Crystal sedang berada di balkon depan rumah bersama Clarissa ketika ia mendengar suara laju motor tua dari kejauhan.
Semakin lama suara motor tua itu terdengar semakin mendekat hingga akhirnya motor itu berhenti tepat di depan rumah besar milik ayahnya itu. Tampak pengemudinya turun dari motor dan membuka helmnya.Ah, ternyata bajingan sialan itu! umpat Crystal dalam hati.Kemudian orang yang dibonceng oleh Ethan beringsut maju ke depan, menggantikan posisi Ethan duduk di bagian kemudi. Lalu Ethan pun memberikan helem itu pada orang tua itu."Terima kasih sudah mengantarku, Agustinus!" ucap Ethan.Tampak pria tua bernama Agustinus itu melayangkan pandang sejenak ke arah rumah besar milik Benigno Mensina itu. Bos yang memiliki banyak perusahaan dan group The Black Roses yang melegenda itu. Ini pertama kalinya ia ke sini, dan langsung takjub melihat kemegahan rumah sang Grande Capo itu."Kau benar-benar menantunya Tuan Benigno?Apa maksud kata-katamu itu, Crys?" tanya Ethan setelah ia mendengar kata-kata Crystal baru saja."Kau sepertinya sangat mencintai perempuan itu, kan? Pergi saja. Aku tidak akan coba-coba menahanmu lagi!" kata Crystal sambil berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan.Ethan menepis tangan Crystal yang ingin meraih Clarissa."Apa maksudmu? Maksudku sudah jelas. Sangat jelas!" tegas Crystal.Ia pun melirik Clarissa sejenak dan berharap anak itu tidak melihatnya saat ia mengatakan kata-kata itu."Clarissa bukan putrinya Alessandro," kata Crystal dengan suara yang lirih.Ethan membalikkan tubuh Clarissa hingga posisi itu menghadap ke arah belakangnya. Ethan tidak mau Kalau sampai Clarissa mendengar perdebatan mereka berdua."Apa maksudmu berkata seperti itu, Crys?" tanya Ethan dengan suara yang tak kalah pelan, hingga memungkinkan Clarissa yang menyandarkan kepalanya di pundak Ethan tidak akan mendengarnya.Cry
Clarissa tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya. Ethan pun mengusap-usap rambut putrinya itu dengan perasaan sayang.Sepasang ayah dan anak itu tampak terlihat menikmati waktunya. "Clarice, ke depannya, Papa akan sering mengajakmu bermain seperti ini. Tapi kau harus janji pada Papa dulu, saat Papa tidak ada di rumah, saat Papa Ethan bekerja kau tidak boleh menyusahkan Mama. Kau dengar kan, Sayang?""Aku tidak pernah susahkan Mama," bantah Clarissa.Ethan lantas memicingkan matanya tak percaya."Benarkah? Tapi Papa mendengar hal yang berbeda dari Mama?""Benar, Clarice tidak pernah susahkan Mama, tapi ... "Ia tak melanjutkan kata-katanya melainkan tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya. "Tapi kamu susahkan Anna?" tebak Ethan. Clarice semakin tertawa mendengar tebakan Ethan yang ternyata benar itu.Ethan mengacak-acak rambut putrinya dengan sayang. "Sayang, kau tidak boleh begitu.
"Apa aku boleh masuk, Crys?"Crystal memicingkan matanya melihat Ethan yang sekarang sedang berada di sela pintu yang kini terbuka. Tampak Ethan sedang memeluk sebuah bantal dan selimut yang masih terlipat di pelukannya."Kau mau apa?" tanya Crystal mencoba menyembunyikan hatinya yang gampang luluh oleh Ethan.Crystal kini bangkit dari ranjang dan mendekati suaminya itu"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini? Untuk apa kau membawa bantal dan selimutmu ke sini?" tanya Crystal dengan berang.Hoho, tentu saja dia tidak akan segampang itu memaafkan, Ethan. "Seingatku tadi malam ada yang mengatakan kalau mulai hari ini aku harus pindah ke kamar ini. Ke kamar 'kita'," kata Ethan dengan sikap masa bodo. Ethan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar, tetapi Crystal sigap menghalangi. Ia lantas memasang badan agar Ethan tidak menerobos masuk ke dalam kamarnya."Kau tidak diterima disini. Kau pergilah dari sini
Crystal menghembuskan napasnya kasar."Lukamu apa masih sakit?" tanyanya dengan nada yang melunak.Rasanya Crystal malas kalau harus membicarakan perasaan lagi-lagi. Ethan jelas tidak mencintainya. Pria itu mencintai orang lain. Hal menyakitkan yang pernah ia rasakan seumur hidupnya setelah ia kehilangan ibunya. Rasanya patah hatinya nyaris sama dengan yang ia rasakan saat ini. Begitulah yang Crystal rasakan saat ini terhadap sikap Ethan terhadapnya."Sedikit," jawab Ethan menjawab pertanyaan Crystal tentang lukanya."Biar aku periksa, kemarilah!" ajak Crystal sembari berjalan lebih dahulu ke arah ranjangnya. Ethan menurut. Sambil berjalan mengikuti Crystal ia memperhatikan dekorasi kamar ini. Kamar ini memang terlalu feminim. Ya Tuhan, bagaimana ia sanggup untuk tinggal dengan Crystal di kamar yang sama, dengan motif dan tema yang didominasi oleh pernak pernik barang perempuan ini? Yang benar saja!"Duduk lah!" perintah Crystal
"Apa maksudmu?" tanya Ethan terdengar frustasi.Bagaimana ia tidak frustasi mendengarkan perkataan Crystal itu? Jadi Crystal sudah ingat tentang malam itu? Bagaimana dia bisa ingat kalau dia telah tidur dengan capo dei capi malam itu? Lalu apakah Crystal sendiri tidak ingat wajahnya?"Kau mungkin tidak percaya padaku. Tetapi aku ingat percakapanku dengan pelayan itu. Ah, ya ... temanmu yang waktu itu bertemu denganku dia kasino. Pelayan sialan yang menjebakku itu. Dia pasti tahu sesuatu. Pasti capo dei capi yang menyuruh pelayan itu menjebakku dan berniat menghancurkan masa depanku. Pasti begitu! Ethan, kau bisa pertemukan aku dengan orang itu, kan?" pinta Crystal setengah memohon."De-dengan siapa?" tanya Ethan tergagap."Ya, dengan temanmu itu. Siapa namanya? Tolong pertemukan aku dengannya. Aku ingin bertanya benar-benar tentang kejadian waktu itu. Dia pasti tahu sesuatu. Tidak mungkin tidak! Karena dialah yang membuatku mabuk waktu itu. Dia j
"Crys, aku rasa pemikiranmu itu terlalu berlebihan. Untuk apa capo dei capi itu dendam pada Papa Ben dan menculikmu lalu melakukan sesuatu padamu? Apa sebelumnya kau pernah mendengar kalau Papa Ben bermusuhan dengannya? Tidak kan? Bukannya sebaliknya? Papa Ben malah sangat senang andai bisa bertemu dengan capo dei capi itu. Aku rasa kalau Papa Ben bertemu dengannya Papa Ben akan meminta dengan bersungguh-sungguh capo dei capi menjadi menantunya," kekeh Ethan."Tidak mungkin!" potong Crystal cepat. "Mau menjadikannya menantu? Papa mau menikahkannya dengan anaknya yang mana? Anaknya hanya satu saja, yaitu aku. Dan aku tidak bersedia menikah dengan capo dei capi itu. Jika Papa memang memiliki anak perempuan yang lain, silahkan saja jadikan capo dei capi itu menantu. Tapi tentu saja itu bukan aku!" Ethan senyum-senyum sendiri mendengar jawaban Crystal itu."Hei! Kenapa kau tersenyum seperti itu?! Ada yang lucu? Apa yang kau tertawakan?" hardik Crystal denga
Beberapa minggu berlalu. Hidup Crystal dan Ethan berjalan seperti biasanya, seperti kehidupan orang-orang lain. Hubungan mereka sepertinya membaik, meski tidak ada kata-kata cinta terucap dari bibir Ethan untuk Crystal. Namun wanita itu saat ini tak lagi mengharap Ethan mengatakan cinta padanya. Cukup Ethan tetap berada di sisinya dan menghormatinya, juga mencintai putrinya Clarissa, Crystal sudah merasa cukup.Ah, cukup? Sebenarnya tidak juga. Ngomong-ngomong soal cukup, ternyata Crystal memiliki keinginan yang lain lagi terhadap suaminya itu. Keinginan yang selama beberapa waktu ini menjadi pikirannya, namun berbanding terbalik dengan Ethan yang sepertinya tidak menginginkannya, bahkan kepikiran pun tidak.Sejak Ethan resmi menjadi suaminya (benar-benar suaminya), karena sejak hari itu hingga beberapa minggu telah berlalu, akhirnya keduanya pun resmi pula mengikis jarak dan menjalani perannya sebagai suami istri sungguhan. Keduanya pun telah menempati
"Ethan, bagaimana dengan keadaan bengkelmu? Apa bengkelmu berkembang dengan baik? Apa semuanya berjalan lancar?" tanya Benigno di kala mereka sedang sarapan bersama di meja makan pagi ini.Crystal melirik Benigno lalu berpaling pada Ethan, namun ia tak ingin ikut mencampuri pembicaraan ayahnya dan suaminya itu. Meski Crystal sebenarnya heran akan perubahan sikap Benigno yang akhir-akhir ini yang ia lihat terlihat ramah berlebihan pada Ethan, namun tak ada yang lebih membahagiakan baginya selain melihat ayahnya mulai bisa menerima Ethan sebagai suaminya."Ya, begitulah. Aku menempatkan salah seorang mekanikku untuk bekerja di sana di saat aku bekerja di kasino," jawab Ethan."Apa dia bisa diandalkan? Maksudku, apa di profesional?" tanya Benigno penuh minat.Ethan menghentikan sejenak makan panini miliknya untuk menjawab pertanyaan sang ayah mertua."Tidak juga, dia masih berusia muda. Mungkin usianya hampir 19 tahun. Dia juga baru memiliki
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan
"Crys, sudahlah! Jangan marah-marah seperti itu," bujuk Ethan."Jangan marah-marah bagaimana maksudmu, Ethan. Dia membawa Clarice tanpa seijin kita! Bagaimana kalau Clarice benar-benar hilang? Kau memangnya tidak takut kalau itu terjadi? Oh, ya, ya, ya! Kau mana mungkin peduli padanya. Kau bahkan tidak ikut membesarkannya, tak punya andil saat dia bahkan dalam kandunganku. Ah, sudahlah! percuma bicara denganmu! Clarice sini!" Crystal langsung menarik Clarissa dan menggendong gadis kecil itu."Clarice, apa yang kau lakukan? Kenapa kau mau ikut dengan orang yang tidak dikenal? Apa Mama tidak pernah menyuruhmu waspada terhadap orang asing?!" kesal Crystal tanpa peduli pada tatapan tak mengerti bocah itu terhadap kemarahannya"Nyonya, maafkan saya. Saya yang salah. Jangan memarahinya. Sungguh, saya tidak punya niat apa-apa membawa anak anda. Saya benar-benar hanya ingin membelikannya es krim dan balon karena di sini memang ada penjualnya," ucap wanita itu agar Crystal tidak memarahi Cla
"Nona Crystal! Nona!!!" panggil Anna yang saat ini sedang berada di tengah-tengah kolam.Crystal yang sedang berenang bersama Ethan menoleh pada Anna yang berada di dekat pintu tengah menuju kolam. "Maaf Nona, ada yang mencari anda!" seru Anna lagi.Crystal pun segera berenang ke pinggir kolam yang lebih dekat dengan Anna."Siapa, Anna?" Crystal tentu saja heran, karena mereka baru saja pindah ke sini namun sudah ada saja orang yang ingin bertemu dengan mereka."Katanya tetangga depan rumah, Nyonya. Namanya Nyonya Sharon. Dia datang ingin menyapa," jawab Anna. Astaga, ada-ada saja orang yang ingin merusak kesenangannya. Padahal Crystal sedang senang-senangnya menikmati quality time bersama suaminya."Apa kau tidak bisa mengatakan kalau aku sedang tidak bisa diganggu saat ini?" tanya Crystal sedikit keberatan."Maaf, Nona Crystal. Nyonya Sharon bilang dia sangat jarang berada di rumah. Dia ingin menyapa karena kebetulan dia sedang berada di rumahnya dan asisten rumah tangga hanya me