Beruntung ketika Cecil membalikkan badan, Mr. Anton sudah tidak ada di pintu smoking area dan pergi entah kemana. Ia masih bergetar ketakutan dan tidak berani lagi menatap mata Davin, kemudian memilih diam di balik meja kasir tempatnya semula.Tak lama setelah itu, Mila beserta beberapa koki lain mengantar makanan yang dipesan Davin. Banyak sekali, kurang lebih ada hampir sepuluh macam.Mulai dari Haggis, Kusyari khas Timur Tengah, Egg Benedict kebanggaan Perancis, hingga berbagai macam makanan khas dari sudut perkampungan Inggris.“Minyak atau butter?” Davin menuding sirloin atau daging yang digoreng well-done di hadapannya.“Butter, Sir, ditambah dengan rosemarry dan campuran bawang putih.”“Anggur merah atau sake khas Jepang?”“Anggur merah, Sir, kita tidak menggunakan sake karena kadar keasamannya terlalu kuat.”“Baiklah, kalian boleh pergi,” Davin menyuruh semua pelayan itu pergi sembari mengibatkan telapak tangannya, “kecuali kamu.”Mila mendongak ketakutan seperti apa yang dila
“Tuan, aku mendapat perintah dari Tuan Besar Juta agar kita bertandang ke Nayama pusat dekat pelabuhan Western Harbour. Ada kabar penting yang ingin disampaikan Victor, mungkin ada kaitannya dengan Lone Werewolf dan Serigala Merah, juga demi keselamatan Anda”“Harus sekarang, Melvin, tidak boleh menunggu esok atau lusa?”“Entah. Dan barusan aku diberi perintah untuk membelikan dua kulkas kualitas terbaik untuk beberapa cleaning service dan para karyawan lain.”“Okay, Melvin, setengah tujuh malam di Waverley Mall.”“Atas perintah Anda, Tuan.”Davin melangkah memasuki rumah lantai tiga lumayan mewah di pusat kota Edinburgh, sedikit berada di Utara dari Highway Street atau jalanan terkenal yang dipenuhi toko-toko mewah berjajar.Ia sengaja mengambil beberapa langkah di belakang istrinya untuk menyamarkan dengan siapa ia sedang berbicara.Pintu rumah terbuka, menampilkan empat sofa panjang empuk dengan karpet halus berwarna kecoklatan. Karpet meja di tengah-tengah sofa nampak sangat lembu
Hampir sepuluh menit Lisa memejamkan mata dan tersenyum-senyum sendiri, tapi ia tidak gila. Mana mungkin seorang Tuan Muda berwibawa dan penuh kebijaksanaan seperti Davin mau menikahi wanita tidak waras.Jarum panjang jam menunjuk angka dua belas dan membunyikan alarm seperti sebuah alunan musik anak-anak, kira-kira butuh waktu dua menit lamanya hingga nada itu berhenti total. Jam dinding mahal dengan lapisan emas di beberapa sudutnya terpampang di atas televisi yang langsung menyorot tajam para tamu karena posisinya yang lurus dengan pintu masuk.“Pelajaran hari ini selesai,” ucap Davin sembari menggaruk lengan bawahnya yang sedikit gatal. “Haggis atau steak?”“Tidak untuk hari ini, aku terlalu kenyang oleh suguhan pertemuan tadi.”“Ahh, kau masih menjaga bentuk badanmu ternyata.”“Jangankan bentuk badan, semua aspek fisik harus kurawat. Kalau tidak, aku takut kau akan melirik perempuan lain yang lebih bening dariku, lebih molek perawakannya.”Davin terkejut, tidak menyangka Lisa ak
Mobil sedan abu-abu menembus keramaian jalanan Highway Street yang sedang dipenuhi pengunjung. Beberapa mungkin mencari jaket musim dingin sebelum salju turun dengan lebatnya, beberapa juga hanya menikmati terik matahari di hari yang dingin.Suara tawa seorang lelaki terdengar dari dalam mobil, nampaknya dari kursi kiri depan bagian sopir.“Bagaimana bisa Anda meminta izin begitu mudahnya padahal istri Anda seperti itu?”“Tahukah engkau, Melvin, jika Lisa sudah berubah dan tidak seperti dulu?”“Entahlah, Tuan. Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”“Aku tadi hanya mengatakan jika ingin keluar sejenak dengan teman lama. Dan kau tahu apa reaksinya?”Melvin menoleh ke kanan dan mengangkat bahunya, tanda tidak tahu.“Dia tidak menaruh curiga apapun padaku. Aktivitasku, dengan siapa aku keluar, atau akan kembali jam berapa, tidak sama sekali. Jarang sekali aku bisa merasa sebebas ini tanpa kekangan setelah menikah.”Perlahan demi perlahan, jalanan Highway Street sudah tidak lag
“Yang aku tidak sangka, bagaimana bisa ada Jabran di sela-sela pasukan Lone Werewolf. Ini tidak masuk akal! Pria itu harusnya sudah mati bersama Prima dan Heri.”Melvin hanya mengangkat kedua bahunya.Saat sampai menuju ujung Princes Street, jauh dari Utami dan Waverley Mall yang menjadi tempat perkumpulan para miliader Edinburgh yang dipimpin langsung oleh Tuan Besar Juta, mobil berhenti di depan portal masuk perusahaan.Berbeda dari kunjungannya pertama saat masih dipimpin Jabran, penyambutan kali ini sedikit agak ramah dengan petugas keamanan yang dipenuhi dengan senyuman. Sangat nyaman dalam menyambut tiap tamu yang datang tanpa harus memandang siapa di dalam mobil.“Selamat siang, Pak. Welcome to The Lyceum.”“Ahh, kau sudah jadi lebih sopan dari pertama kita bertemu.”Betapa kagetnya security tadi mengetahui jika yang datang adalah Davin, bos sekaligus pemegang saham total perusahaan teater terbesar di Edinburgh, The Lyceum. Seketika ia membungkukkan badan sebagai penghormatan.
Saat Davin asyik berbincang dengan Steve dan Connor, Melvin malah bertatap-tatapan dengan Ellen yang mungkin tergila-gila dengan bentuk badannya. Wajar saja, mantan pembunuh bayaran sekaligus atlet boxing tentu memiliki postur tubuh tegap dan kekar dengan lengan super.“Ellen, kau merindukan belaian Jabran? Atau malah ingin menikmati tubuh Melvin?”Sekali semprot rasanya langsung menusuk, begitulah Davin. Diam-diam ia memperhatikan setiap detil yang terjadi di sekitarnya. Selama matanya dapat menjangkau, maka perhatiannya tak bisa luput dari hal-hal kecil, termasuk pandangan Ellen pada Melvin.Ellen hanya bisa diam tak menjawab.“Silakan, Melvin, mungkin kau perlu sedikit kehangatan di tengah musim dingin Edinburgh. Kemeja putihmu terlalu tipis, aku harap Ellen dapat membantumu menghangatkan tubuh.”Setelah Ellen, kini Melvin yang kena imbasnya. Sebagai seorang mantan narapidana kelas kakap dan diburu oleh pemerintah, hidupnya pasti tidak lepas dari wanita dan jerat dunia malam. Berpe
Ellen meninggalkan tiga orang atasannya yang masih duduk manis di sofa, sedikit bersiul karena merasa bisa menaklukkan Melvin dan mendapatkan ponsel keluaran terbaru yang bisa ia pamerkan sesuka hati.Beberapa karyawan nampak berlalu-lalang dan menaruh kecurigaan terhadap Davin, tentang siapa sebenarnya sosok lelaki itu dan duduk bebas di depan dua bos mereka.Tidak hanya karyawan, beberapa staff dan petinggi yang beberapa bulan lalu mendapat reshuflle setelah pengangkatan Steve sebagai CEO, juga mengernyitkan dahi, bertanya-tanya tentang siapakah lelaki yang bisa duduk sebebas itu di hadapan Steve dan Connor.“Lihatlah, Steve, anak buahmu mungkin belum mengenalku seluruhnya, apalagi mereka yang baru saja kau rekrut setelah memecat beberapa tangan kanan Jabran yang nepotisme.”“Maaf, Tuan, aku belum sempat mengenalkan Anda kepada mereka, bahkan Connor saja baru pertama kali bertatap muka dengan Anda.”“Oh, hai Connor, kita belum berjabat tangan.”Connor hanya tersenyum saat menjabat t
Siang perlahan menerik, sekuat mungkin melawan dinginnya musim yang sebentar lagi akan menurunkan salju. Beberapa orang Skotlandia sudah bersiap dengan jaket tipis hingga tebal untuk berjaga-jaga.“Dari ekspresi wajahku, tentu Anda bisa menebak hasilnya kan?”Berbeda dengan laki-laki yang baru keluar dari lift ini, badannya hanya tertutup seutas kemeja putih tipis lengan panjang tanpa lapisan jaket atau kaos dalam apapun.Di balik kemeja putih itu, ada otot-otot yang kekar –mungkin bisa menjadi jaket alaminya sendiri, atau bahkan selimut yang bisa menghangatkan tubuhnya.Melvin keluar dengan penuh senyuman, seperti sebuah tanda jika ia baru saja memenangkan pertandingan sengit.“Ahh, kau memenangkannya ya? Mmm, kemana Ellen pergi?”“Dia sudah tidak bisa bergerak lagi, Tuan, mungkin karena terlalu lelah.”“Aku suka percaya dirinya, Melvin. Dia sangat optimis bisa mengalahkanmu, yaa meskipun setengah jam sudah dilalui dan pemenangnya tetaplah sama.”“Tapi jujur, dia sangat kuat dan mant