Teman masa kecil suamiku berkemudi saat mabuk dan menabrak orang tuaku hingga mati. Aku ingin melapor polisi, tetapi suamiku malah menutup mataku dan membawaku ke ruang bawah tanah. Selama tiga tahun, aku mengalami berbagai macam siksaan di tengah kegelapan. Setiap kali setelah disiksa, akan terdengar suara dingin seorang pria. "Yulia, kamu masih membencinya?" Hingga suatu hari, aku berbaring di lantai yang dingin dan memohon ampun dengan orang di ujung telepon, "Nggak! Aku nggak membencinya lagi!" Seketika, terdengar tawa bahagia suamiku di telepon. Setelah aku keluar, aku menghindari pelukan suamiku. Saat aku mengusulkan perceraian, dia malah menggila.
View MoreHanum sungguh murka. "Kamu ....""Kita pergi dari sini. Jangan buang-buang waktu bicara dengan dia. Yulia, aku tunggu kamu datang dan memohon padaku!" ujar Jovan.Setelah mereka pergi, Harry menatapku dengan heran. "Memohon padanya untuk apa?"Aku terkekeh-kekeh. "Mungkin dia kira aku akan berlutut memohon maaf padanya, berharap dia nggak akan menyetujui perceraian yang dianggapnya lelucon itu."Harry tertegun sesaat. Setelah beberapa saat, dia meminum secangkir kopi dan menghela napas. "Aku ingin sekali memberinya kartu namaku."Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Harry menatapku untuk waktu yang lama. Aku pun menyingkirkan senyumanku dengan malu."Yulia, kamu harus lebih sering tertawa. Kamu cantik kalau tertawa."....Setelah hari itu, aku benar-benar menerima surat perjanjian cerai yang sudah ditandatangani oleh Jovan. Aku segera menandatanganinya, takut dia berubah pikiran.Kami telah sepakat untuk mengurus prosedur perceraian pada waktunya. Selama satu bulan masa tenang, Jov
Sebenarnya aku sendiri pun tidak bisa menghitung berapa malam yang telah berlalu. Aku selalu mengalami insomnia dan mimpi buruk.Aku berbaring di kursi santai dan memejamkan mata. Seketika, rasanya seperti kembali ke ruang bawah tanah yang gelap itu. Hinaan, cemoohan, dan kata-kata kotor terus masuk ke telingaku."Bu Yulia?"Aku terkejut dan sontak membuka mataku. Yang kulihat adalah wajah Harry yang lembut dan terpelajar. Meskipun terlihat tenang, alisnya agak berkerut."Lebih buruk daripada yang kubayangkan. Tapi, nggak apa-apa. Selama kamu percaya padaku, masalah akan teratasi."Aku menerima segelas air yang dia berikan. "Terima kasih!""Sama-sama, sebenarnya kita pernah bertemu sebelumnya."Aku menatapnya dengan terkejut. Dia mengedipkan matanya, seolah-olah sedang berpikir."Saat masih kecil. Aku kenal orang tuamu. Aku sangat menyesal atas kecelakaan yang menimpa mereka."Namun, aku benar-benar tidak ingat tentang pria ini. Dia sepertinya bisa melihat kebingunganku sehingga tersen
Dengan bangga, Hanum mengangkat alisnya.Aku tidak ingin ketahuan. "Ya, dia di mana?""Sayang sekali, aku bilang ingin makan kue, jadi dia pergi membelikannya untukku." Hanum tersenyum bahagia. Dia bahkan mengangkat tangan untuk menyisir rambut di leher demi memperlihatkan cupangnya."Oh ya? Kalau begitu, aku akan datang lain waktu." Aku maju dua langkah, lalu menoleh untuk melirik Hanum."Kalau dia benaran mencintaimu, lebih baik suruh dia segera tanda tangan surat cerai dan jangan mencariku lagi. Mengganggu saja."Tebersit kemarahan besar pada sorot mata Hanum. "Yulia, kamu cuma wanita cacat. Apa yang kamu banggakan?"Ketika melihat Hanum marah, aku merasa sangat puas. Ini baru permulaan. Kejutan untuk Hanum masih ada di belakang.Tidak lama setelah itu, aku melihat Hanum di berita. Kuburan keluarganya dirusak secara sengaja, tetapi pelakunya belum ditemukan.Berita lokal hanya menyebutkan bahwa hal itu kemungkinan dilakukan oleh sekelompok pencuri makam yang mengira tempat itu adala
Aku mencari teman-teman yang bekerja di bidang teknologi untuk membantuku memecahkan masalah ini. Pasti masih ada video lain yang tersimpan.Keesokan hari, Jovan berhasil menemukanku. Namun, aku tidak terkejut. Bagaimanapun, dulu lingkaran pertemananku memang tidak begitu besar dan aku memperkenalkannya kepada setiap teman dekatku.Aku tinggal di salah satu rumah atas nama Dahlia. Ketika turun untuk pergi ke rumah sakit, aku bertemu dengan Jovan yang sudah menunggu lama.Begitu melihatku, ekspresi kegembiraan dan kekesalan muncul bersamaan pada tatapannya. "Yulia, kamu nggak membalas pesanku. Aku pikir kamu sudah mati!"Aku mengabaikan kehadirannya dan mencoba melewatinya. Namun, dia sontak mencengkeram lenganku."Kamu mau buat onar sampai kapan? Aku sudah bilang nggak akan cerai denganmu. Kamu masih mau apa? Apa kamu nggak bisa menerima Hanum?""Ya sudah, aku akan carikan tempat tinggal lain untuknya dan menyuruhnya pindah. Apa ini sudah cukup? Apa kamu bisa berhenti mengacau?"Aku t
Setelah gerbang tertutup, aku merasa seperti terlahir kembali. Kemudian, aku menelepon seorang teman lama.Kurang dari sepuluh menit kemudian, temanku itu tiba di kompleks dan membawaku pergi dari tempat itu."Jovan ini benar-benar kejam. Selama tiga tahun, aku selalu bertanya-tanya tentangmu. Dia cuma bilang kamu pergi ke luar negeri dan nggak tahu kapan kembali. Aku lihat dia dekat sekali dengan Hanum. Aku kira kamu pergi berlibur untuk melupakan stres. Siapa sangka, dia melakukan tindakan ilegal!"Aku menatapnya dengan ekspresi datar. "Dahlia, aku boleh minta bantuanmu nggak?""Katakan saja!""Tolong buatkan aku surat cerai dan bantu aku cari tahu di mana orang tuaku dikuburkan."Dahlia langsung setuju. Kemudian, dia menatapku dengan ragu. "Kamu yakin mau lepasin Jovan dan Hanum begitu saja?"Aku terdiam. Tiga tahun dalam kegelapan, penderitaan yang kualami membuatku sangat tersiksa. Aku tidak mungkin melupakannya begitu saja."Untuk sekarang aku belum punya bukti. Tapi, bukti itu m
Ketika melihat jari kelingkingku yang terpelintir dengan aneh, Jovan segera maju."Aku nggak tahu apa-apa!"Dia tidak tahu? Bagaimana mungkin? Setiap suara yang terdengar setelah pukulan kejam itu adalah suara Jovan."Apa yang sebenarnya terjadi?"Jovan segera meraih tanganku. Aku tidak bisa mengabaikan ketidakpercayaan yang ada pada tatapannya.Namun, aku tetap memilih untuk menepis tangannya. Aku menggigit bibirku, lalu menatap Jovan lekat-lekat."Ini ada hubungannya denganmu atau nggak, itu sudah nggak penting lagi. Yang jelas, sekarang aku cacat."Tidak peduli seperti apa kebenarannya, apakah Jovan yang menyuruh orang untuk menyiksaku atau bukan, semua itu tidak begitu penting lagi. Bagaimanapun, dia yang menipuku ke ruang bawah tanah itu.Jika bukan karena Jovan yang katanya ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai suami untuk menghukumku yang berprasangka buruk terhadap Hanum, aku tidak akan berakhir seperti ini."Aku nggak mau apa-apa lagi. Perusahaan untukmu. Aku pergi tanpa
Diamku membuat Jovan marah. Dia mengambil gelas di meja, lalu melemparkannya ke arahku hingga pecah berkeping-keping.Darah mengalir di dahiku. Dia mendongak dengan tertegun, lalu menatapku. "Kamu ... kenapa nggak menghindar?"Menghindar? Memangnya aku bisa menghindar? Bukannya ini perintahnya? Kalau aku menghindar, dia akan memberikan tulang-tulang orang tuaku kepada anjing. Bukankah Jovan adalah orang yang selalu menepati janjinya? Dia sendiri yang mengatakan ini dulu."Yulia, kalau kamu berani bicara buruk tentang Hanum di luar, aku pasti akan membuatmu menderita," ancam Jovan.Di ruangan yang gelap itu, hanya karena beberapa helai rambut Hanum rontok, Jovan langsung menyuruh orang memukulku. Jika Hanum tidak bisa makan, aku tidak boleh makan, bahkan asupan airku dibatasi. Saat Hanum hampir terjun dari gedung, Jovan menyuruh orang mematahkan tulang kaki dan tanganku.Darah mengalir semakin banyak. Aku mengedipkan mataku yang berkunang-kunang. Jovan bergegas menghampiriku. "Hanum, ce
Pengawal mengantarku kembali ke vila, lalu pergi. Sebelum membuka pintu, aku melihat dia memasukkan kode sandi. Itu bukan kode sandi yang dulu karena sudah diganti dengan ulang tahun Hanum.Aku berjalan tertatih-tatih, memandang seisi rumah. Segalanya tampak sama dengan tiga tahun lalu, tetapi juga terasa berbeda.Di depan pintu terdapat sepasang sandal pria dan wanita. Sandal pria itu milik Jovan, yang wanita milik Hanum.Di kamar tidur Jovan, terdapat dua bantal. Sementara itu, lemari sebelah kiri berisikan pakaian Jovan, sebelah kanan berisikan pakaian Hanum.Di kamar mandi, terdapat dua sikat gigi dan gelas kumur. Ada juga produk perawatan wanita yang banyak.Semua ini seakan-akan memberitahuku bahwa Jovan dan Hanum sudah lama tidur bersama.Ketika pintu terbuka, aku sudah keluar dari kamar yang sudah lama bukan milikku. Tampak dua sosok yang berpelukan dan berciuman di bawah cahaya bulan.Tap! Aku menyalakan lampu ruang tamu. Seketika, wajah Hanum dipenuhi keterkejutan. Jovan refl
"Sudahlah, Jovan. Jangan marah lagi. Kita harus bertemu orang sebentar lagi. Kita pergi saja dulu."Jovan menatapku yang masih berjongkok di tempat. Dia menggenggam ponselnya dengan erat, lalu berkata dengan kesal, "Yulia, kalau kamu nggak mau berubah, jangan pernah muncul lagi di depanku!""Selama tiga tahun ini, apa saja yang sudah kamu lakukan sebagai istri? Hanum yang selalu menemani dan merawatku. Kalau nggak ada dia, aku mungkin sudah nggak bisa bertahan. Kamu rasa kamu masih pantas untukku?"Usai melontarkan itu, Jovan meraih tangan Hanum dan berbalik pergi. Hanum menyunggingkan senyuman sinis kepadaku. Dia menggerakkan mulutnya untuk mengucapkan kata "loser" tanpa suara.Sekujur tubuhku gemetaran melihat keduanya pergi bersama."Bu! Jari kelingkingmu kenapa?" Aku perlahan-lahan menunduk melihat jari kelingking kananku.Tiga tahun berpisah, Jovan selalu pergi dengan terburu-buru saat datang melihatku. Bahkan, dia tidak menyadari ada yang salah dengan kakiku, apalagi jari kelingk
Di ruang bawah tanah yang lembap dan gelap, aku duduk di sudut sambil menyeret kakiku yang terluka. Dinding yang basah menodai bajuku.Pintu terbuka, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Aku menutup mataku secara naluriah.Ketika mendengar suara langkah kaki, aku tanpa sadar merangkak lebih dalam untuk bersembunyi. Saat berikutnya, terdengar suara seseorang. "Bu, Pak Jovan menyuruhku menjemputmu."Aku mendongak dan melirik orang yang menghampiriku. Itu adalah pengawal yang sudah bekerja untuk Jovan selama bertahun-tahun."Ya." Aku menunduk dan mengangguk. Dengan susah payah, aku bangkit dan berjalan dengan satu kaki yang pincang.Pengawal itu tampak terkejut. "Bu, kakimu kenapa?"Tanganku mencengkeram erat lipatan celanaku. Dengan kepala tertunduk, aku menyahut, "Tadi terbentur lemari. Sepertinya ada patah tulang."Pengawal itu menatapku dengan heran. "Kenapa nggak kasih tahu Pak Jovan?"Aku hanya tersenyum pahit tanpa menjawab. Apa yang mau dibilang? Memangnya Jovan akan membiarkanku ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments