Hubungan aku dengan Gilbert tidak tergolong dekat. Kenapa dia malah bersedia memberi bantuan yang begitu besar? Sepertinya ada udang di balik batu?Namun, aku tidak kepikiran apa tujuannya? Lagi pula, aku hanya memiliki sebuah perusahaan kecil, apa gunanya dia memanfaatkannya? Aku sungguh kehabisan akal.Gilbert menatapku beberapa saat. Tetiba dia tersenyum padaku. “Apa kamu tidak yakin? Jangan berpikir kebanyakan. Anggap saja ini balasan karena kamu telah membantuku waktu itu! Aku tidak suka berutang budi, apalagi utang budi terhadap wanita!”“Pak Gilbert, saat lagi kerja, jangan anggap aku itu wanita!” ucap aku dengan nada setengah bercanda.“Kamu? Bukan wanita?” Senyuman di wajah Gilbert semakin lebar lagi. “Siapa yang bisa tidak menganggapmu sebagai wanita?”Seusai tersenyum, Gilbert melanjutkan, “Jangan berpikir kebanyakan! Masalah sepele ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan bantuanmu. Lagi pula, kamu tetap harus membayar upah pekerja. Semua ini terdengar agak memalukan, tap
Aku berjalan ke dalam ruang rapat, lalu bertemu dengan Taufan yang sudah tidak aku temui selama setengah bulan. Aku saja tidak tahu sejak kapan dia kembali ke Kota Reva. Sementara itu, tampak ada Cynthia berwajah serius sedang duduk di sampingnya.Aku diam-diam berpikir, sepertinya masalah hari ini tidaklah gampang untuk dilalui. Jika mereka salah paham kepadaku, tidak ada gunanya juga aku menjelaskan.Cynthia melirik orang-orang yang sedang melakukan analisis. Pada akhirnya tatapannya tertuju pada wajahku, dia menatapku dengan tatapan menghina.“Bu Maya, silakan jelaskan apa yang terjadi kepada kami!” Nada bicara Cynthia tergolong sangat tenang, tapi aku tahu. Semakin dia bersikap seperti ini, semakin besar cobaan yang akan datang.Aku berdeham, lalu menjelaskan kronologis masalah. Kemudian, aku menyuruh Shea untuk menyerahkan denah ke tangan Cynthia.Setiap peserta rapat juga mendapat denah dengan data yang salah. Aku sudah mempersiapkannya dengan matang. Aku juga mengatakan tidak ad
Tatapanku langsung tertuju pada diri Fara. Dia yang ditatap olehku merasa tidak leluasa. Dia pun membelalakiku dengan kesal, lalu menunduk kembali menatap denah.“Aku memang nggak bisa menjamin denah ini sudah tersebar ke luar atau nggak. Karena aku bukan hanya memberikan denah itu ke Departemen Proyek kalian saja ….” Aku membalas pertanyaan Taufan, “Semua ini … memang adalah kelalaianku!”“Permisi, Bu Maya, jadi siapa lagi yang pernah menyentuh denah itu?” tanya Taufan dengan ketus.Ketika mendengar pertanyaan Taufan, hatiku terasa sangat hangat. Jelas sekali, Taufan sedang menyemangatiku untuk melanjutkan omonganku. Ponselku tiba-tiba berdering.“Aku pernah menyerahkan laporan uji, petunjuk, denah, dan sertifikat ke Departemen Perencanaan kalian!”Semua orang di Departemen Perencanaan Bright Celestial sangatlah arogan. Tentu saja, mereka memang berhak untuk bersikap arogan. Sebab, ada banyak bangunan simbolis terkenal adalah hasil desain mereka.Jadi, mana mungkin mereka mengizinkan
Gerakan ini mengejutkan semua orang. Sebenarnya pesan ini baru saja dikirim oleh Mario kepadaku. Ketika melihat isi pesan ini, aku tahu pasti ada petunjuk baru. Tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengungkapkannya.“Jadi, aku nggak usah merepotkan Bright Celestial lagi.” Aku menyimpan ponselku. “Setelah aku mencari tahu apa yang terjadi setelah paket itu dikirim, aku pasti akan beri penjelasan kepada kalian semua.”Aku mengangkat-angkat alisku sembari melihat ke sisi Taufan.“Mengenai pekerjaan selanjutnya, mohon bantuan teknisi Departemen Proyek Bright Celestial untuk memastikan denah final. Aku akan mengutus orang untuk mengantarnya ke Sandy.”Nada bicaranya menjadi lembut. Cynthia juga tidak bisa berkata lain lagi.Namun, aku merasa ada yang harus diperjelas, “Tentu saja, mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas kerugian kali ini, kalau semua ini tanggung jawab Aurous Construction, aku pasti nggak akan berkata lain. Semuanya, permisi, aku pamit dulu!”Seusa
Aku kembali ke perusahaan, langsung pergi mencari Danny untuk memberinya tugas.Kebetulan dia juga memberiku laporan pemeriksaan.Aku sungguh terkejut dengan laporan itu. Cepat sekali! Tidak dipungkiri, efektivitas kerja Danny memang nomor satu.Danny malah berkata padaku dengan sangat serius, “Kak Maya, kamu jangan gembira terlalu cepat. Ini hanyalah informasi yang tidak ditemukan masalahnya sama sekali. Hanya saja, firasatku mengatakan ada yang aneh.”Kami sedang menyelidiki Luna. Semua latar belakang Luna tertera lengkap di atas laporan. Dimulai dari tanggal lahir, tanggal kematian orang tua, tanggal diadopsi, tanggal mulai bersekolah ….”“Iya, di sini ….” Danny menunjuk memperlihatkannya kepadaku. “Jelas-jelas semuanya sudah tertera dengan jelas sewaktu SD dulu, dia bersekolah di sekolah ternama di Negara Baustrilia. Tapi tidak ditemukan satu pun fotonya pada masa itu.” Danny mengungkapkan kecurigaannya.“Aku baru menemukan selembar fotonya di saat SMP! Di dalam kolom hobinya tertu
“Kapan kamu pulangnya? Kenapa aku nggak tahu?” Aku kegirangan hingga langsung bertanya.“Sudah masalah dua hari lalu!” Nada bicara Taufan terdengar sangat datar. Aku pun merasa agak kecewa. Sepertinya aku memang tidak penting. Aku tidak perlu tahu keberadaannya.Seketika suasana hatiku menjadi semakin kecewa lagi. Tanpa perlu bertanya, dia langsung berkata padaku, “Kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah itu. Kamu hanya perlu urus kerjaanmu saja.”“Apa maksudmu?” Aku agak tidak gembira.“Apa kamu kurang kerjaan?” Taufan tidak menjawab pertanyaanku, melainkan kembali bertanya. Nada bicaranya sangatlah ketus. Sepertinya suasana hatinya tidak begitu bagus.Aku tidak berbicara lagi, langsung mengakhiri panggilannya. Biar dia tahu bagaimana rasanya panggilan ditutup.Setelah menunggu beberapa saat, dia malah tidak meneleponku lagi. Aku pun merasa agak kecewa.Sepatah kata, satu gerakan, maupun satu tatapan, semuanya dapat berpengaruh. Contohnya seperti sekarang, suasana hatiku seketika m
Di jendela luar, sebuah mobil Maybach hitam sedang berhenti di depan pintu clubhouse. Sesosok bayangan tubuh yang tinggi muncul di depan mataku. Lelaki itu memiliki postur yang gagah dan menarik, dengan penampilan yang memikat. Celana panjang hitam membaluti kaki panjang dan lurus. Dua kancing terbuka di bagian leher kemeja hitam, menampakkan kulit indahnya.Rambut hitam lelaki itu disisir dengan rapi. Wajahnya terhalang kacamata hitam yang menonjolkan ciri-ciri wajah yang tajam. Dia melepaskan kacamata hitamnya, menampakkan wajah yang tampan dan anggun. Tidak ada yang bisa menandingi kesempurnaan lelaki ini.Keberadaan bagai dewa saja, yang menarik perhatian banyak orang.Si lelaki membukakan pintu, lalu menggandeng tangan seorang wanita yang berpakaian agak lebai. Dikatakan berlebihan karena dia mengenakan kacamata hitam, syal, dan juga masker.Hanya saja, tubuhnya sangatlah seksi. Wanita ini pasti bukanlah Luna.Si wanita menuruni mobil dengan lenggak-lenggok. Dia merangkul lengan s
Aku membasuh wajahku dengan air untuk menyembunyikan kedua mata yang semakin memerah.Hana memanggil anggur, lalu memberiku segelas. Setelah menyesapnya, aku merasa lebih tenang saat ini.Aku menggunakan handuk untuk menutupi wajahku, lalu berkata kepada mereka, “Kalian ngobrol dulu. Aku ingin rebahan sebentar!”“Kenapa kerjaanmu hari ini cuma tidur doang sih? Tadi kamu ketiduran di mobil. Sekarang kamu masih ingin tidur lagi?” Fanny menyindirku, “Ada apa sama kamu?”“Belakangan ini terlalu banyak masalah. Aku capek sekali! Kamu ngertiin aku, ya!” Aku menutup wajahku dengan handuk sembari berbicara. Air mata malah menetes, berbaur dengan tetesan air di wajahnya.Fanny juga tidak mempersulitku lagi. Dia melanjutkan obrolannya dengan Hana. Setelah aku berusaha menenangkan diriku, baru menyingkirkan handuk di wajahku.“Nggak tidur lagi?” Fanny meminum alkohol, lalu melihatku dengan tersenyum. “Haish, jujur saja, artis yang aku katakan tadi agak mirip sama kamu! Tapi, kamu lebih cantik dar