Layaknya ratu kecantikan dan pembantunya, Lisa dan Davin berjalan memasuki pintu belakang hotel.Ratu kecantikan dan pembantunya, nampaknya dari sini kita dapat melihat perbedaan kontras antara dua insan itu. Lisa menggunakan gaun putih mewah dengan topi trilby khas bangsawan, sementara Davin seperti biasa, celana hitam dengan kaos abu-abu ditambah topi baseball.Sungguh, perbedaan bagai bumi dan langit. Satu seperti bidadari yang menghipnotis setiap mata memandang, satunya bak atlet yang baru pulang dari olahraga. Belum lagi, wajah Davin yang sengaja diberi make up kecoklatan agar nampak lebih gelap.“Kenapa lewat pintu belakang? Bukannya kita wajib tanda tangan daftar hadir tamu?”“Hmm, belum tentu,” tatap Davin. “Kita, kan, bukan tamu undangan, kenapa harus mengisi daftar hadir? Toh, kedatanganmu ke sini murni karena orang tuamu merupakan salah satu panitia penyelenggara. Hadir atau tidaknya kita di sini, sepertinya, tidak terlalu dianggap.”Alasan receh sebenarnya, hanya karena t
Dalam hati, Davin membatin jikalau orang ini butuh diberi pelajaran. Bahkan, setelah ia keluar dari kamar mandi, dua greeter tadi masih melihatinya dengan tatapan sinis dan sangat mengejek.Masabodo!Selama tidak menyangkut tentang kehidupan pribadi atau rasis, Davin tidak peduli. Lagian ,hinaan dan cacian greeter barusan tidak membuat harga dirinya menurun karena identitas aslinya tidak diketahui oleh publik.Saat sudah duduk manis di tengah smoking area berukuran lumayan luas dengan empat sofa panjang membentang, Davin meletakkan kakinya sejajar dan tidak mengangkat salah satunya seperti halnya pengunjung lain.Satu pengunjung baru datang, greeter menyambut dengan ramah dan menawari sake atau makanan untuk pelengkap saat mereka merokok. Pengunjung kedua datang, dan Davin masih dicueki begitu rupa, tidak ada greeter satupun yang menawarinya untuk memesan.Sampai saat ini, Davin dapat menahan kesabarannya dan duduk dengan tenang sembari menunggu. Sepuluh menit berlalu dan pengunjung k
Tak lama setelah ia duduk, greeter yang tadi hanya berdiri di depan pintu smoking area menghampirinya. Penawaran demi penawaran muncul dari mulut busuk mereka berdua.Sejurus kemudian, datang resepsionis tadi yang mencemoohnya dengan membawa sebotol Lafite, kemudian menawarkan pelayanan khusus seperti pijatan atau belaian belaka.“Tidak, aku hanya ingin waitress culun tadi yang melayaniku. Kalian semua keluar!”“Baik, Tuan.”Dua milyar, harga yang lumayan murah untuk orang seperti Davin.Tidak cukup hanya memesan Lafite, Davin sudah bersiap memberikan pelajaran kehidupan lain bagi pekerja Utami yang hanya memandang seseorang dari fisik dan penampilan.“Ini, Tuan, pesanan Laffite yang Anda minta.”“Lancang sekali kamu! Siapa yang memintamu mengantarkan Lafite ini padaku. Tidak bisa. Aku hanya ingin lelaki culun tadi yang melayaniku, bukan orang lain.”Semua tidak berani membantah, bahkan pengunjung kedua dengan perawakan besar dan tangan yang penuh tato juga tidak mencemooh Davin atas
Bukan Davin namanya kalau belum mempermalukan mereka yang hanya menilai seseorang dari tampilan luarnya saja, termasuk dua greeter dan dua resepsionis perempuan dekat kasir tadi.Ia ingin menunjukkan jika orang kaya juga berhak untuk tampil sederhana tanpa harus menampilkan kekayaannya.Bisa saja ia membeli barang-barang yang khusus didesain untuk keluarga Nayama dunia, termasuk Nayama dengan Tuan Besar Juta dan Belanda dengan Ratu Willhemnia-nya. Bukan bisa saja, melainkan sudah sangat bisa kalau bagi Davin yang merupakan anak tunggal dari Tuan Besar Juta, Duke of Edinburgh.“Kalian,” Davin menunjuk ke arah resepsionis dari balik ruangan kaca smoking area hotel, mengeraskan suaranya agar dapat didengar oleh dua perempuan sombong di dekat meja kasir, “iya kalian. Jangan menoleh lagi! Cepat kesini!”Wajah perempuan tadi yang awalnya ketus dan cuek, sekarang menjadi ketakutan dengan seutas keringat di dahi mereka. Beruntung, supervisior hotel sedang berada di ruang pertemuan di lantai p
“Hello, Davin, how are you today? Seperti biasa, pakaianmu tidak pernah memperlihatkan kemewahan.”Davin sempat melirik kepada dua greeter yang masih berdebar-debar menunggu apa yang ia ucapkan kepada Mr. Anton, supervisior mereka.“Ahha, disini terasa agak panas meskipun ruangan dipenuhi AC.”“Aku bisa menjamin AC disini masih baru dan kualitas terbaik di Skotlandia. Tidak mungkin, Davin, pasti ada yang salah denganmu.”“Tidak, tidak, aku hanya bercanda. Pelayanan disini sungguh baik sekali, terutama dua greeter disana.”Mr. Anton menoleh ke belakang, melihat greeter yang masih berdiri di dekat pintu smoking area yang terbuka. Nampaknya mereka ketakutan dan masih gemetar.“Lihatlah, mereka sangat antusias menyambutku tadi. Bahkan untuk sekedar ke toilet, salah satu dari mereka menungguiku untuk memastikan keamanan.”Dari kejauhan, mereka nampak bernafas lega begitu Mr. Anton memalingkan pandangannya lagi. Dalam hati, mereka berharap agar Davin tidak mengatakan hal aneh apapun yang da
Beruntung ketika Cecil membalikkan badan, Mr. Anton sudah tidak ada di pintu smoking area dan pergi entah kemana. Ia masih bergetar ketakutan dan tidak berani lagi menatap mata Davin, kemudian memilih diam di balik meja kasir tempatnya semula.Tak lama setelah itu, Mila beserta beberapa koki lain mengantar makanan yang dipesan Davin. Banyak sekali, kurang lebih ada hampir sepuluh macam.Mulai dari Haggis, Kusyari khas Timur Tengah, Egg Benedict kebanggaan Perancis, hingga berbagai macam makanan khas dari sudut perkampungan Inggris.“Minyak atau butter?” Davin menuding sirloin atau daging yang digoreng well-done di hadapannya.“Butter, Sir, ditambah dengan rosemarry dan campuran bawang putih.”“Anggur merah atau sake khas Jepang?”“Anggur merah, Sir, kita tidak menggunakan sake karena kadar keasamannya terlalu kuat.”“Baiklah, kalian boleh pergi,” Davin menyuruh semua pelayan itu pergi sembari mengibatkan telapak tangannya, “kecuali kamu.”Mila mendongak ketakutan seperti apa yang dila
“Tuan, aku mendapat perintah dari Tuan Besar Juta agar kita bertandang ke Nayama pusat dekat pelabuhan Western Harbour. Ada kabar penting yang ingin disampaikan Victor, mungkin ada kaitannya dengan Lone Werewolf dan Serigala Merah, juga demi keselamatan Anda”“Harus sekarang, Melvin, tidak boleh menunggu esok atau lusa?”“Entah. Dan barusan aku diberi perintah untuk membelikan dua kulkas kualitas terbaik untuk beberapa cleaning service dan para karyawan lain.”“Okay, Melvin, setengah tujuh malam di Waverley Mall.”“Atas perintah Anda, Tuan.”Davin melangkah memasuki rumah lantai tiga lumayan mewah di pusat kota Edinburgh, sedikit berada di Utara dari Highway Street atau jalanan terkenal yang dipenuhi toko-toko mewah berjajar.Ia sengaja mengambil beberapa langkah di belakang istrinya untuk menyamarkan dengan siapa ia sedang berbicara.Pintu rumah terbuka, menampilkan empat sofa panjang empuk dengan karpet halus berwarna kecoklatan. Karpet meja di tengah-tengah sofa nampak sangat lembu
Hampir sepuluh menit Lisa memejamkan mata dan tersenyum-senyum sendiri, tapi ia tidak gila. Mana mungkin seorang Tuan Muda berwibawa dan penuh kebijaksanaan seperti Davin mau menikahi wanita tidak waras.Jarum panjang jam menunjuk angka dua belas dan membunyikan alarm seperti sebuah alunan musik anak-anak, kira-kira butuh waktu dua menit lamanya hingga nada itu berhenti total. Jam dinding mahal dengan lapisan emas di beberapa sudutnya terpampang di atas televisi yang langsung menyorot tajam para tamu karena posisinya yang lurus dengan pintu masuk.“Pelajaran hari ini selesai,” ucap Davin sembari menggaruk lengan bawahnya yang sedikit gatal. “Haggis atau steak?”“Tidak untuk hari ini, aku terlalu kenyang oleh suguhan pertemuan tadi.”“Ahh, kau masih menjaga bentuk badanmu ternyata.”“Jangankan bentuk badan, semua aspek fisik harus kurawat. Kalau tidak, aku takut kau akan melirik perempuan lain yang lebih bening dariku, lebih molek perawakannya.”Davin terkejut, tidak menyangka Lisa ak