, dasar lo. Eh iya, lo tinggal dimana sekarang?"

"Di jl mawar, gue tinggal satu atap sama cowok, Di," ucap Bia yang sontak membuat sahabatnya terkejut.

"Ha?"

"Serius, namanya Dafa. Dia anak dari orang tua yang udah ngasuh Bella," jelas Bella.

"Kakaknya Bella?" tanya Andi.

"Bella naksir berat sama tu cowok, sampai pin ATMnya aja tanggal lahirnya Dafa, kebayang gak lo?"

Andi tertawa lepas mendengar ucapan Bia. "Parah sih, jadi sekarang lo harus pura-pura bucin dong sama si Dafa."

"Gak lah, gue Bia dan tetap Bia. Bella kan amnesia."

"Yaudah yang penting lo hati-hati, Bi. Jangan sampai ketahuan. Kalau ada apa-apa langsung hubungi gue. Sekarang kan lo udah ada hp." Andi mulai mengkhawatirkan sahabatnya. Ia takut terjadi sesuatu pada Bia. Langkah yang Bia ambil memang bukanlah langkah yang mudah.

"Ya, pasti lah. Kalo gak hubungi lo mau hubungi siapa lagi?" balas Bia sambil tersenyum lebar. "Oh iya, Di, gue mau minta tolong cari tahu siapa pemilik nomor telepon ini," kata Bia sembari mengambil sebuah amplop di dalam tasnya. Amplop itu adalah amplop yang ia temui di kamar Bella.

"Oke," jawab Andi santai sambil mengambil amplop dari tangan Bia.

***

Bia sampai di rumah tepat pukul 5 sore. Ia memasuki kamar dan langsung merobohkan badannya di kasur. Tak lupa masker yang sedari tadi menutupi wajahnya pun dilepasnya.

"Hah, akhirnya bisa bernafas bebas," ucapnya sambil menghirup udara yang masuk dari jendela.

Baru 5 menit telentang, tiba-tiba seseorang mengetuk kamar Bia. Ia pun bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.

Dafa berdiri tepat di depan pintu kamar Bia. "Ada apa?" tanya Bia jutek.

Dafa melihat Bia dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ia nampak keheranan. "Lupa ingatan bikin Bella jadi feminim?" ucap Dafa.

"Emang kenapa? Bella tambah cantik ya kalo feminim?" tanya Bia sengaja memancing Dafa.

Dafa memalingkan wajah. "Nomor hp kamu," pinta Dafa dengan cuek.

"Buat?"

"Kamu pikir tinggal disini gratis? Kerja. Udah sehat kan, udah bisa ke mall belanja pakaian dan lain-lain? Catat nomor hp kamu, besok masuk kantor jam 7." Dafa mengulurkan ponsel ditangannya pada Bia.

Tanpa komplain, Bia pun menurut. Ia mengambil ponsel dari tangan Dafa dan mencatat nomor teleponnya.

***

Dafa dan Sandi berada di meja masing-masing. Sandi tengah fokus pada pekerjaannya di komputer, sementara Dafa fokus mengecek berkas-berkas. Di dalam kantor memang hanya terdapat 2 komputer, yaitu di meja Sandi dan Yoga. Sementara meja Dafa terdapat tumpukan berkas yang diperolehnya dari Sandi ataupun Yoga.

"Pagi." Bia datang dan memberi ucapan selamat pagi pada rekan-rekannya.

Sandi dan Dafa pun kompak menoleh ke arah pintu masuk.

"Bella?" Sandi terkejut ketika melihat Bia berdandan layaknya wanita feminim. Bia mengenakan celana jeans pendek dengan baju ber-syal berwarna biru muda. Rambut lurusnya terurai indah. Bulu mata lentiknya semakin nampak dengan polesan maskara.

Sandi menoleh ke arah Dafa dengan wajah yang masih tercengang.

"Ini Bella?" tanya Sandi pada Dafa.

Dafa mengangkat bahu, ia juga tidak mengerti dengan perubahan drastis yang dialami Bella sejak amnesia.

Pak Irwan keluar dari ruangan disusul oleh Yoga. Mereka pun tercengang ketika melihat Bia berdiri di pintu masuk.

"Hai," sapa Bia sambil melambaikan tangan pada pak Irwan dan Yoga.

"Hai," balas Yoga yang juga melambaikan tangannya menyambut Bia dengan wajah yang sama terkejutnya dengan Sandi.

"Udah sehat?" tanya pak Irwan mencoba mencairkan suasana yang nampak kaku.

Bia mengangguk sambil tersenyum lebar. Plaster di dahinya telah ia lepas, bekas luka pun sudah tampak samar. Wajah cantiknya terpancar jelas.

"Ya sudah, silahkan ke meja Bella," balas pak Irwan sambil menjulurkan tangannya mengarah pada meja Bella. Hanya pak Irwan yang menyambut Bia dengan normal.

Bia pun bergegas menuju meja.

"Coba aja Bella dari dulu kaya gini, pasti Dafa udah balas suka." Sandi mulai menggoda Bia dan Dafa.

"San," tegur Dafa. Sandi pun terdiam. Sementara pak Irwan terlihat menggelengkan kepala. Ia pun keluar dari kantor diikuti Yoga.

"Pak Irwan sama Yoga pergi kemana?" tanya Bia penasaran.

"Kerja lah," jawab Dafa yang sibuk memilah tumpukan kertas di mejanya.

"Pak Irwan sama Yoga pergi ke kantor polisi. Mau interogasi," jawab Sandi menerangkan kebingungan di kepala Bia.

"Interogasi siapa?" tanya Bia lagi.

"Narapidana. Dirut perusahaan tekstil," jawab Sandi.

"Oh, korupsi?" tanya Bia lagi. Ia tampak begitu penasaran dengan kasus yang ditangani rekannya.

"Bukan, Bel. Penyelundupan." Sandi dengan sabar menjawab pertanyaan Bia. Meski sibuk dengan komputer di depannya, pria bermata sipit ini cukup fokus dengan pertanyaan-pertanyaan Bia.

"Oh," jawab Bia sambil tercengang. Kasus penyelundupan bukanlah kasus yang ringan. Bia tersenyum sendiri tampak begitu senang, ia merasa ini adalah sebuah tantangan serta perjalanan yang seru baginya.

Related chapters

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 4 (Mengejar target)

    Kantor nampak hening, Dafa dan Sandi sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tidak ada suara yang terdengar selain suara keyboard komputer Sandi serta kertas yang bergesekan di meja Dafa. Sementara itu, Bia hanya termenung, ia nampak jenuh.Dafa beranjak dari kursi dan pergi ke belakang, tempat toilet kantor. Bia pun menggunakan kesempatan untuk bertanya-tanya pada Sandi."Sandi." Bia mulai memanggil Sandi dengan suara pelan."Kamu ingat siapa aku, Bel?" tanya Sandi yang sontak terkejut mendengar Bia memanggil namanya.Bia menunjuk akrilik yang terpampang nama Sandi. Sandi pun kecewa, "iya, kan ada papan nama ya, kirain kamu udah ingat," ucap Sandi melemas."Oh iya, aku liat semua pada sibuk. Emang banyak kerjaan?" tanya Bia lanjut. Bia dan Sandi mengobrol dalam kejauhan. Meja mereka berjarak sekitar 5 meter."Iya lah, Bel. Kita gak pernah gak ada kerjaan," jawab Sandi yang kini kembali fokus pada komputer di hadapannya."Oh ..." Bia mengangguk-angguk. "Ter

    Last Updated : 2022-04-01
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 5 (Mencairkan es batu)

    Bia, Dafa, dan Sandi berhasil membawa buronan yang merupakan komplotan NJ ke kantor polisi. Di sana, pak Irwan dan Yoga telah menunggu untuk melakukan interogasi. Sebelum interogasi dimulai, buronan bertemu dengan NJ yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Mereka saling bertatapan dan melempar senyum. Entah apa arti dari senyuman mereka."Silahkan masuk," ucap Yoga sembari mengulurkan tangan ke arah ruangan interogasi. Buronan itu pun masuk dengan tersenyum tenang. Dengan tangan di borgol, ia duduk di kursi dan berhadapan langsung dengan pak Irwan yang di dampingi Yoga. Sementara Dafa, Sandi, dan Bia menunggu di luar."Bahtiar Pratama," ucap pak Irwan menyebut nama sang buronan. "Nama panggilan Bapak Tiar, CEO di perusahaan e-commerce."Pria bernama Tiar itu tetap dengan wajah tenang walau tengah di interogasi."Kasus apa yang membuat wakil kepala Bareskrim turun langsung untuk menginterogasi?" tanya pak Tiar.Pak Irwan tersenyum. "Jika bukan kasus berat ken

    Last Updated : 2022-04-04
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 6 (Kemana Dafa?)

    Waktu menunjukkan pukul 06.45. Kantor nampak sepi, hanya ada Sandi yang tengah sibuk dengan komputernya. Jaket di tubuhnya pun tak sempat ia lepas. Pria bermata sipit dengan tubuh berisi itu nampak begitu serius dengan pekerjaannya."Pagi," sapa seorang yang muncul dari pintu masuk, dia adalah Bia. Wanita itu kali ini berpakaian cantik dengan rambut lurus yang terikat. Memakai sedikit eyeshadow, dengan bibir merah merona. Jeans pendek dengan atasan kaos berwarna putih bersih."Pagi, Bella. Cantik banget hari ini," goda Sandi yang melihat Bia berdiri tegap di pintu masuk. Hanya melirik sebentar, Sandi kembali fokus pada komputer. Anehnya, walau begitu cantik, Bia tak mampu menarik perhatian Sandi. Hal itu membuat Bia melipat bibirnya."Kenapa?" tanya Sandi menghentikan pekerjaannya lalu fokus pada Bia yang masih berdiri tegap."Cantik, kan? Kok kamu kaya biasa aja. Ngomong doang cantik tapi gak diliat," ucap Bia ketus sembari berjalan melewati Sandi, ia pergi men

    Last Updated : 2022-04-14
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 7 (Siapa wanita itu?)

    Bia duduk di sebuah cafe di dalam mall tempat sebelumnya ia bertemu dengan Andi. Tak lupa ia mengenakan masker yang menutupi wajah cantiknya. Topi hitam yang entah dari mana ia dapat juga menyempurnakan penyamarannya. Ia memutar-mutar ponselnya sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri."Dor ... ." Setelah cukup lama terdiam, seseorang datang mengagetkan Bia."Andi," teriak Bia yang kesal dengan ulah temannya.Di balik masker, Andi nampak tertawa lepas. Ia pun duduk di kursi dekat Bia."Ngapain pake masker juga?" tanya Bia."Biar gak ada yang liat. Tau nggak, waktu dulu kita ketemu disini, temen nongkrong kita si Geo liat gue. Dikira gue lagi nge-date, untung aja gak nyamperin. Bisa bahaya, kan?" jelas Andi.Bia terkejut mendengar ucapan Andi, ia takut penyamarannya akan terbongkar, "yap, Lo emang harus pake masker juga," balasnya."Gimana semua? Aman?" tanya Andi sambil menyeruput secangkir capuccino yang telah di pesan oleh Bia. Hanya membuka ma

    Last Updated : 2022-04-14
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 8 (Bianca Lariza?)

    Matahari perlahan mulai terbit. Kicauan burung membangunkan Bia dari tidur. Setelah terkena hangatnya mentari, Bia beranjak dari kasur lalu berlari keluar kamar. Ia menoleh ke seluruh sudut ruangan, menatap lekat kamar di ujung yang merupakan kamar Dafa. Namun tak ada tanda Dafa pulang sejak kemarin."Hufff ... ." Bia terlihat begitu kesal lantaran Dafa meninggalkannya sendiri di rumah tanpa pamit. Ia kembali ke dalam kamar dengan wajah lesu. Bia pun bersiap untuk berangkat bekerja.Bia berjalan dengan wajah tertunduk lemas memasuki kantor. Di sana, Dafa terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Tak luput, Sandi dan Yoga berada di meja masing-masing.Menyadari kedatangan Bia, Sandi pun menyapa, "pagi Bella, kusut banget mukanya hari ini."Bia mengangkat kepalanya, matanya kini tertuju pada sosok pria yang membuatnya kesal, Dafa. Ia menatap Dafa dengan penuh amarah. Sementara Sandi tertawa melihat tatapan Bia pada Dafa. Mendengar tawa temannya, Dafa pun menoleh ke arah

    Last Updated : 2022-04-16
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 9 (Sesuai Rencana)

    Wajah Bia tampak pucat. Badannya lemas seketika. Matanya masih melotot mendengar Yoga membacakan nama yang muncul di layar monitor adalah namanya."Bianca siapa?" tanya Sandi nampak asing dengan nama yang diucapkan temannya.Bia semakin ketakutan. Sepertinya ia telah salah mengambil kartu memori. Bagaimana jika kartu memori tersebut dapat membongkar rahasia Bia?"Eh, kok mati sih," ucap Yoga panik ketika melihat monitornya berubah menjadi hitam gelap.Berbeda dengan Yoga, Bia justru tampak lega. Ia begitu tenang ketika layar monitor itu mulai mati. Ia tak lagi ketakutan rahasianya terbongkar, terlebih rencananya bersama Andi berjalan seperti yang diinginkan."Kenapa, Yog?" tanya Dafa yang melihat Yoga panik."Komputer gue mati tiba-tiba," jawab Yoga yang masih mengotak-atik komputernya agar menyala."Kok bisa?" tanya Sandi yang kini menghentikan pekerjaannya dan mengalihkan fokusnya pada Yoga."Jangan-jangan karena memorinya, ya, Yog?" tanya Bia

    Last Updated : 2022-04-18
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 10 (Mengenali wajah Bia)

    Bia mengemudi mobil dengan cukup santai. Ia membawa teman-temannya ke tempat penahanan pak Tiar. Jalanan tampak macet, weekend kali ini nampaknya banyak orang berlibur.Setelah 20 menit dalam perjalanan, Bia, Dafa, Sandi, dan Yoga sampai di tujuan. Mereka turun dari mobil, sementara Bia masih terdiam. Ia tidak tahu apakah harus turun atau tidak."Bel, ayo," teriak Sandi dari kejauhan meminta Bia untuk ikut dengan mereka. Bia pun hanya memberi kode dengan mengangkat jempol kanannya."Aduh, gak bawa masker," ucap Bia sambil menepuk dahinya. Ia pun terpaksa turun dari mobil dan berlari menuju rekan-rekannya.Terik matahari semakin menyengat. Dafa, Sandi, dan Yoga berlari memasuki kantor. Dengan cepat mereka menuju sebuah ruangan dekat pintu masuk. Di dalam ruangan tersebut pak Irwan nampaknya telah menunggu.Tanpa berlama-lama, Yoga menyampaikan bahwa ia membaca pesan masuk di ponsel pak Tiar dimana pesan itu berupa ancaman."Ayo, Yog. Dafa dan Sandi tunggu

    Last Updated : 2022-04-18
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 11 (Arti sebuah senyuman)

    Dag dig dug, jantung Bia masih berdetak begitu kencang. Rahasianya akan segera terbongkar, sedangkan ia hanya bisa berdiam diri. Berharap Tuhan akan melindunginya untuk kesekian kali."Pak Tiar, mohon tenang," teriak pak Irwan. Namun pak Tiar tidak berhenti meneriakkan nama Bia, pak Irwan pun meminta Dafa membawa pak Tiar ke dalam tahanan. Tanpa basa-basi Dafa dibantu Sandi menyeret paksa pak Tiar.Setelah keadaan cukup kondusif, pak Irwan menghampiri Bia yang masih terlihat shock. Diikuti oleh Yoga yang nampak cemas melihat Bia ketakutan. "Bella, kamu baik-baik saja?" tanya pak Irwan.Bia pun coba mengontrol dirinya. Ia harus bersikap normal agar tidak mencurigakan. "Dia gak liat muka Bella, kan?" tanya Bia.Pak Irwan menggelengkan kepala."Gak kok, Bel. Mungkin ini cuma taktik pak Tiar aja, ada rencana apa yang pak Tiar buat kita gak tau. Jadi lebih baik kalau pak Tiar segera kembali ke tahanan." Kali ini Yoga pun ikut menenangkan Bia. Bia lega karena pak

    Last Updated : 2022-04-20

Latest chapter

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 20 (Rasa apakah ini?)

    Bia terdiam mendengar ucapan Dafa. Ia teringat bahwa besok adalah hari Jum'at, hari dimana Dafa akan berlibur dan menemani kekasihnya."Nemenin Selly?" Meski telah mengetahuinya, Bia tetap ingin memastikan bahwa pria di dekatnya itu akan meninggalkannya sendirian dirumah untuk bersama sang kekasih.Dafa mengangkat tubuhnya. Kini ia duduk berhadapan dengan Bia. "Gak takut sendirian?""Kan udah pernah," jawab Bia ketus, nampak tidak rela jika Dafa harus meninggalkannya sendirian.Dafa mengangguk pelan, "apa mau ikut?" tanyanya."Gila! Ngapain ngikutin orang yang mau pacaran. Mau jadi nyamuk? Ogah." Dafa berhasil memancing emosi Bia. Namun, hanya beberapa saat, Bia kembali berbicara pelan. Kali ini, nampak begitu serius. "Tapi kenapa sih, harus nemenin Selly tiap hari Jum'at? Emang dia tinggal dimana? Orang tuanya kemana?" tanya Bia mencaritahu lebih dalam tentang Selly.Dafa terdiam. Ia menyenderkan bahunya pada sofa. Seakan begitu berat untuk menjawab pertanyaan Bia. "Rumit." Satu kata

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 19 (Kini rumah terasa hangat)

    Bia membuat semua orang terkejut. Emosinya tak mampu lagi ia redam. Walau Bia memiliki pemikiran yang sama dengan Sandi, namun hatinya tetap sakit. Ia tak mampu menerima jika orang yang paling menyayanginya adalah sosok wanita tua yang jahat."Kenapa bukan?" tanya Dafa sambil memutar kursi mengarahkannya pada meja Bia. Bia memandang Dafa dengan mata yang sedikit memerah."Kayanya kita jangan berprasangka dulu deh," ucap Yoga menengahi.Sandi mengangguk, "ya, semoga aja bukan."Bia perlahan mengontrol emosinya. Matanya pun jernih kembali. Menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan.***"Bia yang awalnya menjalankan peran dengan sangat baik, kenapa sekarang mendadak ceroboh?" tanya Dafa. Di dalam ruangan hanya tersisa Dafa dan Bia. Sementara Sandi dan Yoga pergi untuk makan siang.Bia melirik ke arah Dafa yang memandanginya sedari tadi, "menurut kamu apa mungkin Oma pelakunya?" tanyanya."Mungkin," jawab D

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 18 (Dafa akan membantunya)

    Ruangan begitu hening. Desir angin malam masuk melewati celah jendela, tak terasa menyentuh kulit Bia. Sekujur tubuh Bia menjadi kaku, ia bahkan tak berani untuk sekedar mengedipkan mata.Dafa berjalan mendekati Bia. "Bianca Lariza. Nama panggilannya Bia. Keponakan dari almarhum pak Tiar. Cucu dari Dahlia Rani, pemilik perusahaan kopi yang cukup besar. Berpura-pura menjadi Bella. Sementara Bella dimakamkan atas nama Bia. Apa tujuannya?"Dafa berhenti tepat di hadapan Bia. Sementara itu Bia masih terdiam kaku, ia tak memiliki keberanian untuk menatap langsung mata pria yang telah mengetahui rahasianya itu."Kenapa diam padahal punya sejuta pertanyaan di kepala?" tanya Dafa menekan Bia agar berbicara padanya.Bia menghela nafas. Diamnya tak akan merubah kenyataan bahwa Dafa telah mengetahui siapa dirinya. "Udah tau, kenapa selama ini diam aja?" tanya Bia perlahan melirik ke arah Dafa. Dafa tersenyum, "penasaran aja, sejauh mana Bia bisa be

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 17 (Dafa memanggilnya Bia)

    Perlahan genggaman tangan itu melonggar. Bia mengambil kesempatan itu untuk melepaskan tangannya. Ia pergi meninggalkan Dafa yang masih tercengang mendengar perkataannya. Tanpa sadar, air mata Bia terjatuh seiring dengan tetesan darah di tangannya. Tangan yang semula berada di genggaman Dafa itu kini terluka akibat jam tangan di pergelangan tangan Bia yang ikut tergenggam oleh Dafa.Di luar, Bia berpapasan dengan Sandi dan Yoga yang kini tengah kembali dengan membawa botol minuman bersamanya."Kamu kenapa, Bel?" tanya Sandi ketika melihat Bia berjalan sambil menangis. Bia tidak memperhatikan Sandi, ia berlari meninggalkan kantor."Tangannya berdarah," ucap Yoga saat melihat tangan Bia."Serius? Ayo masuk," balas Sandi dan segera memasuki ruangan.Sandi dan Yoga kembali ke meja masing-masing. Ruangan begitu hening. Baik Sandi maupun Yoga tak berani bersuara. Mereka hanya menatap satu sama lain. Sementara Dafa masih berdiri di dekat tembok

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 16 (Bertemu pacar Dafa)

    Bia berjalan memasuki kantor dengan wajah tertunduk lesu. Sedari tadi ia berpikir siapa orang di dalam rumah Oma yang berhubungan dengan Bella?"Makan dulu, Daf, keburu dingin." Suara seorang wanita terdengar begitu asing di telinga Bia. Bia pun mengangkat wajahnya. Ia melihat seorang wanita berada di sebelah Dafa. Duduk berdekatan tanpa sekat. Wanita itu membawakan sarapan untuk Dafa.Sementara itu, Yoga dan Sandi saling berpandangan. Mereka merasa canggung dengan situasi saat ini."Hai, Bel," menyadari kehadiran Bia, wanita dengan kulit putih itu mulai menyapa dengan senyuman.Dafa tampak membeku, ia tidak bergerak sedikit pun. Suasana yang memang cukup canggung, terutama untuk Dafa.Bia membalas senyuman wanita di dekat Dafa itu, "Hai," balasnya. Bia berjalan mendekati meja Dafa. Ia menarik kursi plastik di meja Sandi dan memindahkannya tepat di sebelah Dafa. Hal itu membuat Dafa semakin merasa sesak.Melihat Bia duduk dekat d

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 15 (Siapa yang menghubungi Bella?)

    Dafa beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Bia yang masih ternganga mendengar perkataan pria berwajah dingin itu."Dia udah tau?" tanya Bia pada dirinya sendiri. Ia begitu bingung dengan kata yang terucap dari mulut Dafa. Apakah Dafa benar mengetahui bahwa wanita yang tinggal serumah dengannya bukan Bella melainkan Bia? Ataukah perkataan itu hanya persepsi Dafa semata?Bia memasuki kamar dengan wajah cemas. Ia tak ingin rahasianya terbongkar begitu cepat. Sudah larut malam dan Bia belum bisa tidur lagi. Matanya pun kembali segar, perkataan Dafa kini terngiang-ngiang di telinganya. Setelah cukup lama gelisah, gadis cerdik itu pun bereaksi. Bia menggeledah seluruh isi kamar Bella yang tak sempat ia cek sebelumnya. Entah apa yang dicarinya.Bia menemukan tumpukan struk di dalam laci meja rias. Ia melihat satu persatu isi struk belanja milik Bella."Mie instan? Kopi? Dari ratusan struk cuma isi mie instan sama kopi doang?" keluh Bia ketika meliha

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 14 (Kamu bukan Bella)

    Bia mulai menyadari bahwa perkataannya telah membuat Dafa curiga. Ia pun berusaha untuk terlihat tenang."Mungkin. Aku pernah nonton berita di tv, ada yang tiba-tiba sesak setelah makan udang dan itu karena si pemakan alergi udang," jawab Bia dengan mengontrol dirinya agar tidak terlihat panik."Gimana bos? Kita selidiki kemana?" tanya Sandi pada pak Irwan.Pak Irwan pun menjawab dengan cepat, "berangkat sekarang menemui istri pak Tiar."Pak Irwan melangkahkan kaki dengan cepat, dibuntuti oleh Yoga, Sandi, dan Dafa. Sementara Bia masih diam di tempat dengan wajah cemas."Ayo, Bel," ajak Sandi yang kini berada 5 meter dari Bia.Bia tiba-tiba memegang kepalanya. "Aku gak ikut ya, San, kepala aku sakit. Mungkin gara-gara shock tadi." Bia berpura-pura sakit agar Sandi tak memaksanya ikut menemui istri pak Tiar yang tak lain adalah bibinya. Gadis itu cukup cerdik."Langsung pulang aja, istirahat." Dafa yang berada di depan Sandi nampaknya mendengar ucapan Bia. Ia pun meminta Bia agar pulan

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 13 (Menerka-nerka)

    "Istrinya."Akhirnya pak Irwan membuka mulutnya. Ia memberitahukan rekan-rekannya bahwa istri pak Tiar lah yang membawakan makan malam. Sontak hal tersebut membuat semua terkejut, terutama Bia. Terlihat dari raut wajahnya ia tak menyangka bahwa bibinya lah yang meracuni sang paman."Masuk akal, istrinya kasi makan malam. Setelah suaminya meninggal, pihak keluarga enggan untuk dilakukan otopsi. Tanpa penyelidikan sudah jelas istrinya adalah tersangka utama," jawab Sandi. Kali ini suaranya cukup mewakilkan semua orang."Setuju," balas Yoga. Sementara Dafa hanya terdiam. Ia masih berpikir keras coba mendalami kasus kali ini sebelum akhirnya membuka suara."Gak setuju," ucapan Bia kali ini cukup untuk mencengangkan seluruh rekannya. "Seorang istri pasti mencintai suaminya dan ingin hidup bersama selamanya. Jadi gak mungkin istri pak Tiar pelakunya."Sandi pun mempertanyakan pendapat Bia, "terus kenapa sang istri menolak untuk otopsi?"

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 12 (Siapa pelakunya?)

    Embun pagi masih menghiasi dedaunan. Kicauan burung menyambut datangnya hari baru. Sementara Bia tertidur pulas di bawah selimut tebalnya. Suara ketukan pintu kamar memaksa Bia membuka mata."Apa sih pagi banget, matahari belum muncul juga," teriak Bia pada seorang dibalik pintu kamarnya."Keluar," terdengar suara Dafa dari balik pintu.Dengan wajah kusut, Bia beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu. Ia berjalan dengan mata pekat."Apa?" tanya Bia kesal.Dafa berdiri tegap di hadapan Bia. Ia menggelengkan kepala saat melihat gadis di depannya itu berbicara sambil menutup mata. "Siap-siap, kita ke tempat kemarin."Bia mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti tempat apa yang Dafa maksud. "Tempat mana?""Pak Tiar meninggal," ucap Dafa dengan santai.Ucapan Dafa kali ini sontak membuat mata Bia terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar bahwa pamannya yang kemarin berada dalam tahanan kini telah meninggal. "Se

DMCA.com Protection Status