206. MALAM SENDU (Bagian B)"Bohong!" balas Bang Galuh cepat.Entah bagaimana lagi, caraku menyangkal ucapan Bang Galuh. Karena jujur saja aku sudah kehabisan kata-kata, dia terlihat begitu mendominasi sekarang.Membuat aku menciut dengan auranya yang terasa gelap."Beneran loh, Bang," kataku pelan.Dia memutar bola matanya dengan bosan, namun tidak membantah apa yang perkataanku."Kalau ada apa-apa, kamu bisa ngomong sama Abang. Kita bisa cari solusinya bareng-bareng, Dek," katanya lembut.Aku yang mendengarnya langsung tertegun, dan kembali menunduk dalam."Bukannya kita suami istri? Kamu sering bantu Abang, membela Abang, bahkan apapun itu. Masak ketika kamu banyak pikiran, ada hal yang membuat kamu kepikiran, kamu malah mendem sendiri," katanya lagi.Seolah membujuk aku dengan halus, untuk jujur dan mengatakan semua perasaanku."Bukannya kamu juga dengar? Bapak dan Ibu berpesan pada Abang, untuk selalu menjaga kamu. Masak kamu mau Abang ingkar?" tanyanya sambil mengusap pipiku."B
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas207. ROMEO DAN JULIET (Bagian A)POV IKA[Kamu di mana, Juliet?]Aku tersenyum tersipu saat mendengar suara seorang lelaki di seberang sana, lelaki yang mampu mencuri hatiku, jiwa dan ragaku.Laki-laki yang mampu membuat aku berpaling dari Bang Usman, dan mengkhianati pernikahan kami yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.“Aku lagi di rumah, Romeo,” balasku manja.Melalui sambungan telepon ini, aku berhasil mengikis sedikit rasa rindu yang sudah menumpuk di dada. Hingga rasanya sesak dan juga nestapa, namun suara Romeoku mampu melenyapkan perasaan tidak nyaman itu.Ah, tak ada lagi nama Bang Usman di hati ini. Bukan lagi namanya yang selalu membuat aku tersenyum, bukan lagi suaranya yang bisa membuat aku tersipu malu, dan bukan lagi keberadaannya yang aku rindukan.Entah sejak kapan, namun aku sudah mulai mencintai laki-laki ini. Dan merasakan ketergantungan yang amat besar.[Sayang, kamu memang benar diusir oleh si Usman?] tanyanya lag
208. ROMEO DAN JULIET (Bagian B)Suara Mama berhasil menghilangkan senyum ku, dan aku pun langsung menunjukkan wajah datar dan menatap Mama dengan pandangan bosan.“Ma, sudah selesai masaknya?” tanyaku mengalihkan perhatiannya.Dan benar saja, raut wajah Mama langsung berubah masam, dan ikut mendudukkan diri di ranjang sempitku ini. Entah apa lagi yang mau Mama sampaikan, namun aku aku bersyukur karena setidaknya dia tidak mengungkit hal yang barusan saja terjadi.Hahhhh, sambil nunggu Mama bercerita, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan yang menyapa penglihatanku, hanya ruangan kecil yang berisi perabotan sederhana.Karena kami memang saat ini tinggal di kos-kosan milik Pak Lurah, dan aku memutuskan tidak banyak membeli barang. Bahkan yang kami pakai di sini pun, adalah fasilitas kos-kosan ini.Lemari, ranjang, dan juga kursi serta meja. Yang aku beli hanya kompor, piring, dan rice cooker. Setidaknya aku masih menunggu putusan pengadilan, baru aku bisa mengambil langkah.Kare
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas209. AMBAR DAN SURYA (Bagian A)POV AMBARMengurus perceraian ke pengadilan agama benar-benar terasa melelahkan, namun yang membuatku sangat bersyukur adalah Bang Gery yang sama sekali tidak mempersulit jalannya perceraian.Dia bahkan tidak datang pada panggilan yang pertama dan kedua, jika yang ketiga ini dia juga tidak datang maka aku akan secara resmi bercerai dengannya dan menyandang status janda yang sah.Aku tidak tahu, kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran seperti ini. Padahal beberapa minggu yang lalu, dia masih ngotot untuk mempertahankan rumah tangga kami.Namun, sekarang dia bahkan tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Menelepon atau mengirim pesan pun tidak, padahal sebelumnya dia begitu gencar merayuku melalui telepon.Yah, setidaknya dia sadar untuk tidak kembali merepotkan dan menyakitiku. Karena memang, berpisah darinya adalah hal yang aku inginkan. Aku sudah tidak mampu hidup bersamanya lagi.Bahkan akhir-akhir ini, Ibr
210. AMBAR DAN SURYA (Bagian B)Aku mengedikkan bahu, entah kenapa suara Surya terdengar bergetar pelan. Apa dia kedinginan? Bisa jadi, sih.Karena cuaca hari ini memang sangat dingin, aku saja sampai memakai jaket. Sambil berjalan, aku mendongak dan menatap langit.Benar, sudah mau hujan. Langit terlihat sangat hitam, dengan kilat yang sesekali menyambar. Surya benar, aku harus segera membeli pesanan Ibu dan kembali ke rumah.Maka aku segera bergegas mengejar langkah Surya, di ujung sana sudah terlihat warung Mpok Lela. Dan aku juga bisa melihat, banyak Ibu-ibu yang sedang berbelanja di sana.Tentu saja sambil menggosip, kegiatan wajib Ibu-ibu di desa ini. Seolah warung Mpok Lela ini tidak lengkap jika tidak ada kegiatan gosip-menggosip.Saat memasuki warung, semua orang di sana menatapku dan Surya dengan pandangan sarat akan rasa ingin tahu. Namun, aku hanya bersikap cuek dan segera masuk untuk menemui Mpok Lela karena tujuan utamaku ke sini, memang untuk membeli telur dan juga Ayam
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas211. SWEET MOMENT (Bagian A)Aku berbalik dan menatap mereka semua dengan pandangan tajam, Ibu-ibu itu sontak berhenti melanjutkan hujatannya padaku dan menunduk dalam.Namun tidak dengan Devi, dia menatapku sambil menyeringai mengejek. Seolah menertawanku dengan kepuasan akibat hujatan yang aku terima.Dasar sialan!Manusia tidak tahu malu, bagaimana bisa dia menatapku seperti itu? Sedangkan aku tahu, kalau dia bahkan tidak lebih baik dariku.Aku berjalan mendekati mereka dan menatap mereka satu persatu, tidak ada yang lebih baik dariku. Tapi kenapa mereka berani menghujatku?Aku saja tidak pernah menghujat mereka, aku tidak pernah mengucapkan satu patah kata pun untuk menggosipi mereka.Tapi, kalau mereka jangan ditanya. Menceritakan aku adalah kewajiban tersendiri bagi mereka, dari masalah KDRT yang aku alami, perselingkuhan Bang Gery, pertengkaranku dengan Ika beberapa hari kemarin, dan juga hari ini?Wah, banyak juga ya. Apa di kampung ini
212. SWEET MOMENT (Bagian B)Walau sebentar lagi aku dan Bang Gery sudah sah tidak mempunyai hubungan apa-apa, tapi diantara kami ada Ibra. Dan aku juga tidak boleh egois, karena mereka pun memang berhak ikut mengasuh Ibra.Jika mereka baik maka aku juga akan baik, namun mereka kembali bertingkah maka aku tidak akan diam saja."Belanjaan Mbak mana?" tanya Sarah karena tidak melihat aku membawa belanjaan."Oh ini, ini punya Ambar semua," ujar Surya mendekat.Sarah dan Tuti lantas menatap Surya dari atas ke bawah, sedikit banyak mereka pasti mengenal Surya karena polisi ini lah yang menangani kasus ku dulu dan juga Bang Gery.Sarah mengernyit heran, dan menatapku juga Surya secara bergantian. Matanya menyiratkan bahwa dia penasaran dengan hubunganku, dan juga polisi muda ini. "Kalian kesini barengan, Mbak?" cetus Sarah ingin tahu."Iya, kita ke sini barengan," sahut Surya sambil tersenyum. "Ayo pulang, aku sudah keberatan!" katanya padaku.Aku menatapnya tajam, memberi isyarat agar dia
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas213. SUASANA YANG CANGGUNG (Bagian A)POV AUTHORAmbar mengajak Surya masuk melalui pintu belakang, pakaian mereka yang basah kuyup akan membasahi semua ruangan jika mereka nekat masuk melalui pintu depan.Resikonya bukan main-main, diamuk oleh Ibu negara bukanlah hal yang menyenangkan. Makanya Ambar lebih memilih memutari teras samping, dan merelakan tubuhnya semakin lama menahan dingin.Tidak apa-apa menggigil, asal Ibu tidak mengamuk. Begitulah pikirnya. Namun langkah Ambar terhenti saat dia bisa melihat dua buah motor yang sedang terparkir manis di teras samping, motor Galuh dan juga motor Usman.“Ada apa?” tanya Surya penasaran.Dia menurunkan ayam yang dijinjingnya ke lantai, dan menepuk bahu Ambar sehingga sukses membuat si empunya bahu tersentak kaget.“Wah, ngajak gelut? Kalau aku jantungan bagaimana?” tanya Ambar sewot.Dia berbalik dan menatap Surya dengan pandangan tajam, namun yang ditatap malah bersikap cuek dan kembali mengambil a
235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y
233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k
231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu
229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg
228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den