Beranda / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Bab 20 Kesempatan yang Baik

Share

Bab 20 Kesempatan yang Baik

Penulis: Kak Zorah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Aku melihat ponselku yang masih terus berbunyi. Entah harus bagaimana aku menggambarkan perasaanku saat ini. Waktunya benar-benar pas, ketika Harry baru pergi, dia langsung menelepon. Apa lagi yang perlu dijelaskan? Harry pasti melapor kepadanya begitu dia pergi.

“Halo, Fanny!”

“Kamu lagi apa? Adele sudah baikan?” tanya Fanny dengan suasana hati yang terdengar bahagia.

Bagaimana tidak bahagia? Aku terus ribut dengan Harry, dan sudah pasti dialah yang paling diuntungkan.

“Hari ini lagi santai kamu? Tumben banget pagi-pagi sudah telepon!” ledekku.

“Gini-gini aku juga masih manusia, bukan robot. Aku juga butuh waktu untuk istirahat! Mau makan? Aku traktir.”

“Aku mau menemani Adele main di rumah saja!” jawabku.

“Oh? … baguslah kalau begitu. Tapi ajak Adele keluar, dong. Aku juga mau ketemu sama dia. Waktu itu kamu lagi bete, jadi aku nggak berani lama-lama!”

Aku pun berpikir sejenak. Ini kesempatan yang sempurna. Berhubung dia yang begitu proaktif, rasanya aku yang menyia-nyiakan keramahan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 21 Kunci Teman Baikku

    Setelah berkeliling, aku dikecewakan oleh fakta bahwa aku tidak menemukan sandal pria sepasang pun. Aku jadi curiga mungkinkah dia sudah melakukan persiapan sebelumnya. Jika tidak, mana mungkin dia butuh waktu dua jam sebelum menjemput aku dan Adele. Dua jam itu sudah lebih dari cukup untuk menyembunyikan semuanya.Mungkin Fanny menyadari aku sedang melamun, jadi dia menawarkan makanan kecil untuk aku dan Adele. Fanny juga menyalakan tayangan kartun untuk Adele, lalu duduk di samping dan mengamatiku. Tatapannya membuatku sungguh merasa tidak nyaman.“Cerita saja!” katanya sambil menepuk punggungku.“Cerita apa?” tanyaku dengan penuh waspada.“Coba cerita apa yang lagi kamu pikirin sekarang,” kata Fanny seperti sedang menggiringku.Dalam hati aku tertawa sinis dan nada bicaraku jadi terdengar dingin, “Memangnya aku lagi mikir apa? Apa, sih, maksud kamu?”“Kamu temani Adele main dulu, ya. Aku mau masak yang enak untuk kalian!”Setelah itu Fanny melepas jaketnya, mengganti pakaian dan mas

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 22 Siapa Wanita Itu?

    Aku masih tidak bisa menerima fakta bahwa kunci yang ada di kedua tanganku ini ternyata tidak cocok. Aku bertanya-tanya, bagaimana bisa kuncinya berbeda? Apakah mungkin aku salah telah mencurigai Fanny? Mungkinkah selingkuhan Harry bukan Fanny, atau mungkin juga kunci Harry ini menyimpan misteri lain yang tak kuketahui?Hasil dari penemuan ini membuatku sedikit terkejut, tidak tahu apakah aku harus bersyukur atau sebaliknya. Pikiranku terasa hampa, dan sebuah perasaan yang aneh mulai mendatangi diriku, membuatku spontan menoleh ke belakang. Seketika itu aku pun kaget setengah mati karena Fanny sudah berada di belakang dan menatapku dengan tatapan yang datar.“Sudah ketemu apa yang kamu cari?” tanya Fanny santai, seakan-akan dialah yang sudah mengatur semua ini.Perbuatanku yang tertangkap basah olehnya tentu membuatku merasa canggung. Aku menegakkan punggung dan menatapnya dengan serius. “Fanny, sebenarnya kamu mau ngomong apa? Kenapa kamu bohongin aku? Apa hubungan antara kamu sama Ha

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 23 Mendapatkan Sekutu

    “Kualitas gambar rekaman kamera yang aku dapat nggak begitu jelas. Aku nggak bisa lihat jelas siapa orangnya, tapi yang jelas dia lagi dirangkul sama Harry dan menutupi aku.”“Sekarang rekamannya kamu masih punya?” tanyaku.Fanny meraih ponselnya dan memberikan salinan video itu padaku. Malam itu ada banyak sekali orang yang berlalu lalang di jalanan. Sosok Harry juga hanya muncul sekilas saja di dalam rekaman tersebut. Dia mengenakan mantel tebal yang aku setrika untuknya hari itu. Sosoknya yang tinggi besar tampak sedang merangkul seorang wanita berpakaian jaket warna pink di sebelah kirinya. Sayangnya sosok wanita itu benar-benar tertutup oleh Harry. Memperbesar video juga tidak membuahkan hasil apa-apa. Wajah wanita itu masih tidak terlihat sama sekali.“Dia pasti sudah memperhitungkan semuanya dengan teliti!” kataku.Fanny mendekat ke samping dan merangkul bahuku. Aku mengangkat ponselku dan berkata kembali dengan suara yang tertutup oleh tangisan, “Malam itu aku lagi nonton live

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 24 Menghilang Tanpa Jejak

    Benar saja, tak lama Harry datang ke kantor dan aku langsung bertanya padanya, “Tadi James telepon kamu? Pagi-pagi begini kamu pergi ke mana?”“Iya, tadi dia telepon, dia bilang kalau kamu datang ke kantor. Aku sampai kaget dengarnya. Kemarin malam kamu nggak ada bilang mau datang,” jawab Harry sambil melepas mantelnya. “Tadi aku sekalian mampir lihat-lihat ke tempat proyek.”“Aku cuma iseng saja. Habis ngantar Adele ke TK tadi, aku ngerasa kayaknya terlalu santai. Jadi aku ke sini, deh!”“Tadi aku sempat mikir. Kalau kamu mau balik kerja, aku kasih ruang kantor yang terbuka saja. Aku rasa itu lebih cocok buat kamu. Tempatnya luas, dan kebetulan kamu juga lebih enak kasih kerjaan ke yang lain.”“Nggak, aku mau balik ke bagian marketing lagi saja. Aku sudah paling cocok di sana!” balasku dengan langsung menyampaikan apa yang aku mau.Tentu saja aku tahu apa maksud Harry menyediakan kantor semacam itu untukku. Yang aku inginkan adalah menggali lebih dalam. Aku harus mencari tahu Aurous C

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 25 Pergi ke Luar Kota

    Ketika panggilan tersambung, yang menjawabku hanyalah suara mesin yang memberi tahu kalau telepon Harry sedang tidak aktif. Di saat itu aku langsung berjongkok di lantai dan menangis sejadi-jadinya. Namun mengingat Adele yang entah bagaimana kabarnya, aku langsung berdiri dan kembali ke tempatnya dengan kaki yang sudah tak bertenaga.Aku kembali ke lobby dan menghubungi Fanny, tapi sama saja, dia tidak bisa dihubungi. Karena tidak ada lagi yang bisa kuminta tolong, aku terpaksa menghubungi mertuaku. Aku yakin mereka pasti kaget aku menghubungi mereka di tengah malam begini.Benar saja, begitu telepon tersambung, ibu mertuaku bertanya, “Maya, ada apa telepon malam-malam begini? Kamu kenapa?”Dengan tidak enak hati aku bilang kalau Adele sedang di rumah sakit karena demam tinggi, dan aku tidak punya uang sepeser pun. Mertuaku langsung mengatakan kalau mereka akan berangkat ke rumah sakit sekarang juga dan langsung menutup telepon. Ketika mereka sampai, dokter sedang memberikan infus untu

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 26 Suara di Telepon

    Seketika itu juga aku tersadar. Benar juga, aku tidak boleh sampai kehilangan semua yang aku punya begitu saja. Kalaupun aku melawan, pada akhirnya aku yang akan rugi. Alhasil ponselku pun lama-lama berhenti berdering.Sembari menatap sorot mata Fanny yang begitu tegas, aku pun kembali tenang dan pikiranku jadi jernih kembali.“Aku ngerti sekarang! Untung saja di saat begini ada orang lain di sampingku yang terus mengingatkan aku harus gimana,” kataku.Saat itu ponselku kembali berdering. Aku sudah menenangkan diri dan Fanny mengembalikan ponselnya padaku, sambil berkata, “Kamu pasti bisa.”Aku menarik napas panjang dan mengangkat teleponnya. “Halo, sayang! Akhirnya kamu telepon juga. Aku mau tanya, uang yang ada di kartu kita ke mana, ya? Ini Adele lagi kena pneumonia akut, tengah malam tadi aku bawa dia ke rumah sakit. Pas itu aku lagi nggak bawa cash, pas aku mau tarik uangnya, ternyata uangnya sudah nggak ada!”Fanny langsung menepuk jidatnya seketika dia mendengar aku berkata sepe

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 27 Luka di Tubuh Anakku

    Aku sungguh tak habis pikir ternyata masih ada kabar baik apa lagi di saat seperti ini. Fanny tidak bilang apa pun kapan waktu untuk bertemu, dan aku juga tidak bertanya lebih jauh. Pokoknya dia hanya membuat janji untuk bertemu besok.Semua orang ada di rumah saat aku pulang ke rumah keluarganya Harry. Mereka semua sedang menungguku pulang dengan penuh rasa cemas. Bahkan Jasmine juga ada di sana.“Ayo makan! Maya, sudah lama kamu nggak pulang dan makan bareng!” kata ibu mertuaku.Selagi makan, mereka menanyakan Harry tentang pekerjaannya di luar kota kemarin. Harry menjawab seadanya saja, lalu ibu mertuaku gantian bertanya kepada Jasmine, “Kamu sama Harry ngapain saja?”Jasmine langsung tertegun saat ditanya begitu. Dia melirik Harry dan Harry spontan bertanya, “Memangnya dia juga pergi ke Linde?”“Eh … aku perginya bareng teman!” jawab Jasmine.“Terus kenapa kamu bilang perginya bareng Harry?” tanya ibu mertuaku.“Kalau aku bilang mau pergi ke sana, memangnya Mama bakal izinin aku?”

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 28 Mata-mata

    Tiba-tiba aku merasa diriku sungguh pantas ditertawakan. Bisa-bisanya aku masih berpikir untuk mencari jalan pulang, bahkan rumahku saja sudah hilang entah ke mana. Mungkin memang aku yang sudah gila.Benar seperti apa yang Fanny katakan, aku ini hanyalah manusia bodoh. Harry ingin menjualku, tapi aku justru malah membantunya menghitung uang. Sampai detik ini, aku masih tidak tahu siapa selingkuhannya Harry.Akan tetapi, sejujurnya bagiku sudah tidak penting lagi siapa wanita itu. Itu hanya sebatas rasa penasaranku saja. Setiap orang pasti ingin tahu dari siapa mereka kalah. Sebenarnya siapa pun orangnya, hasilnya akan tetap sama. Akulah yang kalah.“Yang paling aku mau tahu, ke mana perginya uang itu,” kataku.“Aku sudah minta orang buat selidiki, nggak perlu buru-buru,” balasnya.Sesudah itu aku kembali ke kantor. Aku harus memikirkan cara bagaimana caranya aku mendapatkan kembali perusahaan yang sudah kudirikan ini. Aku ingin membuat Harry kembali ke wujud asalnya, hanya itulah hara

Bab terbaru

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 293 – Hidup dan Mati adalah Harga Mati

    Tatapanku menjadi tegang. Jantungku kembali berdegap kencang. Aku mengulurkan tanganku dan mendorong Luna yang menghalangi di depanku. Luna terhuyung-huyung dan hampir jatuh tersungkur beberapa langkah ke samping. Aku tidak peduli. Aku buru-buru berlari menuju koridor. Namun, para pengawal berpakaian hitam itu tetap saja menghalangiku.Aku melihat dokter sedang menjelaskan sesuatu kepada Cynthia di depan pintu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tidak sampai dua menit, dokter itu sudah berbalik dan kembali masuk ke ruang gawat darurat. Yang bisa kulihat hanyalah sarung tangan yang dikenakannya berlumuran darah yang mengerikan.Mataku tertuju pada Cynthia. Aku melihat Cynthia masih berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong. Ekspresinya sangat aneh. Aku tidak tahu apakah yang disampaikan dokter tadi adalah kabar baik ataukah kabar buruk.Cynthia tertegun untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Fara yang ada di belakangn

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 292 – Tidak Ada Kompromi Sedikit Pun

    Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Danny mengangkatnya. Aku berkata kepada Danny dengan suara bergetar, “Danny … kamu di mana? Tolong selidiki …. Sesuatu terjadi pada Taufan …. Dia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara …”“Jangan khawatir, Kak Maya. Aku sudah langsung menyelidikinya begitu mendapat kabar.” Mungkin, karena mendengar suaraku yang tidak jelas, Danny pun menghiburku. “Kakak ada di mana?”“Aku di rumah sakit.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Ceritakan hasil penyelidikanmu padaku.”“Itu pasti. Jaga diri Kakak baik-baik. Apa Kak Maya ingin aku menyuruh Shea untuk menemani Kakak di rumah sakit?” tanya Danny kepadaku. Mungkin saja dia merasa jika suasana hatiku sedang tidak baik.“Aku nggak apa-apa,” jawabku cepat-cepat. Kemudian, aku bertanya kepada Danny, “Apa kamu tahu bagaimana kondisi cedera yang dialami Taufan?”Di ujung telepon, Danny terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia berkata, “Menurut para saksi mata … lukanya sangat para

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 291 – Konfrontasi Di Depan Ruang Gawat Darurat

    Wajah Cynthia tampak begitu muram dan menakutkan. Dia duduk jauh di sana sambil menegakkan punggungnya. Matanya menyiratkan aura ganas, yang sama sekali tidak terdapat kehangatan di dalamnya. Mata Cynthia itu membuatku tanpa sadar teringat pada posisi seekor ular sebelum melancarkan serangan pada musuhnya.Kejam, ganas, dan menakutkan.Aku menenangkan diri sebentar. Sebenarnya, saat melihat Cynthia, aku sudah yakin jika orang di dalam ruangan itu pastilah Taufan. Rasa takut yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi dadaku. Aku kembali menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat dan berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa.“Kenapa? Apa kamu mau membuat keributan dengan datang kemari?” Nada bicara Cynthia begitu dingin. Matanya yang bagaikan elang terus saja menatap wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam, menggertakkan gigiku, dan berjalan menghampirinya. Seketika itu juga, aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang yang ada dalam ruangan itu. Hal tersebut langsung

DMCA.com Protection Status