"Saya pikir saat ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk mengambil langkah besar. Kita telah membangun reputasi dan koneksi yang kuat di sini," ucap Mario, saat meeting dengan beberapa koleganya."Benar, Mario. Kita memiliki sumber daya dan jaringan yang cukup kuat. Tapi bagaimana kita bisa memastikan bahwa rencana ini akan berjalan lancar?" Satu dari mereka, menyambut baik."Kita harus bekerja sama dengan merek-merek terkemuka di industri ini. Mereka memiliki sumber daya dan pengaruh yang kita butuhkan untuk memastikan keberhasilan rencana ini."Dengan keterampilan saat berbicara, karena ia juga seorang pengusaha, bisa meyakinkan dengan publik speaking yang mumpuni.Di negara tempatnya bersembunyi, Mario telah mendapatkan tempat usaha yang nyaman. Ini juga salah satu rencananya bersama dengan Ibra dan pamannya, seandainya mereka bebas ataupun melarikan diri dan menghilang terlebih dahulu dengan bersembunyi di sini. Jadi, Mario diminta untuk membuat usaha, agar mereka mendapatkan
Situasi di dalam ruang sidang telah mencapai puncak ketegangan. Ibra dan pamannya terlihat tergeletak, lukanya juga terlihat cukup serius. Gilang, bersama dengan petugas keamanan, berusaha memberikan pertolongan pertama sebelum ambulans tiba."Cepat, bantuan medis! Mereka butuh pertolongan segera!" Gilang berteriak panik."Segera panggil ambulans! Kita harus membawa mereka ke rumah sakit dengan segera!" Ryan, meminta pada yang lain"Apa yang terjadi, Mas Gilang? Siapa yang melakukan ini?" tanya Saras terkejut dan khawatir.Tapi Gilang juga tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, sebab ia memang sama tidak tahunya.Keadaan Ibra dan pamannya, sudah seperti itu saat ditemukan karena mereka sibuk dengan kekacauan yang terjadi tadi."Kita belum tahu, Saras. Tapi polisi akan menemukan, siapa di balik serangan ini." Gilang, akhirnya menemukan jawaban yang dirasa tepat"Kami membutuhkan bantuan medis segera di lokasi ini. Ada dua korban dengan luka serius." Terdengar salah satu polisi, mengh
"Mas Gilang! Ternyata benar, dan kita harus menghentikan mereka sebelum terlambat!" teriak Ryan ditekan sedemikian rupa supaya orang-orang tidak ada yang mendengarnya.Saat ini, Ryan yang baru saja datang masih dalam keadaan berbincang dengan Gilang melalui panggilan telepon."Lakukan sesuatu segera, Ryan! Saya, akan segera menyusul ke sana!"Klik!Sambungan telepon ditutup oleh Gilang, karena ia akan segera menyusul Ryan ke rumah sakit untuk mengetahui situasi yang terjadi di sana.Ternyata, di rumah sakit, ada dua orang yang masuk ke ruangan rawat inap Ibra dan pamannya. Sepertinya, dua orang itu merencanakan sesuatu dengan membawa Ibra dan pamannya pergi, sedangkan ada juga orang-orang yang mengintai di luar dengan membawa segala peralatan, yang kemungkinan besar akan digunakan untuk membakar rumah sakit.Terutama di bagian bangunan yang terdapat ruangan pasien Ibra dan pamannya!"Halo, ini Gilang. Aku butuh bantuan kalian segera. Ada dua ancaman yang harus diatasi, penculikan dua
"Huhfff ... capek juga, ya Yan?" keluh Gilang, saat pertarungan selesai."Hahh ... hahhh ... iya, Mas Gilang. Huhfff ..."Ryan juga terengah-engah, sehingga tidak bisa berbicara dengan lancar seusai bertarung dengan sekian banyaknya para.Pada akhirnya, dengan kerja sama yang solid dan keterampilan yang luar biasa, Gilang dan Ryan berhasil mengatasi para penyusup tersebut. Mereka berhasil melumpuhkan ancaman dan melindungi Ibra dan pamannya dari bahaya yang mengintai.Padahal Gilang tahu betul bahwa, semua ini memang tujuan dari rencana mereka. Tapi ia juga memiliki rencana yang lain untuk membuat kakak dan pamannya terkejut."Mereka akan kecewa, begitu tahu hasil akhir." Gilang, berbicara dengan tersenyum tipis."Ya, Mas Gilang. Mereka berdua pasti sangat kecewa, dan tentunya juga sangat marah." Biyan membenarkan."Hehhh, tak apa. Sesekali memberikan mereka kejutan yang tak terduga, supaya mereka tahu bahwa tidak semua rencana mereka harus sukses!"Setelah pertarungan, mereka kembali
Di dalam kedamaian malam, Gilang dan Saras duduk berdua di balkon, tempat favorit mereka saat berduaan seperti sekarang. Dibalut oleh gemerlap bintang-bintang di langit, cahaya lembut dari lentera membuat wajah mereka bersinar dengan kehangatan.Mereka saling memandang dengan mata penuh cinta dan pengertian, menyuarakan apa yang ingin mereka sampaikan."Sayang," bisik Gilang, suaranya seperti angin lembut, "malam ini sangat indah, seperti kita.""Benar, Mas Gilang. Ini seperti mimpi yang indah, dan aku ingin selalu seperti ini."Saras tersenyum manis, merasakan kehangatan yang mengalir dari kata-kata suaminya.Mereka memeluk erat satu sama lain, tak ada kata-kata yang perlu diucapkan. Kedua hati mereka berbicara dengan bahasa cinta yang tak terucapkan.Sentuhan-sentuhan lembut mereka memancarkan rasa damai dan kenyamanan, mengisi ruang sekitar mereka dengan aura kasih sayang."Sayang, aku ingin mengusulkan sesuatu. Mengingat situasi yang kita hadapi, aku rasa lebih baik jika kamu berh
"Bayi Tante tidak meninggal dunia, tapi diambil oleh kakak iparnya, dan itu karena paman sedang bertugas ke luar kota."Deg!"K-amu ... kamu yakin, kak Gladis?" tanya Gilang meminta penjelasan lebih.Teman masa kecil Ibra, sekaligus keponakannya sang paman datang dari luar negeri. Gadis tersebut akhirnya membeberkan suatu rahasia yang disimpan lama dari mendiang istri sang Paman dan juga mamanya Gilang.Rahasia ini adalah kesepakatan dua wanita tersebut, yang ingin melindungi Gilang sewaktu masih bayi.Ternyata, dendam Sang Paman dikarenakan anaknya yang baru saja lahir meninggal dunia bersama sang istri yang menyusul kemudian. Padahal yang sebenarnya adalah, anak yang meninggal itu tidak meninggal melainkan Gilang, yang telah diambil setelah diberikan oleh istri Sang Paman sendiri."Apa semua ini benar?" Gilang, tidak mempercayai cerita tersebut."Ya, sebab aku ada di sana saat itu. Meskipun umurku baru tujuh tahun, tapi aku sudah mengerti bagaimana mereka berbicara, bukan?"Istri Sa
Mereka menunggu dengan penuh harap dan ketegangan, berdoa agar dokumen-dokumen tersebut akan membawa mereka pada kebenaran yang mereka cari."Terima kasih atas kesabarannya. Saya sudah menemukan beberapa dokumen terkait kasus tersebut," ucap Petugas Administrasi rumah sakit."Apakah Anda menemukan dokumen yang bisa membantu menguatkan bukti bahwa Gilang adalah anak dari Nyonya Tia?" tanya Pengacara, yang diangguki oleh Gladis dan juga Gilang."Tunggu sebentar. Saya menemukan beberapa catatan medis yang mencatat tentang kelahiran dan kematian anak-anak pada waktu itu. Saya juga menemukan beberapa surat dan keterangan dari pihak rumah sakit terkait kejadian tersebut," ungkap Petugas Administrasi.Polisi yang ikut bersama dengan mereka membuat dokumentasi dengan memperhatikan keadaan dan situasi yang terjadi.Gilang menunggu dengan wajah tegang, sebab ini terkait dengan kebenaran siapa sebenarnya dirinya."Apakah kami bisa melihat dokumen-dokumen tersebut?" tutur pengacara, meminta izin.
"Aku deg-degan, Mas." Saras menggenggam tangan Gilang erat."Tenang. Kita harus bisa menyesuaikan diri, ya?" Gilang mengangguk, menyambut genggaman tangan istrinya.Mereka tiba di lapas dengan campuran perasaan campur aduk. Gilang dan Saras saling berpegangan tangan, siap menghadapi momen yang tidak terduga saat ini.Keduanya datang ke lapas, ingin memastikan bahwa Ibra dan sang Paman tahu bahwa kebenaran yang telah terungkap, tidak membuat mereka membenci. Mereka berdua siap untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka."A-pakah, paman tidak akan marah? Emhhh, maksudku membenci kita seperti dulu." Saras, bertanya dengan suara bergetar."Tidak apa-apa, yang penting kita memiliki niat baik."Saat mereka masuk ke dalam lapas, suasana terasa dingin dan hening, seolah-olah menyambut mereka.Mereka terus berjalan menuju ke ruang kunjungan dan menunggu dengan hati berdebar-debar, nantikan saat bertemu Ibra dan pamannya.Ralat! Sang Paman sekarang ini adalah papanya Gilang yang asli.Akhir
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg