Beranda / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Bab 2 Pesan yang Mendalam

Share

Bab 2 Pesan yang Mendalam

Penulis: Kak Zorah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ketika aku baru saja ingin melihat siapa yang mengirimkan pesan itu, Harry langsung kembali dari kamar mandi dan merebut ponselnya, lalu berkata padaku dengan terburu-buru, “Itu dari Jasmine!”

“Apaan, sih? Takut ketahuan sama aku?” tanyaku curiga, tapi sesungguhnya dalam hati aku merasa tidak tenang.

Dalam pesan itu tertulis tiga kata, yaitu “Dia sudah tahu?”

Pesan yang sangat mendalam, mengartikan bahwa dia takut aku mengetahui sesuatu. Bahkan dalam pesan itu juga tersirat kemesraan. Aku terus mengamati setiap perilaku Harry. Insting wanitaku langsung aktif, dan firasat buruk yang sejak tadi kurasakan makin menguat.

Harry hanya terkekeh dan melempar ponselnya kembali ke meja, kemudian dia memelukku ke dalam dekapan dan mencium bibirku.

“Kamu mikir kejauhan! Yang Jasmine maksud itu bukan kamu, tapi mamaku! Dia jadiin aku tameng untuk ngambil uang Mama!”

Jasmine ini adalah adik kandungnya Harry yang sejak kecil sakit-sakitan. Karena penyakitnya itu, dia selalu diperlakukan dengan manja dan lama-lama jadi terbiasa dengan itu. Layaknya seorang anak perempuan dari keluarga kaya, di usianya yang 20-an tahun,dia tidak bekerja dan hanya bersenang-senang saja setiap hari.

“Memangnya uang mama kamu uangnya siapa?” tanyaku kesal.

Di situ Harry hanya tersenyum dan memelukku. Dia lalu kembali ke kamar mandi sambil berkata, “Iya, iya. Itu uang kamu! Habisnya siapa suruh aku dapat istri yang begitu baik hati!”

Aku sangat tersanjung dengan ucapan manisnya. Dari dulu aku tidak pernah pelit dengan keluarganya Harry. Aku selalu berpikir bahwa keharmonisan keluarga adalah kunci untuk hidup sukses dan bahagia.

Mandi bersama dengan Harry membuat segala kekalutan dan kecurigaan yang ada di pikiranku menghilang bagaikan asap yang tertiup angin.

Saat aku terbaring di dalam pelukannya malam itu, aku kembali mengungkit tentang perumahan di area sekolah, yang mana sudah menjadi kecemasan terbesarku belakangan ini. Sejak kami menikah sampai detik ini, kami selalu tinggal di sebuah apartemen kecil yang luasnya hanya 45 meter persegi. Sebenarnya aku tidak masalah dengan rumah sekecil apa pun, tapi aku juga ingin memberikan yang terbaik untuk Adele. Sebentar lagi Adele akan mulai bersekolah. Tempat tinggal kami sekarang tidak memiliki sekolah yang bagus di sekitar.

Sebenarnya aku sudah mengumpulkan uang yang cukup untuk membeli rumah baru dari beberapa tahun yang lalu, tapi Harry selalu bilang tidak usah buru-buru. Perkembangan Kota Reva sangat pesat, makanya aku harus mencari tempat tinggal yang lebih baik.

Malam ini aku kembali membicarakan hal itu, tapi kali ini Harry tidak melawan dan malah menepuk bahuku, kemudian mencium keningku, “Oke, kalau ada tempat yang cocok, nanti aku bawa kamu lihat-lihat!”

Aku cukup puas dengan jawaban itu, dan aku pun tertidur pulas dengan harapan suatu hari bisa tinggal di rumah besar yang indah.

Keesokan paginya, saat aku baru saja mengantar Adele ke TK, aku mendapatkan panggilan masuk dari teman baikku, Fanny, untuk bertemu di tempat biasa. Aku tentu saja menyanggupinya dan langsung memanggil mobil untuk membawaku ke sana.

Fanny adalah satu-satunya orang yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri di Reva. Selalu ada saja yang bisa kami bicarakan berdua, tapi tumben sekali dia mengajakku untuk bertemu pagi-pagi begini. Fanny adalah orang yang sangat sibuk. Dia bekerja sebagai agen di sebuah perusahaan media.

Begitu memasuki toko dessert favorit kami, aku melihat Fanny sudah duduk di pojokan dengan sebuah laptop di hadapannya. Sepasang tangannya yang lentik tak hentinya mengetik sesuatu. Cahaya matahari pagi menyinari tubuhnya, membuatnya terlihat sangat cantik. Dia segera melambaikan tangannya begitu melihat kedatanganku. Aku pun menghampirinya dan bergurau, “Tumben hari ini kamu santai!”

“Memangnya nggak boleh aku peduli sama kamu?”

“Hahaha, boleh, dong!” Aku pun duduk dan tanpa segan-segan mengambil secangkir kopi yang sudah Fanny pesan untukku. “Tapi kamu bukannya sibuk? Kalau aku sih memang setiap hari santai!”

“Ha! Masih bisa kamu ngomong begitu! Aku lihat kamu kayaknya jadi makin lemot, ya. Harry terlalu manjain kamu, sih. Jangan bilang aku nggak pernah ingatin, ya, tapi jadi orang itu nggak boleh terlalu santai, nanti gampang jadi lemot!”

Entah mengapa ucapan Fanny membuat jantungku berdegup kencang.

“Apa maksudnya?”

“Ngga ada maksud apa-apa! Aku cuma kasih tahu saja! Oh ya, dua hari yang lalu aku ketemu sama Harry!”

Bab terkait

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 3 Kecemasan

    “Dua hari yang lalu? Di mana?” tanyaku dengan terburu-buru.Fanny yang menyadari ekspresi di wajahku pun bertanya, “Kenapa kamu responsnya begitu banget?”“Kamu ngelihat dia di mana?”Aku tak peduli dengan tanggapan darinya dan terus bertanya lebih jauh. Namun di saat itu tiba-tiba ponsel Fanny berbunyi di saat yang sangat tidak pas. Dia melihat sekilas ponselnya dan mengisyaratkan aku untuk diam. Dia bersandar ke belakang dan mengangkat teleponnya. Baru berbicara beberapa patah kata, tiba-tiba dia menegakkan badannya dan menatapku.“... apa? Oke … aku ke sana sekarang!”Sedetik kemudian dia menutup laptopnya, memasukkannya ke dalam tas, dan menunjuk keluar sambil berkata, “Aku pergi dulu, ya. Kapan-kapan kita ketemuan lagi!”“Eh … kamu ….”Fanny pergi begitu saja secepat mungkin tanpa menghiraukan aku, meninggalkanku sendirian dalam kebingungan. Dia bilang dia menemui Harry dua hari yang lalu?! dua hari yang lalu, Harry baru saja berangkat ke Riverside, jadi di mana Fanny berpapasan d

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 4 Nasihat yang Baik

    Aku buru-buru membawa ponselku ke kamar tidur dan mengangkatnya, “Bagus, ya, kamu. Aku sudah jauh-jauh datang, kamu malah langsung pergi!”“Tadi aku ada urusan mendadak di kantor,” ujar Fanny dengan suara serak dan nada yang terdengar sangat kelelahan. “Ini baru saja selesai, makanya aku baru sempat hubungin kamu lagi. Kenapa kamu malah marah-marah? Memangnya aku pengangguran kayak kamu!”Aku terdiam sejenak untuk meredam segala kekesalanku dan bertanya,”Itu tadi … kamu bilang dua hari yang lalu ngelihat Harry. Di mana? Jam berapa?”Pertanyaan ini terus menghantuiku selama satu harian penuh. Aku dapat merasakan Fanny yang berada di sisi lain terdiam sejenak dan kemudian menjawabya dengan nada yang datar, “Aku juga lupa persisnya di mana, cuma lewat sekilas pas lagi nyetir.”“Oh ….”Entah mengapa jawabannya membuatku sedikit kecewa. Tanganku yang dari tadi mengepal erat seketika melemas, dan telapak tanganku dipenuhi dengan keringat dingin. Di situ aku terkekeh. Apakah aku baru akan pua

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 5 Bukti Kuat

    Seusai makan, tanpa berlama-lama Jasmine langsung berkata kepada Harry, “Kak, antar aku pulang, dong!”Aku mengusap mataku dan melirik Jasmine sekilas. Dia bertingkah seolah tidak melihatku dan menarik-narik lengan Harry dengan manja. Di saat itu Harry malah menatapku dengan wajah pasrah seperti sedang meminta tolong. Karena aku tak kunjung berbicara, dia pun berkata, “Kamu tunggu sebentar. Aku mau cuci piring dulu, baru antar kamu pulang.”Jujur, aku benar-benar sudah muak dengan tingkah laku Jasmine dan tidak ingin lama-lama melihatnya. Lantas aku pun berkata, “Kamu antar saja dia! Biar aku yang cuci piring!”“Papa mau ke mana? Aku juga mau ikut!” ujar Adele seraya berdiri dari kursinya dan meminta untuk digendong.Harry langsung mengulurkan tangannya menggendong Adele khawatir dia akan terjatuh. “Papa cuma keluar sebentar! Kamu main di rumah saja sama Mama, ya.”“Bocah, ngapain kamu ikut-ikut?” tutur Jasmine yang jelas tidak suka dengan keberadaan Adele.“Sayang, Papa mau ngantar Ta

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 6 Istri Baru

    Aku hanya pernah datang ke perusahaanku, Aurous Construction, sekali saja semenjak pindah ke gedung perkantoran Brilliant Tower. Saat baru pindah, Harry yang mengajakku ke sana. Dia menyewa satu lantai penuh untuk perusahaan kami, dan itu rasanya sungguh membanggakan dan penuh dengan pencapaian.Hari itu dia berdiri di depan jendela ruang kantor sambil memelukku, dan berkata dengan sepenuh hati, “Makasih, ya, sayangku! Kamu sudah ngasih aku modal untuk sukses dan bisa mempunyai kehidupan yang beda dari masa laluku! Percayalah, nggak lama lagi seisi gedung ini bakal kukasih buat kamu!”Aku hanya tersenyum mengingat kembali masa-masa itu, karena sekarang dia akan merusak semua itu. Begitu aku masuk ke dalam, resepsionis langsung bertanya siapa yang mau aku temui dan ke lantai berapa aku menuju. Ketika aku menyebut nama Harry, dia langsung menatapku dari atas sampai bawah dan berkata, “Maaf, Bu, Pak Harry lagi tidak di tempat. Tadi Pak Harry keluar sama istrinya!”Kepalaku langsung berden

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 7 Mencari Petunjuk

    Makan malam kurang lebih sudah selesai kumasak semuanya bertepatan dengan pulangnya Harry dan Adele. Adele melompat kegirangan e dalam pelukanku dan berkata dengan suaranya yang menggemaskan, “Mama, aku sudah pulang. Tadi Papa yang jemput aku di sekolah.”Suaranya yang manis itu membuatku meneteskan air mata. Aku menahan diri untuk tidak menangis dan berkata, “Mama beliin buah nangka kesukaan kamu, tuh!”“Wah! Aku mau makan! Papa, aku mau makan nangka!” seru Adele.“Oke! Ini makan sedikit dulu, ya. Habis makan malam baru makan lagi nangkanya!” ujar Harry sambil mengupas sebagian kecil dan memberikannya pada Adele. Setelah itu dia masuk ke dapur dan memelukku dari belakang, “Tumben hari ini kamu masak banyak banget?”Dalam hati aku bergidik geli. Keluarga kecil yang awalnya baik-baik saja kini jadi berada di ambang kehancuran karenanya.“Kamu kan baru pulang dinas, jadi ini aku bikinin masakan enak buat kamu! Hari ini di kantor sibuk?” tanyaku.Dia hanya menjawab seadanya. Itu membuat h

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 8 Berhati-hatilah dengan Teman Baik Sendiri

    Pagi berikutnya aku memaksakan diri untuk bangun dengan lingkar mata hitam yang tebal. Harry yang melihat kondisiku ini jadi cemas dan bertanya, “Maya, kamu lagi nggak enak badan? Mukamu kusut begitu.”“Kamu yang bikin aku jadi begini semalam, nggak sadar, ya?” ucapku.Mendengar itu, Harry hanya tersenyum tipis dan memelukku, “Lain kali jangan minum-minum lagi. Olah raga saja, biar tidurnya jadi lebih nyenyak!”Entah mengapa perutku langsung terasa mual saat mendengar perkataannya. Aku segera berlari ke kamar mandi untuk muntah berat. Harry langsung menyusul ke kamar mandi dan menepuk punggungku sambil berkata, “Kamu kenapa? Aku bawa ke rumah sakit saja, ya!”“Nggak usah, mungkin cuma kurang istirahat saja. Kamu sekalian antar Adele ke TK, ya. Aku mau istirahat dulu!”Harry mengantarku sampai ke kasur dan memakaikan selimut untukku, “Tidur lagi saja sebentar. Tenang saja, biar aku yang antar Adele! Kalau masih nggak enak badan juga, telepon aku, ya?”Aku mengangguk dan mendengar sepasa

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 9 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    Aku hanya tersenyum masam dan mengiyakan Fanny, lalu menutup teleponnya.Di mataku, saat itu Fanny terlihat seperti pengkhianat. Padahal dia sendiri yang bilang untuk sadar akan kelebihan diriku sendiri, tapi sekarang dia malah meledek aku pengangguran di depan suamiku sendiri. Dasar manusia bermuka dua.Pantas saja dari kemarin dia mengujiku dengan bilang kalau dia bertemu dengan Harry, ditambah lagi malam itu Harry juga bilang kalau dia sudah lama tidak berjumpa dengan Fanny. Perasaan dipermainkan seperti ini sungguh membuatku sakit hati. Di tengah kota yang asing ini, aku sepenuhnya memperlakukan mereka berdua dengan sangat baik, tapi mereka malah berbohong padaku. Aku tidak tahu lagi harus percaya pada siapa sekarang.Aku terus menatap ke arah jendela dan tanpa ragu menghubungi nomor Harry. Sesuai dugaanku, Harry menjawab yang sama seperti Fanny. Dirundung amarah yang sudah kepalang naik sampai ubun-ubun, aku langsung masuk ke dalam kedai tersebut. Namun seketika aku masuk, ponsel

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 10 Pikiran yang Menakutkan

    Sebelum aku menjawab, Harry dengan sigap maju dan menjelaskan kalau suasana hatiku sedang buruk. Kemudian dia menaruh tangannya di bahuku dengan kuat dan berkata, “Sayang, nggak usah takut, dokter sudah bilang nggak apa-apa. Tinggal diperiksa sedikit lagi, habis itu boleh pulang!”Pulang ….Kata itu membuatku seketika kehilangan kendali. Aku langsung mendorong Harry menjauh dariku dan berlari keluar sambil menangis. Rumah tangga ini bagaikan porselen yang sudah penuh dengan retakan, dan bisa pecah berkeping-keping kapan saja. Bahkan Fanny sampai berani datang terang-terangan dan mengancam posisiku sebagai ibu.Fanny segera menyusulku keluar meninggalkan Adele yang menangis di dalam.“Maya, kamu kenapa? Jangan bikin Adele takut begitu, dong! Kamu harus tabah, yang terpenting sekarang adalah kondisinya Adele!”“Tabah? Apa bisa?” ujarku membentaknya, membuat Fanny terkejut.Aku menyadari diriku telah kehilangan kendali, maka itu aku berusaha untuk kembali tenang dan berkata, “Kamu pulang

Bab terbaru

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 293 – Hidup dan Mati adalah Harga Mati

    Tatapanku menjadi tegang. Jantungku kembali berdegap kencang. Aku mengulurkan tanganku dan mendorong Luna yang menghalangi di depanku. Luna terhuyung-huyung dan hampir jatuh tersungkur beberapa langkah ke samping. Aku tidak peduli. Aku buru-buru berlari menuju koridor. Namun, para pengawal berpakaian hitam itu tetap saja menghalangiku.Aku melihat dokter sedang menjelaskan sesuatu kepada Cynthia di depan pintu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tidak sampai dua menit, dokter itu sudah berbalik dan kembali masuk ke ruang gawat darurat. Yang bisa kulihat hanyalah sarung tangan yang dikenakannya berlumuran darah yang mengerikan.Mataku tertuju pada Cynthia. Aku melihat Cynthia masih berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong. Ekspresinya sangat aneh. Aku tidak tahu apakah yang disampaikan dokter tadi adalah kabar baik ataukah kabar buruk.Cynthia tertegun untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Fara yang ada di belakangn

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 292 – Tidak Ada Kompromi Sedikit Pun

    Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Danny mengangkatnya. Aku berkata kepada Danny dengan suara bergetar, “Danny … kamu di mana? Tolong selidiki …. Sesuatu terjadi pada Taufan …. Dia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara …”“Jangan khawatir, Kak Maya. Aku sudah langsung menyelidikinya begitu mendapat kabar.” Mungkin, karena mendengar suaraku yang tidak jelas, Danny pun menghiburku. “Kakak ada di mana?”“Aku di rumah sakit.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Ceritakan hasil penyelidikanmu padaku.”“Itu pasti. Jaga diri Kakak baik-baik. Apa Kak Maya ingin aku menyuruh Shea untuk menemani Kakak di rumah sakit?” tanya Danny kepadaku. Mungkin saja dia merasa jika suasana hatiku sedang tidak baik.“Aku nggak apa-apa,” jawabku cepat-cepat. Kemudian, aku bertanya kepada Danny, “Apa kamu tahu bagaimana kondisi cedera yang dialami Taufan?”Di ujung telepon, Danny terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia berkata, “Menurut para saksi mata … lukanya sangat para

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 291 – Konfrontasi Di Depan Ruang Gawat Darurat

    Wajah Cynthia tampak begitu muram dan menakutkan. Dia duduk jauh di sana sambil menegakkan punggungnya. Matanya menyiratkan aura ganas, yang sama sekali tidak terdapat kehangatan di dalamnya. Mata Cynthia itu membuatku tanpa sadar teringat pada posisi seekor ular sebelum melancarkan serangan pada musuhnya.Kejam, ganas, dan menakutkan.Aku menenangkan diri sebentar. Sebenarnya, saat melihat Cynthia, aku sudah yakin jika orang di dalam ruangan itu pastilah Taufan. Rasa takut yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi dadaku. Aku kembali menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat dan berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa.“Kenapa? Apa kamu mau membuat keributan dengan datang kemari?” Nada bicara Cynthia begitu dingin. Matanya yang bagaikan elang terus saja menatap wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam, menggertakkan gigiku, dan berjalan menghampirinya. Seketika itu juga, aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang yang ada dalam ruangan itu. Hal tersebut langsung

DMCA.com Protection Status