"Belum, Reno, Ibu belum mendapatkan baju. Ibu pusing kalau harus memilih sendiri, makanya Ibu langsung mencari kamu untuk minta bantuan," ujarku berbohong."Ya sudah nggak apa-apa, sekarang kita memilih pakaian untuk Reno dulu ya. Nanti setelah Reno mendapatkan pakaiannya, baru aku mengantar Ibu untuk memilih pakaiannya." Aku merasa lega, saat Reno percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan. Aku tidak mau Reno maupun Roni tahu, kalau ada Mas Romli di Swalayan ini. Apalagi jika mereka tahu, kalau Mas Romi datang ke swalayan ini bersama keluarga barunya.Aku tidak mau jika anak-anakku emosi dan berbuat anarkis di Swalayan ini, Makanya lebih baik aku menghindar daripada hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku sudah cukup bahagia bersama dengan kedua anakku, walau tanpa ada Mas Romli di sampingku. Biarlah dia menjalani kehidupannya sendiri karena kami memang sudah hidup masing-masing. Bahkan kami berpisah sudah lima belas tahun lamanya, waktu itu dimana Roni masih berusia sepuluh tahun
"Ya sudah, ayo Bu kita pergi! Kita temui Mas Roni kemudian kita nanti bersama-sama mencari baju untuk Ibu," ujar Reno mempercayai ucapanku, ia juga menyetujui ajakanku dan ia tidak banyak tanya lagi tentang Mas Romli.Kami berdua kemudian segera berjalan kembali, kami tidak menghiraukan Mas Romli yang terus-menerus memanggil namaku. Ternyata saat ini ia seorang diri tidak bersama perempuan yang sedang didampinginya tadi. Aku terus-menerus menerobos kerumunan orang, yang sedang berdiri dan memilih apa yang mereka butuhkan. Aku sengaja melakukannya untuk mengecoh pandangan Mas Romli, supaya tidak melihat kemana aku dan Roni pergi.Ternyata apa yang aku lakukan itu efektif, Mas Romli sepertinya tidak bisa mengikuti ke mana aku pergi. Karena aku tidak lagi mendengar suara Mas Romli yang terus saja memanggil namaku. Tidak Berapa lama, kami pun bertemu dengan Roni, yang ternyata ia juga sudah selesai memilih pakaian yang ia sukai. Bahkan ternyata, Roni pun sedang mencari keberadaan kami b
"Aku datang ke sini bukan mau menanyakan hal itu kok, Mas. Aku juga tidak peduli kamu sedang mengurus perceraian kita atau pun tidak. Aku datang ke sini, cuma mau memperkenalkan kamu sama calon suamiku, yaitu Bapak dari janin yang ada di kandunganku. Ini, Mas, kenalin namanya, Mas Faisal. Ia merupakan pemilik perusahaan, yang cukup terkenal di kota ini. Jadi tidak salah dong aku berpisah denganmu karena aku malah akan lebih terjamin hidupnya, jika menikah dengan Mas Faisal.""Syukurlah, kalau memang kamu mau menikah dengan Bapak dari janin yang ada di kandunganmu. Berarti tidak perlu ada korban lagi untuk menutupi semua kebusukanmu," sahut Roni menjawab perkataan Wati.Wati benar-benar tidak punya perasaan, ia malah memperkenalkan laki-laki yang menjadi Bapak dari janin yang dia kandung. Bahkan ini Wati seakan meninggikan derajat pria tersebut dan merendahkan derajat Roni. Sementara Roni merupakan korban, dari ketidakjujuran yang ia lakukan, ketika sebelum Roni menikahnya."Kurang aj
"Sudah, Mas, semua belanjaannya sudah aku bawa," sahut Reno."Oke deh kalau begitu, ayo kita pergi dari sini! Kita cari butik yang khusus baju muslim untuk Ibu," ajak Reno sambil melajukan mobilnya.Roni membawa mobilnya keluar dari area parkir dan meninggalkan swalayan, yang barusan dipakai untuk kami belanja. Reno pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan Kecamatan."Ron, kamu nggak usah cari butik untuk membeli baju Ibu deh. Mendingan kita cari toko biasa aja buat beli bajunya," pintaku."Nggak apa-apa kok, Bu. Kita cari butik saja, sekali-kali dong Roni menyenangkan Ibu. Masa iya, Roni hanya bisa memberikan Ibu sakit hati dan kecewa," ujarnya, sambil tetap fokus menyetir."Iya, Bu, apa yang dikatakan Mas Roni itu benar. Sudahlah, Ibu lebih baik menuruti saja apa kata Mas Roni. Biarlah dia membelikan baju buat Ibu di butik," timpal Reno.Aku pun akhirnya menerima kemauannya Roni dan tidak berkata apa-apa lagi. Aku tidak lagi menolak niat baik anakku."Nah, Bu, k
Aku tidak menyangka pertemuanku dengan Wati akan berdampak buruk terhadap kehidupanku dan juga keluargaku. Ternyata Wati yang merupakan istriku adalah wanita ular. Dia pandai bermuka dua, hingga membuat aku dan keluargaku, terutama Ibuku menderita. Wati ternyata selalu mendzolimi Ibuku tanpa sepengetahuan aku. Ia bahkan tidak segan berbuat kasar terhadap Ibu. Padahal Ibuku orang yang baik, ia juga orang tua yang tidak banyak menuntut terhadap anaknya. Bahkan yang paling aku salut dari Ibu, ia telah berhasil merawat aku dan Reno adikku sampai kami sebesar ini. Ia juga dapat menyekolahkan, serta sampai menguliahkan aku, tanpa tanpa ada seorang suami yang mendampingunya.Ibu benar-benar bekerja keras untuk kami, hingga tidak mengenal lelah. Tapi aku telah berdosa kepada Ibu, sebab dulu Ibu tidak merestui hubungan aku dan Wati. Karena menurut Ibu waktu itu, Wati ini terlihat sekali seperti orang yang sombong. Makanya ia tidak merestui hubungan aku dan aku dengan Wati.Tapi aku tidak me
"Alhamdulillah, Bu, semuanya lancar. Kini aku dan Wati benar-benar sudah resmi berpisah. Karena Wati tidak menghalangi jalan perceraiannya, jadi semuanya lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini, Bu, akta cerai aku dan Wati dari pengadilan," sahut Roni, sambil memberikan akta cerai yang di pegangnya kepadaku."Syukurlah, Nak, kalau memang semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Semoga kamu ke depannya bisa hidup menjadi orang yang lebih baik lagi. Semoga kamu bisa mencari istri yang lebih baik daripada Wati," harapku.Siapa juga orang tuanya yang akan menerima, jika anaknya mendapat istri yang tidak baik. Walaupun berat, tetapi akan lebih baik anaknya memutuskan hubungan, daripada membuat anaknya celaka. Contohnya aku, yang malah mendukung perceraian Roni dengan Wati. Karena aku tidak suka dengan tabiat Wati yang tidak baik, ia juga tidak pernah menghargai ku sebagai mertuanya. Makanya, saat Roni memutuskan untuk menceraikannya, aku pun mendukung seratus persen pada niat anakku
"Tapi, Mas, ini uangnya banyak banget.""Nggak apa-apa, Reno, itu untuk biaya sehari-hari kamu kamu dan juga untuk biaya kuliah kamu. Pokoknya Mas minta, supaya kamu fokus untuk belajar. Kamu nggak usah bekerja di toko lagi ya, biar fokus kuliahnya. Kamu nggak usah takut uang di tabungannya habis karena nanti tiap bulannya Mas akan mengirimkan uang ke nomer rekening kamu ini."Roni berkata panjang lebar memberi pepatah kepada Reno, Reno pun mendengarkan dengan fokus, saat Roni sedang memberi petuah kepadanya. Aku juga hanya menjadi saksi, atas apa yang dilakukan kedua anakku saat ini.Aku merasa bahagia karena ternyata mereka bisa hidup rukun dan damai, setelah tidak ada lagi perempuan yang selalu merusak ketenangan keluargaku. Kini Roni benar-benar fokus untuk kehidupan ku dan juga Reno adiknya."Terima kasih, ya Mas, Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan rezeki berlimpah untuk Mas. Dan semoga Allah segera memberikan pendamping yang sholehah untuk kehidupan Mas kedepannya. Ins
"Neng Risma!""Risma!""Mbak Risma!" Kami hampir serempak mengucapkan nama yang sama yaitu Risma."Neng, sejak kapan Neng Risma ada di situ? Kok ibu nggak ngeh ya ada Neng Risma, ayo masuk," ajakku.Neng Risma pun menuruti perkataanku, ia masuk ke dalam rumah, sambil mengucap salam yang tadi ia lupakan. Kemudian Ia menyalamiku secara takzim, lalu Neng Risma pun duduk di sampingku."Aku baru sampai kok, Bu. Cuma pas mau ngucap salam, kebetulan Roni sedang bicara dan dia bilang sedang ngincar aku. Jadi bukannya mengucap salam, aku malah langsung reflek bertanya, Bu. Maaf ya, Bu, aku lancang," sahur Neng Risma.Kemudian Neng Risma bertanya kepada Roni, "Ron, apa benar yang aku dengar tadi, kalau kamu menyukai aku? Dari sejak kapan, kamu suka sama aku, kok kamu tidak tau? Kenapa kamu nggak pernah berkata jujur sama aku, kalau kamu suka sama aku.""Aku malu, Risma karena aku sudah bukan perjaka lagi. Status aku udah beda, kini aku sudah menjadi duda. Aku takut kalau aku langsung mengatak