Share

Bab 2

Penulis: Kholidah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 11:04:12
"Sudahlah, Jovan. Jangan marah lagi. Kita harus bertemu orang sebentar lagi. Kita pergi saja dulu."

Jovan menatapku yang masih berjongkok di tempat. Dia menggenggam ponselnya dengan erat, lalu berkata dengan kesal, "Yulia, kalau kamu nggak mau berubah, jangan pernah muncul lagi di depanku!"

"Selama tiga tahun ini, apa saja yang sudah kamu lakukan sebagai istri? Hanum yang selalu menemani dan merawatku. Kalau nggak ada dia, aku mungkin sudah nggak bisa bertahan. Kamu rasa kamu masih pantas untukku?"

Usai melontarkan itu, Jovan meraih tangan Hanum dan berbalik pergi. Hanum menyunggingkan senyuman sinis kepadaku. Dia menggerakkan mulutnya untuk mengucapkan kata "loser" tanpa suara.

Sekujur tubuhku gemetaran melihat keduanya pergi bersama.

"Bu! Jari kelingkingmu kenapa?" Aku perlahan-lahan menunduk melihat jari kelingking kananku.

Tiga tahun berpisah, Jovan selalu pergi dengan terburu-buru saat datang melihatku. Bahkan, dia tidak menyadari ada yang salah dengan kakiku, apalagi jari kelingking kananku yang terpelintir.

Aku tersenyum mencela diri sendiri. "Nggak apa-apa, cuma patah dan belum disambung."

"Aku antar kamu ke rumah sakit." Pengawal memapahku.

Sekujur tubuhku terasa lemas. Aku hanya bisa bersandar di tubuh pengawal.

Tiga tahun lalu, Hanum muncul di sisi Jovan. Aku tahu Jovan punya teman perempuan masa kecil yang sangat dekat dengannya. Kemudian, keluarga wanita itu mengalami masalah dan mengirimnya ke luar negeri. Selama bertahun-tahun, Jovan tidak pernah berpacaran ataupun dekat dengan wanita.

Aku tahu Jovan sedang menunggunya, sementara aku juga sedang menunggu Jovan.

Selama bertahun-tahun itu, keluargaku memperkenalkanku kepada banyak pria, tetapi aku menolak semuanya dengan halus. Orang tuaku hampir mengira aku lesbi, hingga suatu hari Jovan datang mencariku di tengah hujan deras.

"Yulia, aku nggak akan tunggu lagi. Apa kamu punya pria yang kamu sukai? Kalau nggak ada, gimana kalau menikah denganku saja?"

Aku sungguh bersemangat saat itu. Aku langsung memeluknya dengan erat. Jovan tidak akan tahu betapa aku mencintainya saat itu. Aku memberikan segalanya, berusaha menjadi istri yang baik dengan selalu merawatnya.

Seiring berjalannya waktu, semua pengorbananku akhirnya mendapat hasil yang baik. Namun, semuanya berubah setelah Hanum kembali.

Aku sudah menemukan saksi mata. Yang menabrak orang tuaku adalah Hanum. Dia berkemudi sambil mabuk. Karena takut, dia menabrak orang tuaku lagi sampai mati!

Namun, Jovan sama sekali tidak percaya. Dia bahkan membela Hanum mengatakan mereka bersama sepanjang malam itu. Dia juga menyuap saksi mata untuk mengubah pernyataan.

Aku sebatang kara, dianggap gila karena cemburu. Aku tidak akan pernah melupakan masalah ini untuk selamanya.

Hari itu saat tiba di rumah sakit, aku melihat dua jasad yang sudah tidak bisa dikenali.

Aku juga tidak akan pernah lupa bagaimana Jovan menipuku dan membawaku ke ruang bawah tanah yang gelap gulita! Dia mengurungku dengan kejam!

"Yulia, kamu terlalu emosional. Kamu butuh ketenangan."

....

"Gimana kamu bisa cedera seperti ini?" tanya Dokter sambil mengernyit. Kemudian, dia melirik pengawal di samping. "Kamu keluarga pasien?"

Pengawal memaksakan diri untuk mengangguk.

"Cederanya sudah begitu lama. Kenapa baru datang sekarang? Meskipun jari kelingking ini disambung, hasilnya nggak bakal kembali seperti semula. Terus, kakimu kenapa?"

Aku perlahan-lahan mendongak dan melirik pengawal. Aku tahu dia hanya mengikuti instruksi Jovan. Itu sebabnya, aku tidak mengungkapkan apa yang terjadi di ruang bawah tanah.

Jika tidak, Jovan tidak akan pernah memberitahuku di mana dia menguburkan orang tuaku.

Bab terkait

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 3

    Pengawal mengantarku kembali ke vila, lalu pergi. Sebelum membuka pintu, aku melihat dia memasukkan kode sandi. Itu bukan kode sandi yang dulu karena sudah diganti dengan ulang tahun Hanum.Aku berjalan tertatih-tatih, memandang seisi rumah. Segalanya tampak sama dengan tiga tahun lalu, tetapi juga terasa berbeda.Di depan pintu terdapat sepasang sandal pria dan wanita. Sandal pria itu milik Jovan, yang wanita milik Hanum.Di kamar tidur Jovan, terdapat dua bantal. Sementara itu, lemari sebelah kiri berisikan pakaian Jovan, sebelah kanan berisikan pakaian Hanum.Di kamar mandi, terdapat dua sikat gigi dan gelas kumur. Ada juga produk perawatan wanita yang banyak.Semua ini seakan-akan memberitahuku bahwa Jovan dan Hanum sudah lama tidur bersama.Ketika pintu terbuka, aku sudah keluar dari kamar yang sudah lama bukan milikku. Tampak dua sosok yang berpelukan dan berciuman di bawah cahaya bulan.Tap! Aku menyalakan lampu ruang tamu. Seketika, wajah Hanum dipenuhi keterkejutan. Jovan refl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 4

    Diamku membuat Jovan marah. Dia mengambil gelas di meja, lalu melemparkannya ke arahku hingga pecah berkeping-keping.Darah mengalir di dahiku. Dia mendongak dengan tertegun, lalu menatapku. "Kamu ... kenapa nggak menghindar?"Menghindar? Memangnya aku bisa menghindar? Bukannya ini perintahnya? Kalau aku menghindar, dia akan memberikan tulang-tulang orang tuaku kepada anjing. Bukankah Jovan adalah orang yang selalu menepati janjinya? Dia sendiri yang mengatakan ini dulu."Yulia, kalau kamu berani bicara buruk tentang Hanum di luar, aku pasti akan membuatmu menderita," ancam Jovan.Di ruangan yang gelap itu, hanya karena beberapa helai rambut Hanum rontok, Jovan langsung menyuruh orang memukulku. Jika Hanum tidak bisa makan, aku tidak boleh makan, bahkan asupan airku dibatasi. Saat Hanum hampir terjun dari gedung, Jovan menyuruh orang mematahkan tulang kaki dan tanganku.Darah mengalir semakin banyak. Aku mengedipkan mataku yang berkunang-kunang. Jovan bergegas menghampiriku. "Hanum, ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 5

    Ketika melihat jari kelingkingku yang terpelintir dengan aneh, Jovan segera maju."Aku nggak tahu apa-apa!"Dia tidak tahu? Bagaimana mungkin? Setiap suara yang terdengar setelah pukulan kejam itu adalah suara Jovan."Apa yang sebenarnya terjadi?"Jovan segera meraih tanganku. Aku tidak bisa mengabaikan ketidakpercayaan yang ada pada tatapannya.Namun, aku tetap memilih untuk menepis tangannya. Aku menggigit bibirku, lalu menatap Jovan lekat-lekat."Ini ada hubungannya denganmu atau nggak, itu sudah nggak penting lagi. Yang jelas, sekarang aku cacat."Tidak peduli seperti apa kebenarannya, apakah Jovan yang menyuruh orang untuk menyiksaku atau bukan, semua itu tidak begitu penting lagi. Bagaimanapun, dia yang menipuku ke ruang bawah tanah itu.Jika bukan karena Jovan yang katanya ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai suami untuk menghukumku yang berprasangka buruk terhadap Hanum, aku tidak akan berakhir seperti ini."Aku nggak mau apa-apa lagi. Perusahaan untukmu. Aku pergi tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 6

    Setelah gerbang tertutup, aku merasa seperti terlahir kembali. Kemudian, aku menelepon seorang teman lama.Kurang dari sepuluh menit kemudian, temanku itu tiba di kompleks dan membawaku pergi dari tempat itu."Jovan ini benar-benar kejam. Selama tiga tahun, aku selalu bertanya-tanya tentangmu. Dia cuma bilang kamu pergi ke luar negeri dan nggak tahu kapan kembali. Aku lihat dia dekat sekali dengan Hanum. Aku kira kamu pergi berlibur untuk melupakan stres. Siapa sangka, dia melakukan tindakan ilegal!"Aku menatapnya dengan ekspresi datar. "Dahlia, aku boleh minta bantuanmu nggak?""Katakan saja!""Tolong buatkan aku surat cerai dan bantu aku cari tahu di mana orang tuaku dikuburkan."Dahlia langsung setuju. Kemudian, dia menatapku dengan ragu. "Kamu yakin mau lepasin Jovan dan Hanum begitu saja?"Aku terdiam. Tiga tahun dalam kegelapan, penderitaan yang kualami membuatku sangat tersiksa. Aku tidak mungkin melupakannya begitu saja."Untuk sekarang aku belum punya bukti. Tapi, bukti itu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 7

    Aku mencari teman-teman yang bekerja di bidang teknologi untuk membantuku memecahkan masalah ini. Pasti masih ada video lain yang tersimpan.Keesokan hari, Jovan berhasil menemukanku. Namun, aku tidak terkejut. Bagaimanapun, dulu lingkaran pertemananku memang tidak begitu besar dan aku memperkenalkannya kepada setiap teman dekatku.Aku tinggal di salah satu rumah atas nama Dahlia. Ketika turun untuk pergi ke rumah sakit, aku bertemu dengan Jovan yang sudah menunggu lama.Begitu melihatku, ekspresi kegembiraan dan kekesalan muncul bersamaan pada tatapannya. "Yulia, kamu nggak membalas pesanku. Aku pikir kamu sudah mati!"Aku mengabaikan kehadirannya dan mencoba melewatinya. Namun, dia sontak mencengkeram lenganku."Kamu mau buat onar sampai kapan? Aku sudah bilang nggak akan cerai denganmu. Kamu masih mau apa? Apa kamu nggak bisa menerima Hanum?""Ya sudah, aku akan carikan tempat tinggal lain untuknya dan menyuruhnya pindah. Apa ini sudah cukup? Apa kamu bisa berhenti mengacau?"Aku t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 8

    Dengan bangga, Hanum mengangkat alisnya.Aku tidak ingin ketahuan. "Ya, dia di mana?""Sayang sekali, aku bilang ingin makan kue, jadi dia pergi membelikannya untukku." Hanum tersenyum bahagia. Dia bahkan mengangkat tangan untuk menyisir rambut di leher demi memperlihatkan cupangnya."Oh ya? Kalau begitu, aku akan datang lain waktu." Aku maju dua langkah, lalu menoleh untuk melirik Hanum."Kalau dia benaran mencintaimu, lebih baik suruh dia segera tanda tangan surat cerai dan jangan mencariku lagi. Mengganggu saja."Tebersit kemarahan besar pada sorot mata Hanum. "Yulia, kamu cuma wanita cacat. Apa yang kamu banggakan?"Ketika melihat Hanum marah, aku merasa sangat puas. Ini baru permulaan. Kejutan untuk Hanum masih ada di belakang.Tidak lama setelah itu, aku melihat Hanum di berita. Kuburan keluarganya dirusak secara sengaja, tetapi pelakunya belum ditemukan.Berita lokal hanya menyebutkan bahwa hal itu kemungkinan dilakukan oleh sekelompok pencuri makam yang mengira tempat itu adala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 9

    Sebenarnya aku sendiri pun tidak bisa menghitung berapa malam yang telah berlalu. Aku selalu mengalami insomnia dan mimpi buruk.Aku berbaring di kursi santai dan memejamkan mata. Seketika, rasanya seperti kembali ke ruang bawah tanah yang gelap itu. Hinaan, cemoohan, dan kata-kata kotor terus masuk ke telingaku."Bu Yulia?"Aku terkejut dan sontak membuka mataku. Yang kulihat adalah wajah Harry yang lembut dan terpelajar. Meskipun terlihat tenang, alisnya agak berkerut."Lebih buruk daripada yang kubayangkan. Tapi, nggak apa-apa. Selama kamu percaya padaku, masalah akan teratasi."Aku menerima segelas air yang dia berikan. "Terima kasih!""Sama-sama, sebenarnya kita pernah bertemu sebelumnya."Aku menatapnya dengan terkejut. Dia mengedipkan matanya, seolah-olah sedang berpikir."Saat masih kecil. Aku kenal orang tuamu. Aku sangat menyesal atas kecelakaan yang menimpa mereka."Namun, aku benar-benar tidak ingat tentang pria ini. Dia sepertinya bisa melihat kebingunganku sehingga tersen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 10

    Hanum sungguh murka. "Kamu ....""Kita pergi dari sini. Jangan buang-buang waktu bicara dengan dia. Yulia, aku tunggu kamu datang dan memohon padaku!" ujar Jovan.Setelah mereka pergi, Harry menatapku dengan heran. "Memohon padanya untuk apa?"Aku terkekeh-kekeh. "Mungkin dia kira aku akan berlutut memohon maaf padanya, berharap dia nggak akan menyetujui perceraian yang dianggapnya lelucon itu."Harry tertegun sesaat. Setelah beberapa saat, dia meminum secangkir kopi dan menghela napas. "Aku ingin sekali memberinya kartu namaku."Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Harry menatapku untuk waktu yang lama. Aku pun menyingkirkan senyumanku dengan malu."Yulia, kamu harus lebih sering tertawa. Kamu cantik kalau tertawa."....Setelah hari itu, aku benar-benar menerima surat perjanjian cerai yang sudah ditandatangani oleh Jovan. Aku segera menandatanganinya, takut dia berubah pikiran.Kami telah sepakat untuk mengurus prosedur perceraian pada waktunya. Selama satu bulan masa tenang, Jov

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 10

    Hanum sungguh murka. "Kamu ....""Kita pergi dari sini. Jangan buang-buang waktu bicara dengan dia. Yulia, aku tunggu kamu datang dan memohon padaku!" ujar Jovan.Setelah mereka pergi, Harry menatapku dengan heran. "Memohon padanya untuk apa?"Aku terkekeh-kekeh. "Mungkin dia kira aku akan berlutut memohon maaf padanya, berharap dia nggak akan menyetujui perceraian yang dianggapnya lelucon itu."Harry tertegun sesaat. Setelah beberapa saat, dia meminum secangkir kopi dan menghela napas. "Aku ingin sekali memberinya kartu namaku."Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Harry menatapku untuk waktu yang lama. Aku pun menyingkirkan senyumanku dengan malu."Yulia, kamu harus lebih sering tertawa. Kamu cantik kalau tertawa."....Setelah hari itu, aku benar-benar menerima surat perjanjian cerai yang sudah ditandatangani oleh Jovan. Aku segera menandatanganinya, takut dia berubah pikiran.Kami telah sepakat untuk mengurus prosedur perceraian pada waktunya. Selama satu bulan masa tenang, Jov

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 9

    Sebenarnya aku sendiri pun tidak bisa menghitung berapa malam yang telah berlalu. Aku selalu mengalami insomnia dan mimpi buruk.Aku berbaring di kursi santai dan memejamkan mata. Seketika, rasanya seperti kembali ke ruang bawah tanah yang gelap itu. Hinaan, cemoohan, dan kata-kata kotor terus masuk ke telingaku."Bu Yulia?"Aku terkejut dan sontak membuka mataku. Yang kulihat adalah wajah Harry yang lembut dan terpelajar. Meskipun terlihat tenang, alisnya agak berkerut."Lebih buruk daripada yang kubayangkan. Tapi, nggak apa-apa. Selama kamu percaya padaku, masalah akan teratasi."Aku menerima segelas air yang dia berikan. "Terima kasih!""Sama-sama, sebenarnya kita pernah bertemu sebelumnya."Aku menatapnya dengan terkejut. Dia mengedipkan matanya, seolah-olah sedang berpikir."Saat masih kecil. Aku kenal orang tuamu. Aku sangat menyesal atas kecelakaan yang menimpa mereka."Namun, aku benar-benar tidak ingat tentang pria ini. Dia sepertinya bisa melihat kebingunganku sehingga tersen

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 8

    Dengan bangga, Hanum mengangkat alisnya.Aku tidak ingin ketahuan. "Ya, dia di mana?""Sayang sekali, aku bilang ingin makan kue, jadi dia pergi membelikannya untukku." Hanum tersenyum bahagia. Dia bahkan mengangkat tangan untuk menyisir rambut di leher demi memperlihatkan cupangnya."Oh ya? Kalau begitu, aku akan datang lain waktu." Aku maju dua langkah, lalu menoleh untuk melirik Hanum."Kalau dia benaran mencintaimu, lebih baik suruh dia segera tanda tangan surat cerai dan jangan mencariku lagi. Mengganggu saja."Tebersit kemarahan besar pada sorot mata Hanum. "Yulia, kamu cuma wanita cacat. Apa yang kamu banggakan?"Ketika melihat Hanum marah, aku merasa sangat puas. Ini baru permulaan. Kejutan untuk Hanum masih ada di belakang.Tidak lama setelah itu, aku melihat Hanum di berita. Kuburan keluarganya dirusak secara sengaja, tetapi pelakunya belum ditemukan.Berita lokal hanya menyebutkan bahwa hal itu kemungkinan dilakukan oleh sekelompok pencuri makam yang mengira tempat itu adala

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 7

    Aku mencari teman-teman yang bekerja di bidang teknologi untuk membantuku memecahkan masalah ini. Pasti masih ada video lain yang tersimpan.Keesokan hari, Jovan berhasil menemukanku. Namun, aku tidak terkejut. Bagaimanapun, dulu lingkaran pertemananku memang tidak begitu besar dan aku memperkenalkannya kepada setiap teman dekatku.Aku tinggal di salah satu rumah atas nama Dahlia. Ketika turun untuk pergi ke rumah sakit, aku bertemu dengan Jovan yang sudah menunggu lama.Begitu melihatku, ekspresi kegembiraan dan kekesalan muncul bersamaan pada tatapannya. "Yulia, kamu nggak membalas pesanku. Aku pikir kamu sudah mati!"Aku mengabaikan kehadirannya dan mencoba melewatinya. Namun, dia sontak mencengkeram lenganku."Kamu mau buat onar sampai kapan? Aku sudah bilang nggak akan cerai denganmu. Kamu masih mau apa? Apa kamu nggak bisa menerima Hanum?""Ya sudah, aku akan carikan tempat tinggal lain untuknya dan menyuruhnya pindah. Apa ini sudah cukup? Apa kamu bisa berhenti mengacau?"Aku t

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 6

    Setelah gerbang tertutup, aku merasa seperti terlahir kembali. Kemudian, aku menelepon seorang teman lama.Kurang dari sepuluh menit kemudian, temanku itu tiba di kompleks dan membawaku pergi dari tempat itu."Jovan ini benar-benar kejam. Selama tiga tahun, aku selalu bertanya-tanya tentangmu. Dia cuma bilang kamu pergi ke luar negeri dan nggak tahu kapan kembali. Aku lihat dia dekat sekali dengan Hanum. Aku kira kamu pergi berlibur untuk melupakan stres. Siapa sangka, dia melakukan tindakan ilegal!"Aku menatapnya dengan ekspresi datar. "Dahlia, aku boleh minta bantuanmu nggak?""Katakan saja!""Tolong buatkan aku surat cerai dan bantu aku cari tahu di mana orang tuaku dikuburkan."Dahlia langsung setuju. Kemudian, dia menatapku dengan ragu. "Kamu yakin mau lepasin Jovan dan Hanum begitu saja?"Aku terdiam. Tiga tahun dalam kegelapan, penderitaan yang kualami membuatku sangat tersiksa. Aku tidak mungkin melupakannya begitu saja."Untuk sekarang aku belum punya bukti. Tapi, bukti itu m

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 5

    Ketika melihat jari kelingkingku yang terpelintir dengan aneh, Jovan segera maju."Aku nggak tahu apa-apa!"Dia tidak tahu? Bagaimana mungkin? Setiap suara yang terdengar setelah pukulan kejam itu adalah suara Jovan."Apa yang sebenarnya terjadi?"Jovan segera meraih tanganku. Aku tidak bisa mengabaikan ketidakpercayaan yang ada pada tatapannya.Namun, aku tetap memilih untuk menepis tangannya. Aku menggigit bibirku, lalu menatap Jovan lekat-lekat."Ini ada hubungannya denganmu atau nggak, itu sudah nggak penting lagi. Yang jelas, sekarang aku cacat."Tidak peduli seperti apa kebenarannya, apakah Jovan yang menyuruh orang untuk menyiksaku atau bukan, semua itu tidak begitu penting lagi. Bagaimanapun, dia yang menipuku ke ruang bawah tanah itu.Jika bukan karena Jovan yang katanya ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai suami untuk menghukumku yang berprasangka buruk terhadap Hanum, aku tidak akan berakhir seperti ini."Aku nggak mau apa-apa lagi. Perusahaan untukmu. Aku pergi tanpa

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 4

    Diamku membuat Jovan marah. Dia mengambil gelas di meja, lalu melemparkannya ke arahku hingga pecah berkeping-keping.Darah mengalir di dahiku. Dia mendongak dengan tertegun, lalu menatapku. "Kamu ... kenapa nggak menghindar?"Menghindar? Memangnya aku bisa menghindar? Bukannya ini perintahnya? Kalau aku menghindar, dia akan memberikan tulang-tulang orang tuaku kepada anjing. Bukankah Jovan adalah orang yang selalu menepati janjinya? Dia sendiri yang mengatakan ini dulu."Yulia, kalau kamu berani bicara buruk tentang Hanum di luar, aku pasti akan membuatmu menderita," ancam Jovan.Di ruangan yang gelap itu, hanya karena beberapa helai rambut Hanum rontok, Jovan langsung menyuruh orang memukulku. Jika Hanum tidak bisa makan, aku tidak boleh makan, bahkan asupan airku dibatasi. Saat Hanum hampir terjun dari gedung, Jovan menyuruh orang mematahkan tulang kaki dan tanganku.Darah mengalir semakin banyak. Aku mengedipkan mataku yang berkunang-kunang. Jovan bergegas menghampiriku. "Hanum, ce

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 3

    Pengawal mengantarku kembali ke vila, lalu pergi. Sebelum membuka pintu, aku melihat dia memasukkan kode sandi. Itu bukan kode sandi yang dulu karena sudah diganti dengan ulang tahun Hanum.Aku berjalan tertatih-tatih, memandang seisi rumah. Segalanya tampak sama dengan tiga tahun lalu, tetapi juga terasa berbeda.Di depan pintu terdapat sepasang sandal pria dan wanita. Sandal pria itu milik Jovan, yang wanita milik Hanum.Di kamar tidur Jovan, terdapat dua bantal. Sementara itu, lemari sebelah kiri berisikan pakaian Jovan, sebelah kanan berisikan pakaian Hanum.Di kamar mandi, terdapat dua sikat gigi dan gelas kumur. Ada juga produk perawatan wanita yang banyak.Semua ini seakan-akan memberitahuku bahwa Jovan dan Hanum sudah lama tidur bersama.Ketika pintu terbuka, aku sudah keluar dari kamar yang sudah lama bukan milikku. Tampak dua sosok yang berpelukan dan berciuman di bawah cahaya bulan.Tap! Aku menyalakan lampu ruang tamu. Seketika, wajah Hanum dipenuhi keterkejutan. Jovan refl

  • Menceraikan Suamiku yang Kejam   Bab 2

    "Sudahlah, Jovan. Jangan marah lagi. Kita harus bertemu orang sebentar lagi. Kita pergi saja dulu."Jovan menatapku yang masih berjongkok di tempat. Dia menggenggam ponselnya dengan erat, lalu berkata dengan kesal, "Yulia, kalau kamu nggak mau berubah, jangan pernah muncul lagi di depanku!""Selama tiga tahun ini, apa saja yang sudah kamu lakukan sebagai istri? Hanum yang selalu menemani dan merawatku. Kalau nggak ada dia, aku mungkin sudah nggak bisa bertahan. Kamu rasa kamu masih pantas untukku?"Usai melontarkan itu, Jovan meraih tangan Hanum dan berbalik pergi. Hanum menyunggingkan senyuman sinis kepadaku. Dia menggerakkan mulutnya untuk mengucapkan kata "loser" tanpa suara.Sekujur tubuhku gemetaran melihat keduanya pergi bersama."Bu! Jari kelingkingmu kenapa?" Aku perlahan-lahan menunduk melihat jari kelingking kananku.Tiga tahun berpisah, Jovan selalu pergi dengan terburu-buru saat datang melihatku. Bahkan, dia tidak menyadari ada yang salah dengan kakiku, apalagi jari kelingk

DMCA.com Protection Status