Arya memandangi wajah satu per satu karyawan di ruang rapat dengan tatapan yang tampak penasaran yang dicampur dengan rasa kegelisahan dan kekhawatiran terhadap kondisi atasannya. Ia menghela napas panjang sambil menutup anggaran dana yang ada di tangannya.“Pokoknya berat dan dipercaya sama beliau untuk mengurus perusahaan ini dan jika terjadi sesuatu padanya, diminta untuk benar-benar bertanggung jawab atas tugasnya.”“Bagaimana bisa Pak Soeparman mempercayai, Bapak padahal termasuk karyawan baru?”“Apakah Bapak adalah anaknya yang hilang dan kabar burung mengatakan bahwa anaknya telah kembali dan ketemu setelah sekian lama karena konflik keluarga?” celetuk salah satu karyawan.Arya berusaha tenang ketika salah satu karyawan hal itu padanya. Ia tidak ingin memarahinya karena dia hanya mengeluarkan pendapat menjadi pertanyaan yang dituju padanya.Semua orang dalam ruang rapat pun terdiam sembari terpaku dan menatap ke arahnya. Mereka pun sekali lagi tampak sangat penasaran dengan jaw
Baidi mengalihkan pandangan dan melangkah untuk menjauhinya dengan kedua tangan di punggung seraya menundukkan kepala. Cara berjalannya terlihat jelas bahwa dia mengetahui sesuatu.Arya melirik Stefano yang hanya berdiri dan menatapnya sinis dengan memerhatikan dari bawah ke atas. Kesunyian dalam ruangan membuatnya penasaran dengan sesuatu yang akan terjadi padanya. Netra Arya selalu waspada terhadapnya agar bisa menangkis dan melawan mereka ketika hendak menyerangnya secara tiba-tiba.“Bagaimana rasanya merebut seorang perempuan yang dicintai oleh Keanu?”“Enak karena telah mempertahankan rumah tangga saya dengan utuh tanpa melukai siapa pun.”“Enak? Kamu bilang enak?” Baidi bertanya sekaligus berbalik badan secara tiba-tiba lalu melotot kembali.“Iya, memangnya kenapa? Ada yang salah dari ucapanku?” Arya bertanya kembali pada Baidi dengan tenang.“Gak ada, Arya Soeparman.”Arya terkejut ketika Baidi mengetahui nama panjangnya tanpa menunjukkan ekspresi di depannya. Ia membeku sambil
“Dia adalah Arya Soeparman. Dia memang anaknya Bapak Soeparman yang dikenal dengan Raja bisnis. Dia yang mengatakan sendiri padaku bahwa anaknya dan sempat menyanderaku di rumahnya dengan alasan akan mengembalikanku di rumah orang tuaku,” ungkap Angel dengan nada bergetar dan kelopak mata dipenuhi dengan buliran air bening.Disela kebisuan dan keheningan dalam ruangan yang luas, tiba-tiba dikejutkan dengan suara perempuan yang bergetar untuk mengungkapkan identitasnya di hadapan banyak orang. Rekaman kamera dari berbagai media masih menyala sehingga berpindah kepadanya saat terkejut mendengar kesaksian dari Angel.Mereka banyak yang tidak tahu tentang Gadis yang disoroti oleh lampu dan kamera. Dia mengalirkan air mata di pipi hingga membuat para wartawan mendekatinya untuk menanyakan padanya tentang hal yang sebenarnya terjadi.“Ada apa denganmu, Nona manis dan cantik?”Angel membungkam dan meneteskan air mata seraya melirik Arya yang masih berdiri dan menatapnya lamat. Arya menyipitk
Arya menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah kanan belakang. Sosok pria yang rambutnya banyak uban sedang berdiri dengan tubuh yang sedikit membungkuk sambil memegang perut sebelah kiri dan tangan kiri membawa topeng pria yang berkumis dengan rambut klimis berwarna hitam lalu menoleh ke arah pria yang dikenal olehnya. Ia mencoba untuk melepas bagian wajahnya dan ternyata sosok yang sudah tak bernyawa adalah salah satu anak buah Keanu yang menghadangnya di pintu ruangan yang penuh dengan minuman keras dan perempuan berpakaian mini.“Ayah?!” sontak Arya sembari mendekatinya dan memegang tubuhnya yang tampak menahan sakit.“Ssst, jangan keras-keras.” Ayah meminta Arya untuk mengecilkan suaranya.“Bagaimana Ayah mendapatkan topeng ini? kenapa ada topeng, Ayah?” tanya Arya khawatir sambil mengambil topeng wajah anak buah Keanu.“Ayah juga gak tahu. Dia semalam mempersiapkan sesuatu yang mungkin bisa membahayakan banyak orang. Keanu juga tadi berusaha menyuntikkan sebuah cairan yang
“Beritanya sudah tersebar di sosial media?”“Acara televisi menayangkan Tuan muda yang menyipitkan mata ketika tersorot kamera lampu dan di sisi Tuan ada Pak Baidi dan Stefano. Kenapa bisa sama mereka, Tuan muda?”“Tuan muda ada di tivi.”“Waduh, bahaya kalau terbongkar.”Willy terdengar bingung dengan berita yang muncul di televisi. Di balik handphone-nya juga terdengar suara pegawainya yang membicarakannya dengan nada khawatir. Ia menundukkan kepala sembari menghela napas panjang dan menyeka wajahnya perlahan.Identitas yang berusaha disembunyikan olehnya pun terbongkar sudah di seluruh penjuru dunia. Banyak yang tidak tahu tentang dirinya, kecuali rekan bisnis ayahnya yang telah mengenal dekat.“Biarkan saja mereka bicara apa. Biarkan identitas saya terbongkar dan memang sudah waktunya terbongkar. Kalau disimpan lama, juga gak baik dan akhirnya, terbongkar sendiri. Tapi, saya gak mengakuinya dan mengelak di berita itu dengan pertanyaan yang membuat pikiran mereka beralih berpikir k
“Saya tidak tahu, Pak Willy.”“Kamu yakin, tidak tahu keberadaan mereka setelah melakukan semua ini?” tekan Willy sambil menarik kerah kemeja pria dalam video.“Mereka berada di Apartemen satunya yang memiliki Bar di atas juga dengan nama Stagle Apartemen.” Pria itu menjawab terbata-bata.“Kamu yakin mereka berada di sana? Kalau saya pergi ke sana tidak ada orang maka tanggung akibatnya!”“Iya. Jangan hukum saya, Pak. Saya hanya menjalankan tugas.” Pria itu memohon dan tampak memelas agar Willy kasihan terhadapnya.“Kamu berani menjalakan tugas ini artinya kamu harus menerima risikonya. Paham kamu!”Willy melepaskan kerah kemeja dan terdengar suara tembakan di video. Pria itu tergeletak di lantai dengan dahi yang bolong dan mengalirkan banyak darah. Arya pun terkejut melihat sikap sadisnya Pak Willy yang tidak memberi ampun pada anak buah keluarga Stagle.Bola mata merayap ke Soeparman yang masih tertidur dengan alat infus yang terpasang. Ia menghela napas panjang saat memandangi ayah
“Sebelum membahas tentang bagaimana caranya. Aku ingin menyampaikan bahwa identitasku sudah terbongkar di hadapan publik, tapi satu sisi, aku membuat publik bingung dengan pernyataanku yang mungkin terlihat jelas bahwa aku mengelak dengan mengatakan hanya bersumber dari satu orang saja, kalian percaya dan gambaran sketsa bukankah bisa dimiliki siapa pun dari segi mata dan hidung.”“Identitasmu terbongkar?!” Soeparman sangat terkejut mendengar pengakuan Arya.“Iya. Identitasku terbongkar karena jebakan Baidi yang secara tiba-tiba ketika aku datang ke Apartemennya untuk menyelamatkan Ayah saat mengetahui Keanu dan Stefano berkunjung ke rumah sakit dan menemui salah satu Dokter yang terlihat ahli dalam penyakit dalam dan meracik racun yang membahayakan, yang Ayah sempat lihat kemarin.”“Astaga. Kenapa kamu nekat datang sendiri ke sana? Kamu tahu ibaratnya, kan kalau datang ke sana sendirian?” tanya Soeparman perlahan sambil memegang perut.“Ayah jangan ngotot nanti sakit lagi perutnya,”
“Caranya ada pada poin yang sudah aku tulis di sana.”“Saya mengerti. Maksud saya adalah bagaimana caranya melancarkan aksinya?”Arya menghela napas panjang sambil melirik Soeparman yang masih makan dengan tatapan sendu mengarah padanya. Ada satu cara yang ada dalam kepalanya saat ini untuk melancarkan aksinya.“Hanya ada satu cara untuk yang dilakukan pertama kali dalam melancarkan strategi berikutnya.”“Apa?”“Membuat berita kematian Ayah secara palsu dengan meminta Dokter dan perawat yang merawat Ayah menutup mulut sekaligus bagian farmasi, resepsionis dan kasir. Bisa juga semua karyawan yang bekerja di rumah sakit ini agar tidak terbongkar atas Ayah yang masih hidup.”“Apa?”Willy dan beberapa pengawal yang datang ke rumah sakit terkejut saat mendengar cara Arya untuk melancarkan strateginya dalam mengungkapkan sosok keluarga Stagle dan menangkap mereka atas kejahatan yang mereka lakukan.“Membuat berita palsu itu tindakan kejahatan, Tuan muda.”“Saya tahu dan sangat mengerti hal
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek