Share

203. Rasa yang Terselip

Keesokan paginya, Adnan telah berada di sekolah. Ia berjalan sedikit gontai di koridor yang mengarah ke dalam kelasnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memekik memanggil namanya.

“Adnan!!”

Bocah itu segera berhenti dan berbalik. Raut murungnya tiba-tiba berubah menjadi raut bahagia. Tangannya dengan cepat melambai, kakinya melompat senang melihat siapa yang memanggilnya barusan.

“Azif!!” pekik Adnan.

Dua bocah cilik itu kini saling melakukan tos hantam yang mereka lalukan setiap bertemu kawan kelas lain.

“Baru datang juga, ya? Hari ini main gasing, yuk!” pekik Azif sembari berjalan di sebelah Adnan menuju kelas mereka berdua.

“Yahh, harusnya kamu bilang kemarin. Jadi aku bawa gasingnya. Kalau sekarang aku nggak bawa, Zif! Besok gimana?” tanya Adnan dengan raut penasaran akan jawaban Azif.

“Ahh, begitu! Oke deh! Nggak apa-apa! Nanti kita main bola aja sama temen-temen lain! Oiya, kemarin tempat duduk yang aku pake punya kamu, ya? Maaf ya! Aku enggak tahu, kemarin waktu aku datang,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status