Pasukan khusus angkatan laut Tiongkok melewati zona teritorial tepat pukul sembilan. Mereka terus melanjutkan perjalanan hingga sampai di luar zona ZEE tanpa memberi kabar.
Tepat pukul dua, pangkalan militer mendeteksi radar kapal asing dari arus ombak yang mulai tidak beraturan, sisi tiap sisi. Ada kemungkinan, knot kapal yang ditumpangi Serigala Merah tidak secepat knot kapal milik militer.
Hal ini melahirkan pemikiran strategi baru di kepala Jenderal Zhang Ze.
“Beri tanda garis lurus ujung panah, kita tidak lagi menahan pasukan di zona, tapi langsung mengejar musuh karena kita unggul dari sisi kecepatan dan kelengkapan senjata.”
“Tapi, Jenderal, kita tidak tahu musuh menggunakan jenis kapal apa. Mungkin, menurut saya, Jenderal lebih dulu tanya pada Jenderal Andre. Saya yakin Jenderal Andre punya informasi lengkap mengenai keberangkatan musuh.”
Menuruti perintah bawahannya yang dia rasa benar, Jenderal Zhang Ze menuju ruan
Andre, sebelum menutup telepon, membeberkan strategi yang akan dia lakukan jika berada dalam situasi yang sama.“Cukup tembakkan meriam, lalu bolongi dek bawah kapal mereka. Air pasti masuk. Beberapa anggota yang panik, langsung melemparkan diri ke laut. Kau bisa mengambil sandera dari mereka-mereka yang panik. Usahakan, satu snipermu terus membidik penembak jitu Serigala Merah dan terus awasi dia! Jangan sampai luput, walau hanya sedetik.”“Aku setuju dengan saranmu. Tembakan meriam, menurutku, salah satu strategi paling jitu untuk saat ini. Informasi kode aku kirim setelah ini. Aku juga menurunkan dua pasukan katak untuk berangkat mengirim surat pada mereka.”“Akan kuhubungkan dengan The Lyceum, semoga mereka bisa membantumu dalam hal penangkapan sinyal. Kau bisa menghubungi pasukan di tengah laut tanpa harus susah payah mengutus dua pasukan katak pergi ke sana. Pasti butuh waktu. Apalagi pasukanmu sudah bersiaga di luar zona ZEE.
Di tengah lautan lepas, tujuh kapal berbaris menunggu mangsa datang. Meriam siap ditembakkan. Beberapa perahu nelayan jadi target bidikan, tapi Zhang Ze melarang itu.Berbeda dari perkiraan awal, kapal musuh tak kunjung terlihat sampai Jenderal Zhang Ze beserta pasukan mendarat di salah satu kapal Tiongkok yang berpatroli.Segera, sang jenderal menghentikan persiapan meriam yang akan ditembakkan ke salah satu kapal kecil nelayan yang berlayar di lautan lepas.“Biarkan. Mereka hanya nelayan miskin yang mencari nafkah untuk keluarga. Jika tidak terdesak, mereka tidak mungkin mencari ikan di daerah konflik. Itu sangat berbahaya.” Jawaban yang sangat bijaksana dari jenderal Zhang Ze.Perkiraan, tiga kapal Sindikat Serigala Merahdatang pukul enam pagi, tiga jam lebih lama dari perkiraan awal.Mereka semua bersiap menyambut serangan, tanpa sinyal, tanpa walkie talkie yang menghubungkan komunikasi antara pasukan yang siaga di tengah laut
Di pelabuhan Canberra, Davinbersama Toretto menyusuri satu per satu kapal, menanyai nelayan dan para nahkoda tentang keberadaan Sindikat Serigala Merah.Hampir semuanya menggeleng, dan hanya satu orang yang mengaku tahu akan sindikat itu. Davinmenanyainya, tapi dia tidak mau menjawab.“Ke mana mereka kabur?” tanya Davintanpa basa-basi.“Aku tidak tahu, Tuan. Aku hanya melihat kapal mereka berlayar ke arah Utara. Tapi aku bisa memberitahunya jika Tuan berkenan memberiku … ya, semacam suap atau jatah makan siang.”“Uang bisa kubayar belakangan. Tapi katakan dulu ke mana mereka pergi!”Si nahkoda kapal mengajak Davinke dekat mercusuar, lantas berkata. “Informasi tanpa uang sama seperti makan roti tanpa selai. Hambar.”Toretto agaknya emosi, tapi Davinmenenangkannya.“Berapa yang kau inginkan?” tanya Davin.“Tiga ribu dollar!&rdqu
Jenderal Zhang Ze berteriak keras kepada seluruh awak kapal.Sesuai kesepakatan awal, misal musuh menyerang lebih dulu, dia harus membalas serangan musuh. Jika tidak, kapal angkatan laut Tiongkok akan diserbu sampai tenggelam tanpa sisa.Karena itulah, komando langsung diambil oleh Jenderal Zhang Ze untuk membalas serangan musuh dengan meriam dan beberapa senapan laras panjang yang sudah dipersiapkan.“Lepaskan meriam! Kita di serang! Musuh datang dari arah berlawanan.”Kopral Huan Yu selaku pemegang tongkat tertinggi di kapal sebelah, engomando beberapa awak kapal, membuka layar, dan menyiapkan senapan laras panjang.Namun, tangannya gemetar setelah melihat kapal siapa yang datang.“Di-dia utusan Pak Meng Khi,” kata Kopral Huan Yu.“Apa?”“Mereka melambaikan tangan dan memberi kode bahwa mereka bukan musuh kita. Mereka tahu kode angkatan laut Tiongkok.”“Cepat tolong
Beberapa jam sebelum presiden mengutus anggota tim SAR laut Tiongkok.Andre mendapat telepon, dan langsung terbelalak mendengarnya. Dia lantasbertanya pada Davin. “Dari mana Anda dapat informasi itu, Tuan?”“Aku baru saja berbincang dengan salah satu mafia penjaga laut Australia sekaligus bawahan Toretto. Dia bernama William. Paman pasti mengenalnya.”“Benar, dia pensiunan angkatan laut Australia. Mantan mafia besar pengedar obat-obatan juga penyuplai minuman keras. Juga, mafia penguasa beberapa gangster di daerah-daerah terpencil Australia. Aku paham betul William punya nama besar di dunia permafia-an. Kenapa memang? Apa saja yang dia ceritakan pada Anda?”“Banyak sekali. Dia tahu mengenai Sindikat Serigala Merahdan sepakat menjalin kerja sama dengan Nayama, tapi dia menuntut imbalan yang lumayan besaruntuk sebuah informasi.”“Hmm?”Andre diam cukup lama, menunggu k
“Halo?Jangan bilang kau tidak mendengar suaraku?” Andre mulai tersulut emosi. Bisa-bisanya di saat urgent seperti ini, pihak militer Tiongkok tidak merespon dengan cepat.“Eh iya, maafkan saya, Tuan, saya tertegun bisa bicara langsung dengan Anda.”Andretidak ingin basa-basi lagi. “Lupakan masalah tertegun atau kagum karena bicara denganku. Ini urusan penting. Bersikaplah profesional sebagai salah satu petinggi, urusan pribadi kesampingkan lebih dulu!”“Ma-maafkan saya, Tuan Andre, apa yang harus saya lakukan? Saya siap menerima perintah apapun dari Anda.”Sebelumnya, rekam perbincangan ini!”“Sudah, Tuan.”“Oke. Segera sampaikan pesan pada menteri kemaritiman dan kelautan Tiongkok, Meng Khi, agar mengirim surat penarikan pasukan. Katakan ini perintah langsung dari AndreNayamadan Toretto d’Ambriasso.Kalau bisa, katakan pesan ini pada p
Meng Khi mengambil ponsel Tzu, menekan tombol hijau tanpa loudspeaker sehingga suara Andre tidak bisa didengar orang banyak walau dia berteriak sekencang mungkin.“Tuan, saya mohon, itu telepon penting...”“Penting katamu? Ini nomor penting? Kau saja tidak menyimpan nomornya!” Meng Khi mengangkat layar ponsel itu, lalu menunjukkannya mentah-mentah tepat di depan mata Tzu.Tapi,telepon itu terus berdering dan tidak mau berhenti. Ada apa ini? Pikir Meng Khi. Dia mulai curiga ada yang aneh dengan si penelepon.Tzu minta agar Meng Khi mengangkat teleponnya.“Tolong angkat telepon itu… Jenderal Andresedang butuh bantuan. Jenderal ingin menyampaikan sesuatu pada Anda, Pak. Anda harus mengangkatnya.”“Bohong!” maki Meng Khi, lalu meludahi Tzu. “Kau tidak bisa membodohiku! Mana mungkin Jenderal Andremenelepon rendahan sepertimu.”Namun, tak berselang la
Setelah puas memukuli menteri tidak tahu diri itu, Ein langsung memberikan telepon, yang mana, Andre sudah siap menceramahi Ein dengan ribuan kata amarah yang dia tahan sejak tadi.Andreberdehem, lalu berucap halus. “Sebenarnya aku tidak ingin ada kekacauan di sini, tapi kau tahu sendiri, aku bukan tipikal negosiator. Aku lebih suka menghabisi orang-orang sepertimu dengan kekerasan agar kau jera! Orang sepertimu punya mulut yang manis. Dan satu-satunya cara adalah mencampur manisnya dengan darah!”“Am-ampun, Jenderal, saya tidak tahu jika Tzu adalah orang kepercayaan Anda.”“Permohonan tidak terima. Sikapmu terlanjur membuat aku marah. Beruntung aku tidak menghubungi presiden lalu memecatmu dari kursi pemerintahan. Kau harusnya bersyukur, aku masih membiarkanmu hidup, setidaknya bergelimang harta gelap hasil korupsi alutsista yang kau lakukan.”Meng Khi diam tidak bisa bicara. Tzu yang babak belur menyeka darah ya