Share

Bab 3 Kecemasan

Penulis: Kak Zorah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Dua hari yang lalu? Di mana?” tanyaku dengan terburu-buru.

Fanny yang menyadari ekspresi di wajahku pun bertanya, “Kenapa kamu responsnya begitu banget?”

“Kamu ngelihat dia di mana?”

Aku tak peduli dengan tanggapan darinya dan terus bertanya lebih jauh. Namun di saat itu tiba-tiba ponsel Fanny berbunyi di saat yang sangat tidak pas. Dia melihat sekilas ponselnya dan mengisyaratkan aku untuk diam. Dia bersandar ke belakang dan mengangkat teleponnya. Baru berbicara beberapa patah kata, tiba-tiba dia menegakkan badannya dan menatapku.

“... apa? Oke … aku ke sana sekarang!”

Sedetik kemudian dia menutup laptopnya, memasukkannya ke dalam tas, dan menunjuk keluar sambil berkata, “Aku pergi dulu, ya. Kapan-kapan kita ketemuan lagi!”

“Eh … kamu ….”

Fanny pergi begitu saja secepat mungkin tanpa menghiraukan aku, meninggalkanku sendirian dalam kebingungan. Dia bilang dia menemui Harry dua hari yang lalu?! dua hari yang lalu, Harry baru saja berangkat ke Riverside, jadi di mana Fanny berpapasan dengan Harry? Pastinya tidak mungkin kebetulan Fanny juga sedang dinas ke Riverside, ‘kan?

Dalam hati aku merasakan kecemasan yang tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Video yang kulihat di TokTok kembali terbayang di kepalaku tanpa henti, tapi aku tidak bisa memastikan apakah itu Harry atau bukan. Apa mungkin Harry berbohong kepadaku? Mungkin sebenarnya dia tidak pergi ke Riverside dan punya selingkuhan di luar sana?

Seorang diri aku melamun di dalam kedai tersebut. Hatiku terombang-ambing dan tubuhku terasa sesak seperti terjebak di dalam gua es. Walaupun sinar matahari pagi yang hangat menyinari tubuhku, aku tetap menggigil kedinginan.

Apa yang harus aku lakukan kalau ternyata Harry sungguh selingkuh? Bagaimana dengan Adele? Bagaimana dengan rumah tanggaku?

Aku melewati hari itu dengan kondisi seolah jiwaku telah pergi dari ragaku. Aku bahkan sampai lupa menjemput Adele dari TK. Untungnya hari itu Harry pulang cepat. Melihat aku belum menjemput Adele, dia segera menenangkanku dan pergi menjemput Adele.

Aku berusaha membangkitkan semangat dan masak di dapur. Namun sebelum Harry pulang bersama dengan Adele, Jasmine tiba-tiba masuk ke rumah. Dia memiliki kunci rumah ini dan datang dengan bebas seperti sedang di rumahnya sendiri. Aku sangat tidak suka dengan itu, tapi apa boleh buat, Harry yang membuatnya jadi seperti itu.

Melihat aku sedang sibuk di dapur, dia langsung menaruh tasnya dan menghampiri. Seraya bersandar di pintu, dia bertanya padaku, “Kenapa baru masak? Kakak di mana?”

“Lagi jemput Adele!” jawabku sambil memotong sayuran.

“Sudah jam berapa ini? Kenapa baru jemput sekarang?”

Jasmine selalu saja seperti ini. Selalu bertingkah seperti majikan yang sok berkuasa, dan tidak menghormatiku sebagai iparnya. Selama bertahun-tahun aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang tak bermoral itu, karena bagaimanapun juga dia adalah adik kandungnya Harry.

“Ada cumi? Aku lagi mau makan cumi goreng tepung!” ujarnya tanpa ada rasa sungkan sedikit pun.

Aku hanya menunjuk ke arah kulkas danberata, “Lihat saja sendiri, kalau ada, keluarin!”

Di saat itu pula aku mendengar suara Adele memanggilku, “Ma, aku pulang! Hari ini Mama lupa jemput aku, ya?”

Adele berlari ke sisiku bagaikan seekor burung kecil yang terbang bebas, menatapku dengan matanya yang besar danbulat. Aku hanya tersenyum dalam rasa bersala dan mencubt hidungnya.

“Iya, tadi Mama lupa banget. Mama janji lain kali nggak bakal lupa lagi!”

Harry membawakan tas Adele masuk dan tersenyum dengan penuh kasih sayang ketika melihat kami. Jasmine juga berbalik dan memanggil kakak kandungnya.

“Ada apa kamu datang kemari?” tanya Harry, lalu dia menaruh barang bawaan, melepas jaket dan masuk ke dapur. “Sayang, biar aku saja sini! Kamu ajak Adele main saja!”

Jasmine menatap kakaknya dan berkata dengan nada yang menyindir, “Kakakku memang contoh suami yang teladan, ya! Aku jadi jadi mau punya suami kayak Kakak.”

“Pergi sana! Jangan ganggu aku! Tunggu saja sampai makanannya jadi!” bentak Harry.

“Nggak mau. Biar aku bantu!” kata Jasmine, “Aku juga mau tahu kayak apa rasanya jadi istri yang akrab sama suaminya!”

Mendengar ucapan Jasmine, dalam hati aku mengumpat. Dasar tidak tahu malu, setiap hari kerjanya hanya bersenang-senang saja masih berharap bisa mendapatkan suami yang sama seperti kakakmu. Keluarga mana yang mau menerima menantu sepertimu.

Aku yang awalnya sudah cukup kesal jadi makin kesal melihat tingkah laku Jasmine. Dia selalu saja mengganggu Harry dan bertingkah seperti seekor kucing penurut, padahal niatnya hanya ingin meminta uang.

Kondisi keluarga mereka dulunya bisa dibilang cukup kesulitan. Hanya ada ayah mertuaku yang bekerja, sedangkan ibu mertuaku hanya bekerja serabutan. Sejak kecil Jasmine sakit-sakitan dan harus sering dirawat di rumah sakit. Hari-hari mereka lalui dengan serba kekurangan, dan saat itu Harry sangat memandang rendah dirinya sendiri.

Semenjak perusahaan yang kubangun bersama Harry mulai sukses, barulah kondisi keluarganya Harry kian membaik. Sebenarnya bisa dibilang aku dan Harry menghidupi seluruh keluarganya, khususnya Jasmine. Dia adalah seorang parasit yang kerjanya hanya bisa meminta uang dan foya-foya, tapi tidak mau kerja. Aku benar-benar sudah kehabisan kata-kata untuk menghadapinya.

Aku pun membawa Adele keluar dari dapur untuk menjauhi diriku dari hal-hal yang membuatku kesal. Tepat di saat itu juga ponselku berdering. Aku melihat ada panggilan masuk dari Fanny ….

Bab terkait

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 4 Nasihat yang Baik

    Aku buru-buru membawa ponselku ke kamar tidur dan mengangkatnya, “Bagus, ya, kamu. Aku sudah jauh-jauh datang, kamu malah langsung pergi!”“Tadi aku ada urusan mendadak di kantor,” ujar Fanny dengan suara serak dan nada yang terdengar sangat kelelahan. “Ini baru saja selesai, makanya aku baru sempat hubungin kamu lagi. Kenapa kamu malah marah-marah? Memangnya aku pengangguran kayak kamu!”Aku terdiam sejenak untuk meredam segala kekesalanku dan bertanya,”Itu tadi … kamu bilang dua hari yang lalu ngelihat Harry. Di mana? Jam berapa?”Pertanyaan ini terus menghantuiku selama satu harian penuh. Aku dapat merasakan Fanny yang berada di sisi lain terdiam sejenak dan kemudian menjawabya dengan nada yang datar, “Aku juga lupa persisnya di mana, cuma lewat sekilas pas lagi nyetir.”“Oh ….”Entah mengapa jawabannya membuatku sedikit kecewa. Tanganku yang dari tadi mengepal erat seketika melemas, dan telapak tanganku dipenuhi dengan keringat dingin. Di situ aku terkekeh. Apakah aku baru akan pua

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 5 Bukti Kuat

    Seusai makan, tanpa berlama-lama Jasmine langsung berkata kepada Harry, “Kak, antar aku pulang, dong!”Aku mengusap mataku dan melirik Jasmine sekilas. Dia bertingkah seolah tidak melihatku dan menarik-narik lengan Harry dengan manja. Di saat itu Harry malah menatapku dengan wajah pasrah seperti sedang meminta tolong. Karena aku tak kunjung berbicara, dia pun berkata, “Kamu tunggu sebentar. Aku mau cuci piring dulu, baru antar kamu pulang.”Jujur, aku benar-benar sudah muak dengan tingkah laku Jasmine dan tidak ingin lama-lama melihatnya. Lantas aku pun berkata, “Kamu antar saja dia! Biar aku yang cuci piring!”“Papa mau ke mana? Aku juga mau ikut!” ujar Adele seraya berdiri dari kursinya dan meminta untuk digendong.Harry langsung mengulurkan tangannya menggendong Adele khawatir dia akan terjatuh. “Papa cuma keluar sebentar! Kamu main di rumah saja sama Mama, ya.”“Bocah, ngapain kamu ikut-ikut?” tutur Jasmine yang jelas tidak suka dengan keberadaan Adele.“Sayang, Papa mau ngantar Ta

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 6 Istri Baru

    Aku hanya pernah datang ke perusahaanku, Aurous Construction, sekali saja semenjak pindah ke gedung perkantoran Brilliant Tower. Saat baru pindah, Harry yang mengajakku ke sana. Dia menyewa satu lantai penuh untuk perusahaan kami, dan itu rasanya sungguh membanggakan dan penuh dengan pencapaian.Hari itu dia berdiri di depan jendela ruang kantor sambil memelukku, dan berkata dengan sepenuh hati, “Makasih, ya, sayangku! Kamu sudah ngasih aku modal untuk sukses dan bisa mempunyai kehidupan yang beda dari masa laluku! Percayalah, nggak lama lagi seisi gedung ini bakal kukasih buat kamu!”Aku hanya tersenyum mengingat kembali masa-masa itu, karena sekarang dia akan merusak semua itu. Begitu aku masuk ke dalam, resepsionis langsung bertanya siapa yang mau aku temui dan ke lantai berapa aku menuju. Ketika aku menyebut nama Harry, dia langsung menatapku dari atas sampai bawah dan berkata, “Maaf, Bu, Pak Harry lagi tidak di tempat. Tadi Pak Harry keluar sama istrinya!”Kepalaku langsung berden

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 7 Mencari Petunjuk

    Makan malam kurang lebih sudah selesai kumasak semuanya bertepatan dengan pulangnya Harry dan Adele. Adele melompat kegirangan e dalam pelukanku dan berkata dengan suaranya yang menggemaskan, “Mama, aku sudah pulang. Tadi Papa yang jemput aku di sekolah.”Suaranya yang manis itu membuatku meneteskan air mata. Aku menahan diri untuk tidak menangis dan berkata, “Mama beliin buah nangka kesukaan kamu, tuh!”“Wah! Aku mau makan! Papa, aku mau makan nangka!” seru Adele.“Oke! Ini makan sedikit dulu, ya. Habis makan malam baru makan lagi nangkanya!” ujar Harry sambil mengupas sebagian kecil dan memberikannya pada Adele. Setelah itu dia masuk ke dapur dan memelukku dari belakang, “Tumben hari ini kamu masak banyak banget?”Dalam hati aku bergidik geli. Keluarga kecil yang awalnya baik-baik saja kini jadi berada di ambang kehancuran karenanya.“Kamu kan baru pulang dinas, jadi ini aku bikinin masakan enak buat kamu! Hari ini di kantor sibuk?” tanyaku.Dia hanya menjawab seadanya. Itu membuat h

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 8 Berhati-hatilah dengan Teman Baik Sendiri

    Pagi berikutnya aku memaksakan diri untuk bangun dengan lingkar mata hitam yang tebal. Harry yang melihat kondisiku ini jadi cemas dan bertanya, “Maya, kamu lagi nggak enak badan? Mukamu kusut begitu.”“Kamu yang bikin aku jadi begini semalam, nggak sadar, ya?” ucapku.Mendengar itu, Harry hanya tersenyum tipis dan memelukku, “Lain kali jangan minum-minum lagi. Olah raga saja, biar tidurnya jadi lebih nyenyak!”Entah mengapa perutku langsung terasa mual saat mendengar perkataannya. Aku segera berlari ke kamar mandi untuk muntah berat. Harry langsung menyusul ke kamar mandi dan menepuk punggungku sambil berkata, “Kamu kenapa? Aku bawa ke rumah sakit saja, ya!”“Nggak usah, mungkin cuma kurang istirahat saja. Kamu sekalian antar Adele ke TK, ya. Aku mau istirahat dulu!”Harry mengantarku sampai ke kasur dan memakaikan selimut untukku, “Tidur lagi saja sebentar. Tenang saja, biar aku yang antar Adele! Kalau masih nggak enak badan juga, telepon aku, ya?”Aku mengangguk dan mendengar sepasa

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 9 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    Aku hanya tersenyum masam dan mengiyakan Fanny, lalu menutup teleponnya.Di mataku, saat itu Fanny terlihat seperti pengkhianat. Padahal dia sendiri yang bilang untuk sadar akan kelebihan diriku sendiri, tapi sekarang dia malah meledek aku pengangguran di depan suamiku sendiri. Dasar manusia bermuka dua.Pantas saja dari kemarin dia mengujiku dengan bilang kalau dia bertemu dengan Harry, ditambah lagi malam itu Harry juga bilang kalau dia sudah lama tidak berjumpa dengan Fanny. Perasaan dipermainkan seperti ini sungguh membuatku sakit hati. Di tengah kota yang asing ini, aku sepenuhnya memperlakukan mereka berdua dengan sangat baik, tapi mereka malah berbohong padaku. Aku tidak tahu lagi harus percaya pada siapa sekarang.Aku terus menatap ke arah jendela dan tanpa ragu menghubungi nomor Harry. Sesuai dugaanku, Harry menjawab yang sama seperti Fanny. Dirundung amarah yang sudah kepalang naik sampai ubun-ubun, aku langsung masuk ke dalam kedai tersebut. Namun seketika aku masuk, ponsel

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 10 Pikiran yang Menakutkan

    Sebelum aku menjawab, Harry dengan sigap maju dan menjelaskan kalau suasana hatiku sedang buruk. Kemudian dia menaruh tangannya di bahuku dengan kuat dan berkata, “Sayang, nggak usah takut, dokter sudah bilang nggak apa-apa. Tinggal diperiksa sedikit lagi, habis itu boleh pulang!”Pulang ….Kata itu membuatku seketika kehilangan kendali. Aku langsung mendorong Harry menjauh dariku dan berlari keluar sambil menangis. Rumah tangga ini bagaikan porselen yang sudah penuh dengan retakan, dan bisa pecah berkeping-keping kapan saja. Bahkan Fanny sampai berani datang terang-terangan dan mengancam posisiku sebagai ibu.Fanny segera menyusulku keluar meninggalkan Adele yang menangis di dalam.“Maya, kamu kenapa? Jangan bikin Adele takut begitu, dong! Kamu harus tabah, yang terpenting sekarang adalah kondisinya Adele!”“Tabah? Apa bisa?” ujarku membentaknya, membuat Fanny terkejut.Aku menyadari diriku telah kehilangan kendali, maka itu aku berusaha untuk kembali tenang dan berkata, “Kamu pulang

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 11 Penemuan Tak Terencana

    Setelah insiden jatuh dari tangga, mungkin karena masih ada rasa takut yang tersisa, Adele jadi sangat manja dan terus saja berada di pelukanku selama satu harian penuh. Aku jadi harus berada di dekat Adele setiap saat, dan itu membuatku merasa sedikit cemas. Harry pun tingkahnya tak jauh beda dengan seekor rubah yang licik. Dia tidak memberikan ruang bagiku sedikit pun untuk mencari petunjuk. Dia selalu berangkat dan pulang kerja tepat waktu, tidak ada satu pun kejanggalan yang bisa kutemukan pada dirinya. Semua barang yang dia bawa pulang pun tidak memberikan petunjuk apa-apa. Terkadang, aku jadi heran apa mungkin aku sendiri saja yang berhalusinasi.Siang hari itu dengan susah payah aku berhasil membuat Adele tertidur pulas. Aku menyadari di rumah ternyata sudah tidak ada buah apa pun yang tersisa. Melihat Adele tidur begitu pulas, aku memutuskan untuk pergi ke pasar sebentar.Lokasi pasar dengan rumahku sangat dekat. Aku buru-buru mengganti baju dan keluar, dan pulang secepat mungk

Bab terbaru

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 293 – Hidup dan Mati adalah Harga Mati

    Tatapanku menjadi tegang. Jantungku kembali berdegap kencang. Aku mengulurkan tanganku dan mendorong Luna yang menghalangi di depanku. Luna terhuyung-huyung dan hampir jatuh tersungkur beberapa langkah ke samping. Aku tidak peduli. Aku buru-buru berlari menuju koridor. Namun, para pengawal berpakaian hitam itu tetap saja menghalangiku.Aku melihat dokter sedang menjelaskan sesuatu kepada Cynthia di depan pintu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tidak sampai dua menit, dokter itu sudah berbalik dan kembali masuk ke ruang gawat darurat. Yang bisa kulihat hanyalah sarung tangan yang dikenakannya berlumuran darah yang mengerikan.Mataku tertuju pada Cynthia. Aku melihat Cynthia masih berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong. Ekspresinya sangat aneh. Aku tidak tahu apakah yang disampaikan dokter tadi adalah kabar baik ataukah kabar buruk.Cynthia tertegun untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Fara yang ada di belakangn

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 292 – Tidak Ada Kompromi Sedikit Pun

    Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Danny mengangkatnya. Aku berkata kepada Danny dengan suara bergetar, “Danny … kamu di mana? Tolong selidiki …. Sesuatu terjadi pada Taufan …. Dia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara …”“Jangan khawatir, Kak Maya. Aku sudah langsung menyelidikinya begitu mendapat kabar.” Mungkin, karena mendengar suaraku yang tidak jelas, Danny pun menghiburku. “Kakak ada di mana?”“Aku di rumah sakit.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Ceritakan hasil penyelidikanmu padaku.”“Itu pasti. Jaga diri Kakak baik-baik. Apa Kak Maya ingin aku menyuruh Shea untuk menemani Kakak di rumah sakit?” tanya Danny kepadaku. Mungkin saja dia merasa jika suasana hatiku sedang tidak baik.“Aku nggak apa-apa,” jawabku cepat-cepat. Kemudian, aku bertanya kepada Danny, “Apa kamu tahu bagaimana kondisi cedera yang dialami Taufan?”Di ujung telepon, Danny terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia berkata, “Menurut para saksi mata … lukanya sangat para

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 291 – Konfrontasi Di Depan Ruang Gawat Darurat

    Wajah Cynthia tampak begitu muram dan menakutkan. Dia duduk jauh di sana sambil menegakkan punggungnya. Matanya menyiratkan aura ganas, yang sama sekali tidak terdapat kehangatan di dalamnya. Mata Cynthia itu membuatku tanpa sadar teringat pada posisi seekor ular sebelum melancarkan serangan pada musuhnya.Kejam, ganas, dan menakutkan.Aku menenangkan diri sebentar. Sebenarnya, saat melihat Cynthia, aku sudah yakin jika orang di dalam ruangan itu pastilah Taufan. Rasa takut yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi dadaku. Aku kembali menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat dan berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa.“Kenapa? Apa kamu mau membuat keributan dengan datang kemari?” Nada bicara Cynthia begitu dingin. Matanya yang bagaikan elang terus saja menatap wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam, menggertakkan gigiku, dan berjalan menghampirinya. Seketika itu juga, aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang yang ada dalam ruangan itu. Hal tersebut langsung

DMCA.com Protection Status