Bab 138. IDE BARU Ekspresi wajah Darko tampak datar sama sekali tidak berubah melihat James Cook meregang nyawa setelah terkena jurus Jari Saktinya. Bagi Darko yang sudah terbiasa membunuh musuh-musuhnya saat di medan perang, membunuh satu orang lagi tidak akan membuatnya bersedih maupun menyesal. Setelah memastikan nyawa James Cook benar-benar melayang, sosok Darko langsung menghilang seperti hembusan angin. “Masih ada tujuh belas orang lagi petinggi perusahaan yang harus dibereskan.”Darko menggumam dalam hatinya sebelum menghilang dan berpindah tempat sesuai data alamat setiap petinggi perusahaan West Bank yang akan di eksekusi. Malam yang cerah di kota Parigi tampak sangat mencekam dan dipenuhi aura membunuh yang sangat kental. Hanya semalam saja delapan belas petinggi perusahaan West Bank Investasi sudah meninggal dengan kasus yang sama yaitu gagal jantung. Darko kembali ke apartemennya tepat menjelang subuh setelah menghabisi orang ke
Bab 139. MERASA LEGA “Tuan muda, bukankah pada saat ini kita akan sia-sia jika membeli saham West Bank Investasi.”Dengan ekspresi takut, CEO Bawono mencoba mengutarakan maksudnya. Tentu saja Bawono berusaha menasehati Darko akan tidak sembarangan membeli saham West Bank Investasi yang diperkirakan akan mengalami kejatuhan secara signifikan setelah terbakarnya gedung pusat West Bank Investasi dan matinya para petinggi perusahaan. “Saya sangat tahu apa yang menjadi kekhawatiran mu, tapi ini adalah waktu yang tepat untuk mengakuisisi West Bank Investasi dengan harga murah.” Mendengar perkataan Darko yang mengandung perintah dan tidak bisa diganggu gugat keputusannya, tubuh CEO Bawono tampak bergetar. Apalagi tanpa sadar aura beladiri Darko terpancar saat menyangkal kekhawatiran CEO Bawono. Keringat dingin langsung keluar dari tubuh CEO Bawono setelahnya dan kedua kakinya tampak gemetaran merasakan aura aneh yang dipancarkan Darko. Untungnya Darko segera
Bab 140. TERKEJUT “Bu, selama ini saya tidak menemui ibu karena sedang mencari cara untuk mendapatkan bahan baku emas dan batu intan untuk perusahaan ibu. Karena sekarang masalah ibu sudah beres, maka Darko mau berpamitan untuk kembali ke Nusantara.” “Apa? Kamu mau kembali ke Nusantara? Kenapa kamu tidak tinggal bersama ibu saja? Ibu masih merindukan kamu dan ibu juga ingin kamu tinggal bersama ibu.”Siti tampak kecewa mendengar perkataan Darko yang mau pulang ke Nusantara, meskipun dia senang perusahaannya sudah terhindar dari keterpurukan setelah mendapat bantuan dari Darko. “Bu, bukannya Darko tidak suka tinggal bersama ibu, tapi di Nusantara ada Faizi yang menunggu kehadiran saya.” “Faizi? Oh iya ibu sampai lupa kalau ibu sekarang sudah menjadi nenek he he he he….”Wajah kecewa Siti Hardiyanti Rukmana seketika memudar setelah Darko menceritakan tentang Faizi, bagaimanapun juga sebagai seorang ibu yang pernah meninggalkan anak kandungnya selama puluhan tahun, ten
Bab 141. BERKUNJUNG KE KERAJAAN JIN HARIMAU PUTIH Setelah menghela nafas berulang kali seakan sedang mengangkat beban berat yang selama ini menimpa dirinya, Darko segera melanjutkan perkataannya. “Sepertinya ini memang sudah menjadi suratan takdir bagi Darko bu.” “Kenapa seperti itu nak, kalau kamu memang tidak ingin menceritakan masalah rumah tanggamu ibu tidak akan memaksanya.” Siti akhirnya tidak memaksa Darko untuk menceritakan masalah rumah tangganya, setelah melihat ekspresi anaknya yang terlihat sangat sedih dan tidak ingin menceritakan kesusahannya. Kemudian ibu dan anak melupakan cerita tentang rumah tangganya Darko, mereka berdua langsung tampak serius membicarakan masalah perusahaan Purnama Diamond hingga dua jam lamanya. Setelah dirasa cukup berbicara dengan ibu kandungnya, akhirnya Darko menyampaikan niatnya untuk berpamitan untuk kembali ke Nusantara. “Bu, hari ini Darko mau berpamitan pulang ke Nusantara. Masalah di perusahaan Purnama Di
Bab 142. PINTU PORTAL DIMENSI Setelah menenangkan para petinggi kerajaan, Loreng segera terbang melesat keluar dari istananya menuju pintu gerbang kota raja dimana Darko sedang berdiri dengan angkuhnya di atas langit. “Tuan Darko.”Loreng langsung menundukkan wajahnya setelah berada di depan Darko, sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Darko yang sudah mengetahui kedatangan Loreng dan melihat Loreng langsung memberi hormat kepadanya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda kalau dia menerima penghormatannya. “Apa kabar Loreng? Apakah kedatanganku mengganggumu?” “Saya baik-baik saja tuanku, kenapa tuanku berkata seperti itu? Tentu saja kedatangan tuanku tidak mengganggu saya.” Dengan nada gugup Loreng segera membantah apa yang dipikirkan Darko, tentu saja dia tidak berani berkata kalau kehadiran Darko mengganggunya. Apalagi dia sudah terikat sumpah setia sebagai pelayan Darko. “Baguslah, oh iya ked
Bab 143. TANAH YANG ANEH Tubuh Darko seakan masuk kedalam lobang hitam yang sangat panjang hingga akhirnya setelah memakan waktu entah berapa lama, tiba-tiba kegelapan yang melanda sekeliling Darko mulai menghilang dan berganti dengan warna temaram di sekelilingnya. Darko segera memperhatikan sekelilingnya setelah kegelapan yang menyelimutinya menghilang. “Saya ada dimana? Apakah saya sudah sampai di dimensi Katamaran?”Rasa bingung dan waspada menyelimuti pikiran Darko. Setelah berdiam diri beberapa saat, akhirnya mata Darko mulai terbiasa dan bisa memandang sekelilingnya. “Ternyata saya berada di dalam gua, apakah gua ini adalah gua rahasia tempat pintu dimensi berada seperti yang ada di gua rahasia kerajaan Jin Harimau putih?” Dengan seksama Darko memperhatikan sekelilingnya, pada akhirnya dia melihat sebuah lingkaran formasi tepat dimana dia berdiri. “Betul sekali, ternyata ini adalah gua rahasia tempat pintu portal dimensi berada. Kalau b
Bab 144. GUA ANEH Dengan sikap waspada mata Darko memandang ke sekeliling tebing gunung, dimana lobang menuju gua yang menyimpan pintu portal dimensi berada. Dengan rasa penasaran yang menyelimuti otaknya, tubuh Darko segera terbang melesat ke atas untuk mendatangi puncak gunung. Tubuh Darko terbang dengan cepat menembus awan yang menutupi bagian atas gunung. Awan yang menutupi [puncak gunung sangatlah padat dan tebal sehingga cukup lama juga Darko terbang menuju puncak gunung. Tanpa terasa Darko sudah terbang selama sepuluh menit menembus awan tebal, akan tetapi awan ini sama sekali tak kunjung usai. “Aneh sekali, kenapa awan di tempat ini sangat tebal? Apakah ada yang salah dengan awan di tempat ini?”Darko tampak bergumam sendiri sambil terus berusaha keluar dari awan tebal yang sangat sulit untuk ditembus. Akhirnya Darko merasa terjebak di awan putih yang sangat tebal di sekelilingnya, dia sama sekali tidak bisa melihat kebawah, keatas maupun ke
Bab 145. MONSTER BURUNG GARUDA EMAS RAKSASA Sesaat setelah Darko memasuki lobang kecil yang ada di dalam gua, pemilik suara pekikan yang sangat mengerikan itu terdengar mulai memasuki gua raksasa. Sepasang mata Darko menatap dengan tidak percaya melihat makhluk yang sedang memasuki gua tempat dia bersembunyi. “Apa? Makhluk apa itu? Apakah itu burung? Tapi… burung apakah yang mempunyai tubuh begitu besar dengan kepala menyerupai elang namun mempunyai jambul di belakang kepalanya dan bulunya berwarna keemasan?” Darko tampak menahan nafasnya begitu monster raksasa berbentuk burung itu mendekat kearah telur raksasa yang ada di tengah gua. Setelah monster burung raksasa itu semakin dekat dengan dengan tempat persembunyiannya, barulah Darko bisa mengidentifikasi monster burung apa yang ada di depannya. “Ternyata monster burung raksasa ini adalah monster burung Garuda seperti lambang negara Indonesia.”Akhirnya Darko mengetahui jenis monster burung apa yang
Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis