“Davin, Davin, dari mana saja kamu?” tanya Bu Tenkar, coba menahan emosi yang sudah meluap.
Davin berdiri dan membungkuk di hadapan Bu Tenkar. “Kakek saya kritis dari tiga minggu lalu. Saya harus menemani beliau dirawat di rumah sakit, menyuapi dan memandikan beliau. Maafkan saya, Bu, saya berjanji tidak mengulanginya lagi.”
Davin terpaksa berbohong, namun bisa dipastikan, usaha itu sia-sia belaka.
Bu Tenkar tidak melihat ekspresi bersalah di wajah Davin, seakan ucapan itu hanya pemanis untuk menutupi semua kesalahannya. Emosi Bu Tenkar semakin memuncak, dia tidak bisa menahannya lagi.
“Janji? Semudah itu mulutmu berkata? Setiap kesalahan harus dihukum, dan kesalahanmu ini sangat fatal. Pertama, kamu bolos kerja tanpa izin lebih dulu padaku, atau tangan kananku. Kedua, kamu bolos sampai tiga hari, tanpa ada kabar, tanpa ada pemberitahuan. Dan tiga, kamu tidak menghormatiku selaku kepala tenaga kerja di sini. Aku sudah muak me
Paidi dan Rahman membopong tubuh Davin yang sudah tidak berdaya. Mereka tidak membuang Davin, tapi memapahnya ke warung yang letaknya agak jauh dari Indaluna. Begitu melihat Davin, ibu pemilik warung langsung mengambil obat merah dan es batu dari dalam kulkas.Luka memar semuanya dikompres dengan air es. Davin mendesis, menatap tajam ke arah Paidi dan Rahman, pasti ada keanehan. Jarang-jarang Davin menatap dua teman dekatnya dengan tatapan mengerikan.“Baik, baik, kami mengaku, kami menyimpan kartu yang jatuh dari kantong belakang celanamu,” ucap Rahman pada Davin.“Jangan bilang pada siapapun,” lirih Davin, suaranya payau, lantas terbatuk hebat hingga mengeluarkan darah. Paidi mengusap darah itu dan memohon agar Davin tidak memaksakan diri lagi. “Tidak apa, aku sengaja, agar mereka puas.”“Tolong lepas jam ini dari tanganku, tekan tombol merah yang ada di belakang layar,” pinta Davin.Paidi melepas j
Bu Tenkar naik dan meminta Claudia turun menemui tamu istimewa itu. Awalnya Claudia menolak, tapi setelah Bu Tenkar cerita, Claudia langsung turun tanpa basa-basi. Hanya dengan embel-embel Ducati FX 150, Claudia sudah terpincut dan menyambutnya dengan atasan sedikit terbuka. Claudia coba menggoda Melvin, tapi lelaki itu tidak tergoda. Melvin membuka kacamatanya, menunjukkan wajah tampannya ke semua orang. “Ada keperluan apa Tuan datang ke sini?” tanya Claudia sangat sopan, beda saat berkata kepada Davin. Dia menonjolkan bagian atasnya pada Melvin seolah dia adalah gadis murahan yang dengan mudahnya tunduk oleh harta. “Tidak perlu basa-basi.” Melvin berujar ketus. “Saya diutus ke sini untuk membeli 51 persen saham Indaluna.” “APA KATAMU!” Claudia langsung membentak. “Tidak! Aku tidak akan menjualnya, walau pada orang sepertimu.” Mata semua karyawan tertuju pada Melvin, tidak ada yang menyangka jika lelaki kaya itu ingin menguasai Indalu
Hari ini Davin harus pergi ke kampus. Setelah diskusi lama dengan Melvin, akhirnya Davin tunduk, dia tidak bisa menolak keinginan kakeknya, Tuan Juta, yang masih memimpin Nayama jika ditinjau dari sisi struktural.Mengingat nama Davin tercemar di kampus lamanya, dia diminta pindah kampus guna menyelesaikan skripsinya yang tak kunjung selesai.Davin pun pergi ke kampus yang sudah didaftarkan ajudan Juta, salah satu kampus terkenal di kotanya, bisa dibilang kampus terbaik di Indonesia.“Sumpah males banget kuliah, mending joki skripsi, toh aku punya uang. Aku bisa sewa tukang joki terbaik di kampusku dulu.” Davin megendus kesal.“Sudahlah, Tuan, turuti saja permintaan Tuan Besar. Lagian skripsi juga nggak terlalu lama, yang penting Tuan lulus tepat waktu. Tuan Besar tidak pernah peduli dengan nilai.”Seperti biasa, lelaki itu pergi dengan pakaian seadanya. Dia membeli motor butut baru, sama persis seperti motor lamanya. Davin
Sebelum matahari terbenam, Davin ingin istirahat di lantai tiga villa Phoemix.“Ternyata kuliah di kampus baru lumayan capek.” Davin berujar pelan.“Banyak tugas, banyak ini, itu, dan hal-hal tidak berguna lainnya. Teori yang diajarkan juga tidak menarik, aku sudah sering mengalaminya saat belajar bisnis bersama ayah.Melvin menyahut cepat. “Teori 10 persen, selebihnya praktek dan pengalaman.”“Aku setuju denganmu. Kuliah hanya buang-buang waktu. Toh berapa ratus ribu mahasiswa yang ijazahnya terbuang dan tidak berguna. Banyak sekali, Vin, termasuk aku nanti. Hahaha...”Sejenak Davin menikmati suasana pantai, merebahkan diri, olahraga, hingga bertukar pikiran dengan Melvin.“Saya setuju dengan Anda, Tuan, terkadang orang sekolah bukan mengincar ilmu, tapi mengincar ijazah.” Melvin menyesap teh panas oolong hasil impor dari Tiongkok beberapa minggu lalu.Davin sudah menyewa beberapa
Davin bersiap dengan dresscode celana hitam dan kemeja putih. Dia tidak mau menggunakan jas dengan alasan lembab. Dari pada tidak mau berangkat menuju Hotel Lunar, Melvin terpaksa menuruti permintaan Davin.“Sebentar, Tuan Muda, ada gadis cantik yang menemani perjalanan Anda menuju hotel. Tenang, gadis itu petinggi Nayama, dia sama seperti Anda, kaya tapi low profil. Sebentar, akan saya panggilkan gadis itu.”Melvin keluar dari Phoenix menuju gerbang utama Heaven Garden.Beberapa tentara yang berjaga memberinya hormat, dia tahu, Melvin adalah salah satu penghuni paling istimewa di antara jajaran miliarder lain.Tak perlu menunggu lama, sebuah super car berhenti tepat di depan gerbang.“Biar aku saja,” kata Ian, salah satu militer dengan dua sematan melati di bahu kanannya. “Kapten Roger diam saja di sini.”“Eh tidak perlu,” timpal Melvin. “Dia tamu kehormatan Tuan Besar Juta, aku bisa jam
Davin turun bersama Shella, meninggalkan Melvin sendirian di mobil. Tidak ada yang mengenali mereka, apalagi dengan baju seadanya.“Cih, siapa mereka? Pelayan hotel, atau anak salah satu miliarder anggota Klan Emas?”“Tampan dan cantik, mereka pasti orang kaya. Tapi tunggu, kenapa tidak ada perhiasan yang menempel di tubuh mereka? Pakaiannya juga biasa saja, bukan dari brand terkenal.”“Coba jelek, aku tidak sudi memandang mereka. Mereka tidak mungkin anggota Klan Emas, pakaian mereka tidak menunjukkan kalau mereka punya harta.”Cibiran terus terdengar hingga Davin sampai di hall utama hotel. Resepsionis tidak menyambutnya sama sekali, tidak pula menyodorkan kertas berisi daftar kehadiran tamu.Dan di tempat itu juga, Davin bertemu dengan Claudia, Kevin, Madam Sherlyn, dan Levy, mereka juga hadir di pertemuan ini mewakili Keluarga Latusia.Tanpa basa-basi, Claudia mendekati Davin dan langsung menampar pipi
Claudia menaikkan sebelah alisnya. Dia tertawa bersama Madame Anneth dan Kevin, diikuti tawa resepsionis hotel yang menggunakan busana mewah jahitan salah satu pengrajin terkenal asal kota M.Levy coba mengingatkan Claudia tentang tata krama. “Jangan sembarang menghina orang! Kamu tidak tahu siapa pria ini. Dia belum ngisi data diri resepsionis, jangan buruk sangka dulu! Ada kemungkinan dia lebih kaya darimu, bahkan jauh lebih kaya dariku.”“Hahaha ... jangan membual, Levy, dia mantan pekerjaku, tau! Cleaning service sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di hotel semewah hotel Lunar. Bau baju dan sandalmu bisa meruntuhkan citra bagus hotel ini!” Madame Anneth ikut menanggapi.“Sayang, dia itu barusan dipecat dari Indaluna, apa kamu nggak sadar? Aku pernah cerita ke kamu tentang pegawai yang bolos tiga minggu tanpa alasan itu, kan?” Claudia memegang lengan tangan kanan Levy, coba merayu pemuda gagah itu.“Oh, j
Davin menunda rapat pentingnya bersama petinggi Inter Nayama, perusahaan telekomunikasi yang memproduksi jaringan internet paling cepat di Indonesia.Baru pertama memimpin, Davin mendulang berbagai kesuksesan. Dia merombak semua petinggi yang dicurigai korup dan nepotisme. Karena itulah, Tuan Juta mempercayakan Nayama sepenuhnya pada Davin.Di depan Hotel Lunar, pusat kota Jakarta, keluarga Orchid memulai pertemuan Klan Emas untuk merayakan kebehasilan mereka dalam mengakusisi PT Uranium Sejahtera, perusahaan tambang emas yang dulu dikuasai negara lain.Suasana pertemuan berlangsung meriah dengan beberapa whisky dan vodka dari brand-brand terkemuka.Steve selaku kepala keluarga Orchid memberi sambutan dengan wajah bahagia. “Tuhan memberkati kita hingga kita bisa sampai di titik ini.”Dua putri dan satu putra Steve turut hadir di pertemuan itu, duduk di sebelah papanya, menyambut para tamu dengan wajah ramah.Tamu yang datang keba
Beberapa orang tua tampak menitikkan air mata dari kejauhan. Mereka tidak menyangka jika pemimpin muda ini akan begitu rendah hati. Seperti padi, semakin berisi semakin menunduk, begitulah cerminan Davin kali ini. Menerima mahkota puncak jabatan Edinburgh tidak membuatnya besar kepala dan malah menjadikannya lebih dewasa dan lebih berhati-hati lagi dalam mengambil keputusan. “Terakhir, istana akan dibebaskan bagi siapa saja yang ingin mengadukan keluhan. “Bagi yang rumahnya jauh, silakan bisa mneulis surat atau pesan singkat dan sampaikan ke pos polisi terdekat. “Jika sudah tiga kali menulis dan tidak ada laporan surat masuk ke istana, maka saya tidak segan-segan untuk memecat seluruh anggota polisi yang bertugas di pos tersebut. “Kenyamanan dan kesejahteraan kalian adalah tanggung jawab kami. Semoga berkesan...” Tidak lama kemudian, Melvin berlari menuju Davin dan membuat kerumunan warga Edinburgh bergidik heran. Saat Davin mengangkat telepon, wajahnya langsung berubah pucat d
Pagi berganti siang.Sepuluh menit lagi adalah pelantikan Davin sebagai Duke of Edinburgh dan pewaris seluruh harta kekayaan Nayama. Tentu, ini hari yang sangat istimewa baginya, juga bagi pebisnis di seluruh dunia. Hari di mana orang-orang yang percaya bahwa Davin adalah penyelamat Nayama, menangis bahagia begitu tahu, Davin tidak benar-benar meninggal karena insiden ledakan itu.Tapi, Davin merasakan kesedihan mendalam kala Lisa tidak bisa menyaksikan langsung pelantikan ini karena usia kandungannya yang sudah mencapai 9 bulan. Padahal, ini adalah salah satu momen terbaik yang bisa mereka berdua buat.Dengan terpaksa, Nessa dan Madame Anneth ikut menemani ratu kecantikan Edinburgh itu di kamar khusus yang ditangani oleh para perawat kandungan terbaik di Edinburgh.Davin sengaja memilih rumah sakit dimana dokter bersalinnya adalah perempuan. Baginya, setiap inchi tubuh Lisa harus dijaga, tidak terkecuali dengan alasan kesehatan.Entah posesif atau apa, tapi suami seperti itu menandak
Ledakan di bandara Glasgow memang menjadi pukulan telak bagi pemerintahan Skotlandia. Belum lagi, tiga dari keseluruhan korban adalah orang-orang penting Edinburgh.Davin, Melvin, dan Harley segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan khusus karena seluruh tubuh mereka mengalami luka bakar serius.Greg mendapat perintah khusus untuk tetap bungkam dan diterbangkan menuju California oleh Prince Eiduart karena dia adalah satu-satunya saksi mata yang selamat dari ledakan di bandara.Sementara Paul, jasadnya sudah menjadi abu dan dimakamkan di dekat makam istrinya yang ada di pedalaman Blackford.Berita itu terus menjadi trending topic hingga dua minggu ke depan. Sementara wartawan yang ingin mencari tahu tentang kondisi Davin, mereka dicekal mentah-mentah karena telah melanggar undang-undang privasi.Prince Eiduart tak henti-hentinya menitikkan air mata begitu pulang dari Prancis. Claire pingsan seketika melihat Davin yang terbaring lemah dengan tubuh yang hampir dipenuhi
Di rumah sakit, banyak pihak menunggu kedatangan seorang lelaki. Tak lama, lelaki itu datang dengan pakaian biasa, celana hitam levis dan kaos putih oblong. Dia menggunakan sepatu dan jam tangan bermerk, terlalu mahal untuk ukuran orang biasa.Baru menginjakkan kaki di lantai lima rumah sakit, lelaki itu disambut senyuman oleh sahabat lamanya. Mereka lalu saling jabat tangan dan tukar peluk. Kerinduan yang selama ini membuncah, akhirnya bisa dilepaskan.“Tunggu di sini, biar aku saja yang masuk,” kata lelaki itu.Davin menyuruh Melvin menunggu di luar ruangan. Pria itu menoleh ke kanan-kiri, memastikan keadaan kosong. Dia lantas masuk ke ruangan dengan gambar violet merah di bagian tengah pintu. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah mulai membaik?”Seorang perempuan yang dijagai tiga temannya sedang berbaring lemah dengan selimut putih garis abu-abu khas rumah sakit.“Syukurlah, Tuan. Perutku sudah mulai enak dan mualnya tidak terasa lagi.”“Turut bahagia mendengarnya,” balas Davin
TERJADI LEDAKAN BESAR DI BANDARA MUNCHEN!BANYAK KORBAN JIWA DENGAN LUKA BAKAR!KORBAN SEMENTARA ADA 70 ORANG DAN HAMPIR SEMUANYA BELUM BISA DIIDENTIFIKASI KARENA DAMPAK LEDAKAN YANG BEGITU DAHSYAT!Media-media dunia dihebohkan dengan kejadian itu.Pasalnya, ledakan tidak hanya mengenai anggota mafia kelas kakap yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Lone Werewolf, tapi juga berimbas pada Davin, Tuan Muda Nayama sekaligus Pangeran Edinburgh yang namanya dikenal di seluruh dunia.Istana sempat sesak oleh wartawan yang menanyai Prince Eiduart tentang kabar Davin, tapi semua memilih bungkam.Melvin, Lisa, dan Andre yang sedang meninjau tempat kejadian perkara pun tak luput dari sorotan wartawan. Cercaan demi cercaan terus dilontarkan. Meski tak ada satu pun yang dijawab, wartawan itu serasa tak capek menanyakan satu hal sama.“Bagaimana Davin?”Hanya itu, tak lebih.Ketika satu wartawan sudah lelah berdiri dan bertanya, namun tak kunjung mendapat jawaban pasti dari pihak Nayama, wartaw
Di Glasgow, perubahan cuaca dan suhu udara tidak terlalu mencolok seperti di Edinburgh.Saat musim dingin disini, orang-orang banyak yang keluar hanya menggunakan jamper atau jaket tipis saja, terutama mereka yang tinggal di dekat sungai Clyde.Berbeda dengan Edinburgh. Perubahan suhu disana lebih ekstrem saat musim panas dan dingin.Bahkan, orang yang nekat keluar hanya menggunakan jaket tipis tanpa baju lapis dua di dalamnya, akan merasakan pusing dan tak jarang sampai mimisan.Oleh sebab itulah, nafas Davin tidak mengeluarkan uap begitu dia sampai di Glasgow karena suhu udaranya terlampau lebih hangat daripada di Edinburgh.Dan melalui ciri itu, orang-orang dapat mengenali mana yang asli Glasgow dan mana orang asli Edinburgh.“Yahh, bagaimanapun juga, aku tidak bisa berbohong karena suhu disini sedikit lebih tinggi dari tempatku berasal.” Davin berkomentar akan cuaca di sini.“Nah, akhirnya kau sadar. Kau itu buka
Peter adalah seorang pensiunan detektif yang sekarang menjabat sebagai salah satu staff petinggi di Charciao.Dialah yang membantu Davin untuk menangkap Hans yang sedang bersantai di Possilpark.“Lapor, Tuan, divisi keamanan Charciao sudah melobby kepolisian agar tidak ikut campur dalam urusan ini.“Saya juga sudah melapor kepada direktur Joe untuk mengontak pemilik bandara Glasgow untuk mencari seseorang dengan ciri-ciri yang sudah dicatat.“Sebagian anak buah saya sudah berada di bandara dan mencari mobil sedan dengan lambang elang hitam di bagian dasbor belakangnya.“Sekarang saya sudah berada di perbatasan Glasgow-Edinburgh dari arah jalan utama.”Tepat sesuai dugaan, Peter sudah menunggui Davin di depan sana.Beruntung pangeran memilih untuk putar balik karena salah satu tangan kanannya itu memikirkan hal yang sama.“Oke, Peter, mungkin aku akan sampai di tempatmu sedikit lebih telat.
Saat perjalanan menuju Glasgow, perjalanan tidak berlangsung mudah.Di tengah perkebunan Livingston, sudah banyak sekali mobil yang berjajar untuk melindungi kepergian Paul.“Rainy tidak berbohong, Melvin. Dia sepertinya sudah membuka rencana Paul.”“Benar, Tuan. Kalaupun dia berbohong, tidak mungkin ada penjagaan seketat ini.”Beruntung, mobil jeep yang dikendarai Davin memiliki body dan kaca anti peluru sehingga beberapa tembakan orang-orang Lone Werewolf tidak dapat melukainya.Ada dua mobil polisi yang terkena tembakan dan itu membuat suasana sedikit keruh.Davin dan rombongan pleton tiga putar balik dan memilih jalur memutar.Sementara pleton satu membantu dua mobil polisi yang sopirnya terkena tembakan tepat di kepala.Peperangan dan adu tembak berlangsung sangat sengit.Kurang lebih ada 30an orang dari Lone Werewolf yang mencegat kepergian Davin dengan total sebelas mobil.“Apa
Dikala urusan semakin rumit, sang pangeran tetap menilik keadaan calon istri dan calon mertuanya padahal sejak semalam, dia hanya tidur satu jam, itupun di pesawat.Kantung mata Davin yang sudah mulai menghitam, disambut dengan wajah cemas Lisa.“Kau sudah berjanji untuk tidak mendekati bahaya, kan?”“Untuk sementara, maafkan aku... aku tidak bisa diam saja melihat seluruh keluargaku terancam.”“Tapi, Sayang...”“Percaya padaku,” tatap Davin penuh harap. Tak terasa, air mata sudah berjajar antri di pelupuk matanya.“Baiklah, aku percaya padamu. Tapi kumohon, jangan lukai dirimu sendiri ya...”Davin mengangguk dan Melvin menepuk pundak tuannya.Tidak lama, perawat datang dan menawarkan beberapa menu makanan yang ada di kantin rumah sakit.Gerald dan Melvin memesan bubur daging sapi sementara Davin dan Melvin hanya meminta agar dibawakan secangkir kopi panas.