Beranda / Romansa / Mencintai Kekasih Saudari Kembarku / Episode 7 (Siapa wanita itu?)

Share

Episode 7 (Siapa wanita itu?)

Penulis: Kindi.da
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-14 18:15:05

Bia duduk di sebuah cafe di dalam mall tempat sebelumnya ia bertemu dengan Andi. Tak lupa ia mengenakan masker yang menutupi wajah cantiknya. Topi hitam yang entah dari mana ia dapat juga menyempurnakan penyamarannya. Ia memutar-mutar ponselnya sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Dor ... ." Setelah cukup lama terdiam, seseorang datang mengagetkan Bia.

"Andi," teriak Bia yang kesal dengan ulah temannya.

Di balik masker, Andi nampak tertawa lepas. Ia pun duduk di kursi dekat Bia.

"Ngapain pake masker juga?" tanya Bia.

"Biar gak ada yang liat. Tau nggak, waktu dulu kita ketemu disini, temen nongkrong kita si Geo liat gue. Dikira gue lagi nge-date, untung aja gak nyamperin. Bisa bahaya, kan?" jelas Andi.

Bia terkejut mendengar ucapan Andi, ia takut penyamarannya akan terbongkar, "yap, Lo emang harus pake masker juga," balasnya.

"Gimana semua? Aman?" tanya Andi sambil menyeruput secangkir capuccino yang telah di pesan oleh Bia. Hanya membuka masker sebentar, ia kembali memakainya.

"Om Tiar, Di," ucap Bia lirih.

Andi tampak bingung, "om Tiar siapa?"

"Keponakan Oma," jawab Bia. Kali ini Bia tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya.

Andi berpikir sejenak, setelah teringat ia pun menjawab Bia, "oh, iya. Yang dlu sering nganter jemput lo sekolah, kan? Yang pake kacamata. Emang kenapa?"

"Dia terlibat kasus penyelundupan,"

"Ha? Serius? Ada hubungannya sama Oma?"

"Itu yang gue pertanyakan, Di. Gue takut Oma juga terlibat. Karena gue tau sendiri om Tiar dekat banget sama Oma. Gue juga beberapa kali datang ke kantor om Tiar sama Oma. Selain itu, waktu ditangkap, om Tiar lagi di hotel yang sering Oma check in." Air mata berlinang di pelupuk mata Bia. Ia sangat mengkhawatirkan Oma yang begitu menyayanginya. Rasanya ia tidak akan mampu menerima jika sang Oma terlibat dalam kasus penyelundupan.

"Tapi belum tentu juga sih, Bi. Mereka juga beda perusahaan kok. Kalo hubungan keluarga kan beda sama hubungan kerja," ucap Andi yang tengah menenangkan sahabatnya.

Bia hanya terdiam mendengar ucapan Andi. Ia tidak berhenti memikirkan sang Oma.

"Sekarang kasusnya sampai dimana?" tanya Andi tampak penasaran.

"Masih tahap interogasi sih kayanya, gak tau lah gue juga gak paham tahap hukum," jawab Bia lemas. Begitu banyak hal yang ada dalam pikiran Bia. Gadis ceria itu kini telah murung.

Andi menghela nafas, "setau gue, polisi hanya dapat waktu 3 kali 24 jam. Kalau sampai batas waktu belum juga ada bukti, maka om Tiar bakal bebas."

Bia mengangguk-angguk kepalanya.

"Lo mau gimana? Om Tiar bebas atau semua terungkap?" tanya Andi mempertegas keinginan Bia.

"Gue mau semua terungkap. Sebaik apapun om Tiar ke gue, tetap aja hidup harus adil." Bia menyeka air matanya agar tak jatuh.

Andi menganggukkan kepala. Ia mengerti betapa dilema seorang Bia yang harus menguak kejahatan dari keluarganya sendiri. Namun, keputusan tepat telah diambil oleh Bia, ia tidak bisa melindungi seorang penjahat hanya karena hubungan keluarga.

"Langkah teman-teman Lo gimana buat cari bukti kuat?" Andi melanjutkan pertanyaan demi pertanyaan untuk dapat membantu Bia.

Bia menggelengkan kepalanya, "gak tau. Kemarin gue sempat keceplosan kalau om Tiar itu gampang di ancam. Tapi si sok cool Dafa itu bilang, kita tidak mengancam rakyat."

Andi tertawa mendengar ucapan Bia yang menirukan gaya bicara Dafa. "Mereka gak bisa ancam rakyat, tapi kita bisa."

Bia menatap mata Andi lekat. "Maksud Lo, Di?"

"Gue punya ide. Gue akan ancam om Tiar lewat pesan W******p. Seperti yang Lo bilang om Tiar gampang diancam, jadi dia pasti bereaksi," jelas Andi.

"Tapi nanti lo kena juga dong? Nanti lo di lacak gimana?"

"Lo kaya gak tau gue aja sih, Bi." Andi mulai sedikit sombong.

"Bukan gue meremehkan Lo, Di, tapi di sana ada juga yang pintar banget masalah lacak-lacak, namanya Yoga," kata Bia. Ia nampak cemas dan tidak ingin Andi berada dalam masalah karena dirinya.

Andi menyempitkan mata, sepertinya di balik masker ia sedang tersenyum, "itu tugas Lo, gue cuma butuh waktu 5 menit."

Bia mengangguk, ia tampak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk membantu Andi melancarkan aksinya. "Oke, gue usaha," jawabnya dengan membalas senyuman Andi.

Obrolan terhenti. Andi dan Bia telah menyusun rencana yang cukup rapi untuk mengungkap kebenaran di balik kasus penyelundupan yang melibatkan keluarga Bia.

"Oh iya, gimana nomor telepon yang kemarin gue kasi. Itu nomor siapa?" tanya Bia ketika teringat nomor telepon di amplop yang ia temui di kamar Bella.

"Lupa gue, Bi. Besok ya?" ucap Andi sambil menepuk dahinya.

Bia pun mengangguk pelan, "oke, santai," jawabnya.

"Dafa?" ucap Bia tiba-tiba. Di kejauhan, ia melihat seorang pria dengan tubuh tinggi tegap, punggung lebar, serta perawakan yang persis seperti Dafa berjalan dengan seorang wanita.

Bab terkait

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 8 (Bianca Lariza?)

    Matahari perlahan mulai terbit. Kicauan burung membangunkan Bia dari tidur. Setelah terkena hangatnya mentari, Bia beranjak dari kasur lalu berlari keluar kamar. Ia menoleh ke seluruh sudut ruangan, menatap lekat kamar di ujung yang merupakan kamar Dafa. Namun tak ada tanda Dafa pulang sejak kemarin."Hufff ... ." Bia terlihat begitu kesal lantaran Dafa meninggalkannya sendiri di rumah tanpa pamit. Ia kembali ke dalam kamar dengan wajah lesu. Bia pun bersiap untuk berangkat bekerja.Bia berjalan dengan wajah tertunduk lemas memasuki kantor. Di sana, Dafa terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Tak luput, Sandi dan Yoga berada di meja masing-masing.Menyadari kedatangan Bia, Sandi pun menyapa, "pagi Bella, kusut banget mukanya hari ini."Bia mengangkat kepalanya, matanya kini tertuju pada sosok pria yang membuatnya kesal, Dafa. Ia menatap Dafa dengan penuh amarah. Sementara Sandi tertawa melihat tatapan Bia pada Dafa. Mendengar tawa temannya, Dafa pun menoleh ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 9 (Sesuai Rencana)

    Wajah Bia tampak pucat. Badannya lemas seketika. Matanya masih melotot mendengar Yoga membacakan nama yang muncul di layar monitor adalah namanya."Bianca siapa?" tanya Sandi nampak asing dengan nama yang diucapkan temannya.Bia semakin ketakutan. Sepertinya ia telah salah mengambil kartu memori. Bagaimana jika kartu memori tersebut dapat membongkar rahasia Bia?"Eh, kok mati sih," ucap Yoga panik ketika melihat monitornya berubah menjadi hitam gelap.Berbeda dengan Yoga, Bia justru tampak lega. Ia begitu tenang ketika layar monitor itu mulai mati. Ia tak lagi ketakutan rahasianya terbongkar, terlebih rencananya bersama Andi berjalan seperti yang diinginkan."Kenapa, Yog?" tanya Dafa yang melihat Yoga panik."Komputer gue mati tiba-tiba," jawab Yoga yang masih mengotak-atik komputernya agar menyala."Kok bisa?" tanya Sandi yang kini menghentikan pekerjaannya dan mengalihkan fokusnya pada Yoga."Jangan-jangan karena memorinya, ya, Yog?" tanya Bia

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 10 (Mengenali wajah Bia)

    Bia mengemudi mobil dengan cukup santai. Ia membawa teman-temannya ke tempat penahanan pak Tiar. Jalanan tampak macet, weekend kali ini nampaknya banyak orang berlibur.Setelah 20 menit dalam perjalanan, Bia, Dafa, Sandi, dan Yoga sampai di tujuan. Mereka turun dari mobil, sementara Bia masih terdiam. Ia tidak tahu apakah harus turun atau tidak."Bel, ayo," teriak Sandi dari kejauhan meminta Bia untuk ikut dengan mereka. Bia pun hanya memberi kode dengan mengangkat jempol kanannya."Aduh, gak bawa masker," ucap Bia sambil menepuk dahinya. Ia pun terpaksa turun dari mobil dan berlari menuju rekan-rekannya.Terik matahari semakin menyengat. Dafa, Sandi, dan Yoga berlari memasuki kantor. Dengan cepat mereka menuju sebuah ruangan dekat pintu masuk. Di dalam ruangan tersebut pak Irwan nampaknya telah menunggu.Tanpa berlama-lama, Yoga menyampaikan bahwa ia membaca pesan masuk di ponsel pak Tiar dimana pesan itu berupa ancaman."Ayo, Yog. Dafa dan Sandi tunggu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 11 (Arti sebuah senyuman)

    Dag dig dug, jantung Bia masih berdetak begitu kencang. Rahasianya akan segera terbongkar, sedangkan ia hanya bisa berdiam diri. Berharap Tuhan akan melindunginya untuk kesekian kali."Pak Tiar, mohon tenang," teriak pak Irwan. Namun pak Tiar tidak berhenti meneriakkan nama Bia, pak Irwan pun meminta Dafa membawa pak Tiar ke dalam tahanan. Tanpa basa-basi Dafa dibantu Sandi menyeret paksa pak Tiar.Setelah keadaan cukup kondusif, pak Irwan menghampiri Bia yang masih terlihat shock. Diikuti oleh Yoga yang nampak cemas melihat Bia ketakutan. "Bella, kamu baik-baik saja?" tanya pak Irwan.Bia pun coba mengontrol dirinya. Ia harus bersikap normal agar tidak mencurigakan. "Dia gak liat muka Bella, kan?" tanya Bia.Pak Irwan menggelengkan kepala."Gak kok, Bel. Mungkin ini cuma taktik pak Tiar aja, ada rencana apa yang pak Tiar buat kita gak tau. Jadi lebih baik kalau pak Tiar segera kembali ke tahanan." Kali ini Yoga pun ikut menenangkan Bia. Bia lega karena pak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 12 (Siapa pelakunya?)

    Embun pagi masih menghiasi dedaunan. Kicauan burung menyambut datangnya hari baru. Sementara Bia tertidur pulas di bawah selimut tebalnya. Suara ketukan pintu kamar memaksa Bia membuka mata."Apa sih pagi banget, matahari belum muncul juga," teriak Bia pada seorang dibalik pintu kamarnya."Keluar," terdengar suara Dafa dari balik pintu.Dengan wajah kusut, Bia beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu. Ia berjalan dengan mata pekat."Apa?" tanya Bia kesal.Dafa berdiri tegap di hadapan Bia. Ia menggelengkan kepala saat melihat gadis di depannya itu berbicara sambil menutup mata. "Siap-siap, kita ke tempat kemarin."Bia mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti tempat apa yang Dafa maksud. "Tempat mana?""Pak Tiar meninggal," ucap Dafa dengan santai.Ucapan Dafa kali ini sontak membuat mata Bia terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar bahwa pamannya yang kemarin berada dalam tahanan kini telah meninggal. "Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 13 (Menerka-nerka)

    "Istrinya."Akhirnya pak Irwan membuka mulutnya. Ia memberitahukan rekan-rekannya bahwa istri pak Tiar lah yang membawakan makan malam. Sontak hal tersebut membuat semua terkejut, terutama Bia. Terlihat dari raut wajahnya ia tak menyangka bahwa bibinya lah yang meracuni sang paman."Masuk akal, istrinya kasi makan malam. Setelah suaminya meninggal, pihak keluarga enggan untuk dilakukan otopsi. Tanpa penyelidikan sudah jelas istrinya adalah tersangka utama," jawab Sandi. Kali ini suaranya cukup mewakilkan semua orang."Setuju," balas Yoga. Sementara Dafa hanya terdiam. Ia masih berpikir keras coba mendalami kasus kali ini sebelum akhirnya membuka suara."Gak setuju," ucapan Bia kali ini cukup untuk mencengangkan seluruh rekannya. "Seorang istri pasti mencintai suaminya dan ingin hidup bersama selamanya. Jadi gak mungkin istri pak Tiar pelakunya."Sandi pun mempertanyakan pendapat Bia, "terus kenapa sang istri menolak untuk otopsi?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 14 (Kamu bukan Bella)

    Bia mulai menyadari bahwa perkataannya telah membuat Dafa curiga. Ia pun berusaha untuk terlihat tenang."Mungkin. Aku pernah nonton berita di tv, ada yang tiba-tiba sesak setelah makan udang dan itu karena si pemakan alergi udang," jawab Bia dengan mengontrol dirinya agar tidak terlihat panik."Gimana bos? Kita selidiki kemana?" tanya Sandi pada pak Irwan.Pak Irwan pun menjawab dengan cepat, "berangkat sekarang menemui istri pak Tiar."Pak Irwan melangkahkan kaki dengan cepat, dibuntuti oleh Yoga, Sandi, dan Dafa. Sementara Bia masih diam di tempat dengan wajah cemas."Ayo, Bel," ajak Sandi yang kini berada 5 meter dari Bia.Bia tiba-tiba memegang kepalanya. "Aku gak ikut ya, San, kepala aku sakit. Mungkin gara-gara shock tadi." Bia berpura-pura sakit agar Sandi tak memaksanya ikut menemui istri pak Tiar yang tak lain adalah bibinya. Gadis itu cukup cerdik."Langsung pulang aja, istirahat." Dafa yang berada di depan Sandi nampaknya mendengar ucapan Bia. Ia pun meminta Bia agar pulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 15 (Siapa yang menghubungi Bella?)

    Dafa beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Bia yang masih ternganga mendengar perkataan pria berwajah dingin itu."Dia udah tau?" tanya Bia pada dirinya sendiri. Ia begitu bingung dengan kata yang terucap dari mulut Dafa. Apakah Dafa benar mengetahui bahwa wanita yang tinggal serumah dengannya bukan Bella melainkan Bia? Ataukah perkataan itu hanya persepsi Dafa semata?Bia memasuki kamar dengan wajah cemas. Ia tak ingin rahasianya terbongkar begitu cepat. Sudah larut malam dan Bia belum bisa tidur lagi. Matanya pun kembali segar, perkataan Dafa kini terngiang-ngiang di telinganya. Setelah cukup lama gelisah, gadis cerdik itu pun bereaksi. Bia menggeledah seluruh isi kamar Bella yang tak sempat ia cek sebelumnya. Entah apa yang dicarinya.Bia menemukan tumpukan struk di dalam laci meja rias. Ia melihat satu persatu isi struk belanja milik Bella."Mie instan? Kopi? Dari ratusan struk cuma isi mie instan sama kopi doang?" keluh Bia ketika meliha

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24

Bab terbaru

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 20 (Rasa apakah ini?)

    Bia terdiam mendengar ucapan Dafa. Ia teringat bahwa besok adalah hari Jum'at, hari dimana Dafa akan berlibur dan menemani kekasihnya."Nemenin Selly?" Meski telah mengetahuinya, Bia tetap ingin memastikan bahwa pria di dekatnya itu akan meninggalkannya sendirian dirumah untuk bersama sang kekasih.Dafa mengangkat tubuhnya. Kini ia duduk berhadapan dengan Bia. "Gak takut sendirian?""Kan udah pernah," jawab Bia ketus, nampak tidak rela jika Dafa harus meninggalkannya sendirian.Dafa mengangguk pelan, "apa mau ikut?" tanyanya."Gila! Ngapain ngikutin orang yang mau pacaran. Mau jadi nyamuk? Ogah." Dafa berhasil memancing emosi Bia. Namun, hanya beberapa saat, Bia kembali berbicara pelan. Kali ini, nampak begitu serius. "Tapi kenapa sih, harus nemenin Selly tiap hari Jum'at? Emang dia tinggal dimana? Orang tuanya kemana?" tanya Bia mencaritahu lebih dalam tentang Selly.Dafa terdiam. Ia menyenderkan bahunya pada sofa. Seakan begitu berat untuk menjawab pertanyaan Bia. "Rumit." Satu kata

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 19 (Kini rumah terasa hangat)

    Bia membuat semua orang terkejut. Emosinya tak mampu lagi ia redam. Walau Bia memiliki pemikiran yang sama dengan Sandi, namun hatinya tetap sakit. Ia tak mampu menerima jika orang yang paling menyayanginya adalah sosok wanita tua yang jahat."Kenapa bukan?" tanya Dafa sambil memutar kursi mengarahkannya pada meja Bia. Bia memandang Dafa dengan mata yang sedikit memerah."Kayanya kita jangan berprasangka dulu deh," ucap Yoga menengahi.Sandi mengangguk, "ya, semoga aja bukan."Bia perlahan mengontrol emosinya. Matanya pun jernih kembali. Menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan.***"Bia yang awalnya menjalankan peran dengan sangat baik, kenapa sekarang mendadak ceroboh?" tanya Dafa. Di dalam ruangan hanya tersisa Dafa dan Bia. Sementara Sandi dan Yoga pergi untuk makan siang.Bia melirik ke arah Dafa yang memandanginya sedari tadi, "menurut kamu apa mungkin Oma pelakunya?" tanyanya."Mungkin," jawab D

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 18 (Dafa akan membantunya)

    Ruangan begitu hening. Desir angin malam masuk melewati celah jendela, tak terasa menyentuh kulit Bia. Sekujur tubuh Bia menjadi kaku, ia bahkan tak berani untuk sekedar mengedipkan mata.Dafa berjalan mendekati Bia. "Bianca Lariza. Nama panggilannya Bia. Keponakan dari almarhum pak Tiar. Cucu dari Dahlia Rani, pemilik perusahaan kopi yang cukup besar. Berpura-pura menjadi Bella. Sementara Bella dimakamkan atas nama Bia. Apa tujuannya?"Dafa berhenti tepat di hadapan Bia. Sementara itu Bia masih terdiam kaku, ia tak memiliki keberanian untuk menatap langsung mata pria yang telah mengetahui rahasianya itu."Kenapa diam padahal punya sejuta pertanyaan di kepala?" tanya Dafa menekan Bia agar berbicara padanya.Bia menghela nafas. Diamnya tak akan merubah kenyataan bahwa Dafa telah mengetahui siapa dirinya. "Udah tau, kenapa selama ini diam aja?" tanya Bia perlahan melirik ke arah Dafa. Dafa tersenyum, "penasaran aja, sejauh mana Bia bisa be

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 17 (Dafa memanggilnya Bia)

    Perlahan genggaman tangan itu melonggar. Bia mengambil kesempatan itu untuk melepaskan tangannya. Ia pergi meninggalkan Dafa yang masih tercengang mendengar perkataannya. Tanpa sadar, air mata Bia terjatuh seiring dengan tetesan darah di tangannya. Tangan yang semula berada di genggaman Dafa itu kini terluka akibat jam tangan di pergelangan tangan Bia yang ikut tergenggam oleh Dafa.Di luar, Bia berpapasan dengan Sandi dan Yoga yang kini tengah kembali dengan membawa botol minuman bersamanya."Kamu kenapa, Bel?" tanya Sandi ketika melihat Bia berjalan sambil menangis. Bia tidak memperhatikan Sandi, ia berlari meninggalkan kantor."Tangannya berdarah," ucap Yoga saat melihat tangan Bia."Serius? Ayo masuk," balas Sandi dan segera memasuki ruangan.Sandi dan Yoga kembali ke meja masing-masing. Ruangan begitu hening. Baik Sandi maupun Yoga tak berani bersuara. Mereka hanya menatap satu sama lain. Sementara Dafa masih berdiri di dekat tembok

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 16 (Bertemu pacar Dafa)

    Bia berjalan memasuki kantor dengan wajah tertunduk lesu. Sedari tadi ia berpikir siapa orang di dalam rumah Oma yang berhubungan dengan Bella?"Makan dulu, Daf, keburu dingin." Suara seorang wanita terdengar begitu asing di telinga Bia. Bia pun mengangkat wajahnya. Ia melihat seorang wanita berada di sebelah Dafa. Duduk berdekatan tanpa sekat. Wanita itu membawakan sarapan untuk Dafa.Sementara itu, Yoga dan Sandi saling berpandangan. Mereka merasa canggung dengan situasi saat ini."Hai, Bel," menyadari kehadiran Bia, wanita dengan kulit putih itu mulai menyapa dengan senyuman.Dafa tampak membeku, ia tidak bergerak sedikit pun. Suasana yang memang cukup canggung, terutama untuk Dafa.Bia membalas senyuman wanita di dekat Dafa itu, "Hai," balasnya. Bia berjalan mendekati meja Dafa. Ia menarik kursi plastik di meja Sandi dan memindahkannya tepat di sebelah Dafa. Hal itu membuat Dafa semakin merasa sesak.Melihat Bia duduk dekat d

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 15 (Siapa yang menghubungi Bella?)

    Dafa beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Bia yang masih ternganga mendengar perkataan pria berwajah dingin itu."Dia udah tau?" tanya Bia pada dirinya sendiri. Ia begitu bingung dengan kata yang terucap dari mulut Dafa. Apakah Dafa benar mengetahui bahwa wanita yang tinggal serumah dengannya bukan Bella melainkan Bia? Ataukah perkataan itu hanya persepsi Dafa semata?Bia memasuki kamar dengan wajah cemas. Ia tak ingin rahasianya terbongkar begitu cepat. Sudah larut malam dan Bia belum bisa tidur lagi. Matanya pun kembali segar, perkataan Dafa kini terngiang-ngiang di telinganya. Setelah cukup lama gelisah, gadis cerdik itu pun bereaksi. Bia menggeledah seluruh isi kamar Bella yang tak sempat ia cek sebelumnya. Entah apa yang dicarinya.Bia menemukan tumpukan struk di dalam laci meja rias. Ia melihat satu persatu isi struk belanja milik Bella."Mie instan? Kopi? Dari ratusan struk cuma isi mie instan sama kopi doang?" keluh Bia ketika meliha

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 14 (Kamu bukan Bella)

    Bia mulai menyadari bahwa perkataannya telah membuat Dafa curiga. Ia pun berusaha untuk terlihat tenang."Mungkin. Aku pernah nonton berita di tv, ada yang tiba-tiba sesak setelah makan udang dan itu karena si pemakan alergi udang," jawab Bia dengan mengontrol dirinya agar tidak terlihat panik."Gimana bos? Kita selidiki kemana?" tanya Sandi pada pak Irwan.Pak Irwan pun menjawab dengan cepat, "berangkat sekarang menemui istri pak Tiar."Pak Irwan melangkahkan kaki dengan cepat, dibuntuti oleh Yoga, Sandi, dan Dafa. Sementara Bia masih diam di tempat dengan wajah cemas."Ayo, Bel," ajak Sandi yang kini berada 5 meter dari Bia.Bia tiba-tiba memegang kepalanya. "Aku gak ikut ya, San, kepala aku sakit. Mungkin gara-gara shock tadi." Bia berpura-pura sakit agar Sandi tak memaksanya ikut menemui istri pak Tiar yang tak lain adalah bibinya. Gadis itu cukup cerdik."Langsung pulang aja, istirahat." Dafa yang berada di depan Sandi nampaknya mendengar ucapan Bia. Ia pun meminta Bia agar pulan

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 13 (Menerka-nerka)

    "Istrinya."Akhirnya pak Irwan membuka mulutnya. Ia memberitahukan rekan-rekannya bahwa istri pak Tiar lah yang membawakan makan malam. Sontak hal tersebut membuat semua terkejut, terutama Bia. Terlihat dari raut wajahnya ia tak menyangka bahwa bibinya lah yang meracuni sang paman."Masuk akal, istrinya kasi makan malam. Setelah suaminya meninggal, pihak keluarga enggan untuk dilakukan otopsi. Tanpa penyelidikan sudah jelas istrinya adalah tersangka utama," jawab Sandi. Kali ini suaranya cukup mewakilkan semua orang."Setuju," balas Yoga. Sementara Dafa hanya terdiam. Ia masih berpikir keras coba mendalami kasus kali ini sebelum akhirnya membuka suara."Gak setuju," ucapan Bia kali ini cukup untuk mencengangkan seluruh rekannya. "Seorang istri pasti mencintai suaminya dan ingin hidup bersama selamanya. Jadi gak mungkin istri pak Tiar pelakunya."Sandi pun mempertanyakan pendapat Bia, "terus kenapa sang istri menolak untuk otopsi?"

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 12 (Siapa pelakunya?)

    Embun pagi masih menghiasi dedaunan. Kicauan burung menyambut datangnya hari baru. Sementara Bia tertidur pulas di bawah selimut tebalnya. Suara ketukan pintu kamar memaksa Bia membuka mata."Apa sih pagi banget, matahari belum muncul juga," teriak Bia pada seorang dibalik pintu kamarnya."Keluar," terdengar suara Dafa dari balik pintu.Dengan wajah kusut, Bia beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu. Ia berjalan dengan mata pekat."Apa?" tanya Bia kesal.Dafa berdiri tegap di hadapan Bia. Ia menggelengkan kepala saat melihat gadis di depannya itu berbicara sambil menutup mata. "Siap-siap, kita ke tempat kemarin."Bia mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti tempat apa yang Dafa maksud. "Tempat mana?""Pak Tiar meninggal," ucap Dafa dengan santai.Ucapan Dafa kali ini sontak membuat mata Bia terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar bahwa pamannya yang kemarin berada dalam tahanan kini telah meninggal. "Se

DMCA.com Protection Status