Bodyguard itu terdesak oleh Mario yang mengeroyoknya bersama teman-temannya. Jangan tanyakan lagi kondisi supir mobil box itu. Jauh lebih mengenaskan karena mereka mengeroyoknya berlima orang. Bodyguard itu sudah berdiri dengan terhuyung-huyung manakala Mario menyelipkan salah satu kaki kanannya di antara kedua kaki bodyguard itu dan mengunci pergerakan lututnya hingga menit berikutnya, Mario berhasil menguasai permainan dengan mengangkat tubuh lawannya dan menghempaskan tubuh bodyguard itu ke aspal jalanan.
"Habisi dia, dan cari kunci kontainer mobil box itu secepatnya!" kata Mario sambil memberi kode kedua temannya untuk mendekat.Bodyguard itu dengan posisi tertelungkup di jalan dengan bibir pecah dan hidung memar karena tergores aspal hampir tak memiliki tenaga lagi walaupun hanya sedikit pun.Drama ketidakadilan itu pun disempurnakan oleh kedatangan Paulo yang seolah datang dengan tepat waktu untuk menolong anak buah Alfonso. Di saat salah seorang angEthan tiba di rumah Benigno Mensina di saat hari menjelang pagi. Para penghuni rumah itu sedang sarapan."Kau tidak pulang selama berhari-hari, kemana saja kau?" hardik Benigno pada Ethan."Maafkan aku Papa, Ben. Ada hal perihal bengkel yang sedang kuurus," jawab Ethan."Apa, hal apa itu hah? Apa itu lebih penting daripada mengurus kasino? Kenapa semakin lama kau semakin tidak bisa diatur?" teriak Benigno.Ethan mengernyitkan keningnya melihat sikap mertuanya kali ini padanya. Terakhir kali dia bertemu dengan Benigno, beberapa hari yang lalu Benigno masih bersikap manis padanya. Oh, ayolah! Apa obat pria ini sedang habis? Apa dia sudah tak mengagumi menantunya ini sebagai orang yang disukai oleh Capo dei capi? Oh, mertua! Betapa cepatnya hatimu berubah!"Papa, sudahlah! Kenapa Papa jadi memarahi Ethan? Aku kan sudah mengatakan alasannya pada Papa kemarin. Kalau Ethan sedang ingin memantau bengkel seseorang yang ingin dijual di Trapani. Papa sendiri yang ingin Ethan membesarkan bengke
"Kalau Papa menikahi jalang itu, aku, Ethan dan Clarissa akan pergi dari sini!" ancam Crystal pada Ethan."Crys ..." tegur Ethan."Ethan, kau harus membawaku dan Clarissa dari sini. Aku masih bisa bersabar kalau harus tinggal satu atap dengan jalang itu. Aku juga masih terima kalau Papa menjadikan wanita lain sebagai teman ranjangnya selain mendiang Mama. Tetapi aku tidak akan terima kalau posisi mendiang ibuku sebagai istri diambil alih oleh seorang jalang." Crystal mengumpat sekesal-kesal nya di hadapan Benigno.Benigno menghela napas dalam-dalam melihat sikap putrinya yang sangat antipati terhadap Arabella."Crys ...." Benigno untuk kesekian kali berusaha untuk memberikan pengertian kepada putrinya itu."Ah ya, kalau Papa ingin menikahi wanita lain, silahkan saja! Tapi tolong pastikan kalau wanita itu adalah wanita baik-baik. Aku tidak rela mendiang Mama digantikan oleh seorang jalang!" kata Crystal sambil mengambil serbet untuk mengel
Ethan menghela napas dalam sebelum ia akhirnya masuk ke dalam kamar Crystal yang kini telah menjadi kamarnya itu. Ia membuka kenop pintu bersiap disambut oleh ocehan Crystal yang kecepatan omelannya terkenal hingga membuat telinga orang sakit karenanya itu.PLUUK!!Sesuatu yang terasa empuk kini mendarat dengan sukses di wajahnya. Benar saja, tak hanya disambut dengan omelan panjang lebar, pria itu pun kini disambut oleh Crystal dengan lemparan bantal."Kau masih tahu pulang, heh?!" teriak Crystal padanya."Crys, kenapa kau melemparku dengan bantal, hmm?" tanya Ethan seolah tak mengerti apa kesalahannya."Kenapa aku melemparmu dengan bantal? Lalu aku harus melemparmu dengan apa lagi? Dengan ini? Dengan ini?" Wanita itu semakin menggebu-gebu melempari Ethan dengan apa saja yang berada di atas ranjangnya mulai dari boneka, selimut, bantal dan bahkan tissue? Ethan hanya bisa menangkap semua benda yang dilempar oleh Crystal sembara
"Dia kujadikan pion yang kumasukkan ke area lawan," cerita Ethan.Mendengar kata lawan membuat Ethan menjadi semakin cemas tak karuan."Lawan? Kau ... memasukkan dia jadi mata-mata di kepolisian?" tanya Crystal dengan polosnya."Ya tidak, Crys. Kau ini! Aku tidak pernah menganggap kepolisian sebagai lawan, kau tahu?" "Ya, karena sudah pasti kau tidak akan mampu melawan mereka. Ckckck ..." cibir Crystal.Ethan melepaskan pelukannya dari tubuh Crystal."Kau benar," jawab Ethan."Kalau begitu kenapa kau melakukan sesuatu yang melanggar hukum?" tanya Crystal sambil memicingkan matanya pada Ethan."Kenapa kau tidak terlebih dahulu menanyakan hal itu pada Papa Ben?" balas Ethan "Kau ini .... aku bertanya padamu! Aku ingin tahu semua tentang dirimu. Semuanya! Untuk apa aku bertanya lagi tentangnya kalau aku sudah tahu?" jawab Crystal kesal."Kau tahu tentang alasan Papa Ben terjun ke dunia mafia?"
"Kau mau kemana?" tanya Benigno pada Arabella."Aku ingin pergi dari sini, Ben. Terima kasih untuk semua hal yang pernah kau beri untukku. Aku benar-benar tak bisa lagi tinggal di sini," kata Arabella memberi jawaban atas pertanyaan Benigno itu."Kau tak perlu menghiraukan kata-kata Crystal. Kau bukan baru mengenalnya, kan? Tak perlu sampai pergi seperti ini, Arabel!" bujuk Benigno pada kekasihnya itu.Arabella menyeka air mata yang menggelantung di pelupuk matanya."Aku tidak bisa, Ben. Sudah berapa tahun aku mendampingimu? Dua tahun? Tiga tahun? Tetapi Crystal belum juga mau menerima kehadiranku. Aku bukannya serakah ingin menguasai hartamu. Aku benar-benar mencintaimu hingga aku memutuskan untuk bertahan denganmu, walaupun kata-kata Crystal sangat sering menyakiti hatiku. Tapi kali ini tidak. Dia sudah keterlaluan. Dia membawa-bawa nama ibuku dan juga orang tuaku. Padahal kau tahu? Orang tuaku tidak tahu apa-apa. Ibuku hanya perempuan kampung y
Tinggalkan sejenak keluarga Mensina, beralih ke kota Trapani. Paulo kini tengah berada di ruang ruko yang sempat ia amati dengan Ethan. Semalam setelah ia menawarkan pada anak buah Alfonso untuk mengantarkan mereka pulang, akhirnya mereka pun setuju dan tidak keberatan kalau Paulo mengantarkan mereka sampai me markas mereka kembali."Mereka memang biasa berulah di daerah sini!" kata Paulo saat ia mulai menyetir mobil itu semalam."Kau mengenal mereka?" tanya bodyguard yang terakhir diketahui oleh Paulo bernama Bernardo itu."Ya, mereka memang biasa mencegat mobil-mobil yang lewat tengah malam di sini, kau tidak tahu?" tanya Paulo dengan nada heran. "Padahal semua orang di sini mengetahui itu. Itu sebabnya tengah malam selalu ada mobil polisi yang patroli di daerah sini."Mengatakan itu Paulo melirik pada Bernardo, berharap pria itu akan percaya pada karangan bebasnya. Bernardo menggeleng lemah. Kepalanya dan tubuhnya masih sakit-sakitan
"Siapa yang berani berbuat semacam ini pada kalian?!" geram Alfonso ketika ia baru tiba di markas The Monster cabang Trapani.Sebenarnya ia dan istrinya, Christina, sedang berbulan madu di kota ini, kota yang tidak terlalu jauh dari Marsala dan juga selain itu ia pun memiliki kepentingan dengan organisasi si sindikat mafia yang ia dirikan. The monster, Alfonso menamainya begitu.The monster adalah nama yang dia berikan untuk mewujudkan impiannya tentang sebuah sindikat yang besar dengan jaringan yang luas yang berada di bawah kepemimpinannya. Dengan menggunakan nama itu ia pula ingin membangun organisasi sindikat mafia, yang kejam tak terkalahkan sehingga semua orang atau bahkan semua sindikat dan organisasi mafia lain akan takut dan tunduk di bawah kendalinya. Sebagaimana halnya seperti monster yang menakuti banyak orang dengan tubuhnya yang besar dan tenaganya yang tak tertandingi.Alfonso melihat pada Bernardo dan Piero dengan berang. "Kalian,
"Lalu bagaimana kau bisa lepas dari orang-orang itu? Lalu kenapa kau malah kembali ke sini setelah mereka mengeroyokmu, hmm?"Tangan Alfonso masih menjambak kasar rambut anak buahnya itu. Bernardo tak berkutik, namun akhirnya dia pun menunjuk ke arah Paulo."Dia .... dia, Capo! Orang itu yang menolong kami!" tunjuk Bernardo.Alfonso mengikuti arah jari telunjuk Bernardo yang mengarah ke arah Paulo. Dahinya mengerut saat ia sadar ada orang lain yang berada di ruangan itu tanpa ia cepat menyadarinya."Dia siapa?" tanya Alfonso pada Bernardo. Kemudian dengan pertanyaan yang sama dia berpaling pada Paulo."Hei, kau siapa?" tanyanya pula pada Paulo."Dia adalah gelandangan yang kebetulan datang menolong kami, Capo! Kalau capo tidak percaya terhadap apa yang aku ceritakan tentang orang-orang yang menyerang kami dan seberapa hebatnya mereka, Capo boleh menanyakan sendiri pada Paulo apa yang terjadi tadi malam. Mereka benar-be
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan
"Crys, sudahlah! Jangan marah-marah seperti itu," bujuk Ethan."Jangan marah-marah bagaimana maksudmu, Ethan. Dia membawa Clarice tanpa seijin kita! Bagaimana kalau Clarice benar-benar hilang? Kau memangnya tidak takut kalau itu terjadi? Oh, ya, ya, ya! Kau mana mungkin peduli padanya. Kau bahkan tidak ikut membesarkannya, tak punya andil saat dia bahkan dalam kandunganku. Ah, sudahlah! percuma bicara denganmu! Clarice sini!" Crystal langsung menarik Clarissa dan menggendong gadis kecil itu."Clarice, apa yang kau lakukan? Kenapa kau mau ikut dengan orang yang tidak dikenal? Apa Mama tidak pernah menyuruhmu waspada terhadap orang asing?!" kesal Crystal tanpa peduli pada tatapan tak mengerti bocah itu terhadap kemarahannya"Nyonya, maafkan saya. Saya yang salah. Jangan memarahinya. Sungguh, saya tidak punya niat apa-apa membawa anak anda. Saya benar-benar hanya ingin membelikannya es krim dan balon karena di sini memang ada penjualnya," ucap wanita itu agar Crystal tidak memarahi Cla
"Nona Crystal! Nona!!!" panggil Anna yang saat ini sedang berada di tengah-tengah kolam.Crystal yang sedang berenang bersama Ethan menoleh pada Anna yang berada di dekat pintu tengah menuju kolam. "Maaf Nona, ada yang mencari anda!" seru Anna lagi.Crystal pun segera berenang ke pinggir kolam yang lebih dekat dengan Anna."Siapa, Anna?" Crystal tentu saja heran, karena mereka baru saja pindah ke sini namun sudah ada saja orang yang ingin bertemu dengan mereka."Katanya tetangga depan rumah, Nyonya. Namanya Nyonya Sharon. Dia datang ingin menyapa," jawab Anna. Astaga, ada-ada saja orang yang ingin merusak kesenangannya. Padahal Crystal sedang senang-senangnya menikmati quality time bersama suaminya."Apa kau tidak bisa mengatakan kalau aku sedang tidak bisa diganggu saat ini?" tanya Crystal sedikit keberatan."Maaf, Nona Crystal. Nyonya Sharon bilang dia sangat jarang berada di rumah. Dia ingin menyapa karena kebetulan dia sedang berada di rumahnya dan asisten rumah tangga hanya me