Share

Chapter 75

Penulis: Rose Dreamers
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa yang kamu dapatkan?" tanya Zidane kepada Rizky.

Sekretaris berparas tampan itu menyerahkan berkas-berkas yang sudah dia kumpulkan di dalam satu map berwarna cokelat kepada Zidane. Dia mundur satu langkah dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap atasannya.

"Pak Antonio memberikan berkas yang isinya tidak sesuai dengan harapan kita," ujar Rizky dengan hati-hati.

Kedua alis Zidane saling bertautan, menatap Rizky dengan sorot penuh tanya.

"Apa maksudmu?"

Nampak jelas terlihat iris tajam itu berendar bagai elang mencengkram mangsa. Saat ini, yang dia inginkan hanyalah kejelasan tentang apa yang telah terjadi sebenarnya.

Ragu tetapi harus, Rizky mulai menceritakan bagaimana pertemuannya dengan sang pengacara, yaitu Antonio. Dia pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja pria paruh baya itu berubah pikiran.

Semua yang Antonio katakan sebelumnya melalui sambungan telepon, tiba-tiba saja berbeda dengan isi dokumen yang pria paruh baya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haryanto Laguna
judulnya ganti MENANTU IDIOT thorr...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Penguasa   Chapter 76

    "Ini adalah bukti bahwa sebelum suami saya meninggal, beliau telah menitipkan perusahaan ini kepada saya," ucap Sarah penuh percaya diri. Ruangan itu kembali riuh dengan suara bisik-bisik para dewan direksi yang berdebat antara yang pro dan kontra. Namun, meskipun begitu, mereka tidak bisa melakukan protes karena bukti yang arah miliki sangat jelas dan menurut mereka sah. "Karena saat ini saya pemilik saham terbesar di sini, demi kebaikan perusahaan saya ingin mengganti kandidat penting yang mengelola Buana grup dengan yang baru. Saya akan merekomendasikan sahabat almarhum suami saya yaitu Pak Hari, sebagai calon CEO Buana Grup. Lusa kita akan meeting lagi untuk menentukan siapa yang berhak menjabat sebagai CEO di antara Pak Hari dengan Zidane," ujar Sarah. Wanita paruh baya itu tersenyum, lantas melirik ke arah Zidane yang nampak diam menyimak tanpa mencoba untuk menyangkal. Sarah pikir, Zidane sudah pasrah menerima kekalahannya saat ini. Tanpa dia s

  • Menantu Penguasa   Chapter 77

    Zidane menyunggingkan senyum manis sembari menatap teduh wajah sang istri. Pertanyaan yang terlontar baru saja, menandakan sebuah keputusasaan."Kita punya Tuhan, Sayang, dan kamu punya aku. Aku yakin Allah tidak akan membiarkan orang yang zalim berkuasa," ucap Zidane."Ayo makan dulu, nanti makanannya keburu dingin," ucap Zidane lagi sambil memperlihatkan senyum manisnya.Annisa membalas tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya pelan. Mereka mulai memakan makan siang yang sudah diantar pelayan beberapa menit yang lalu. Tak ada yang berbicara, hanya terdengar suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring.Beberapa saat setelah mereka selesai makan, ponsel Zidane bergetar. Dia mengambil benda pipih itu dari saku jas yang dikenakannya. Keningnya berkerut menatap layar ponsel yang menyala, entah apa yang sedang Zidane lihat hingga membuat Annisa terheran melihatnya."Ada apa? Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu?" tanya Annisa.Zidane

  • Menantu Penguasa   Chapter 78

    Kening Annisa mengerut, menatap heran bercampur geram kepada wanita yang tiba-tiba menghampiri Zidane, memeluk dan mencium pipi suaminya itu tanpa tahu malu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum. Baru saja mood-nya sedikit membaik, tiba-tiba dihancurkan kembali dengan pemandangan yang tidak mengenakkan. Terlebih, saat melihat suaminya itu nampak menikmati perlakuan wanita tak dikenal itu. "Kay, kebetulan sekali kita bertemu di sini. Aku kangen sama kamu," ucap Jenny sambil tersenyum sumbringah dan bergelayut manja di lengan Zidane. Annisa terbengong, menatap dua orang di hadapannya dengan terheran bercampur penasaran. 'Ada hubungan apa di antara Zidane dengan wanita itu?' pikir Annisa. "Kamu sedang apa di sini?" tanya Jenny. Zidane melepaskan tangan mantan kekasihnya itu dari lengannya, lalu menarik pinggang Annisa hingga merapat dengannya. "Aku sedang mengantar istriku berbelanja," jawab Zidane. Dia menoleh ke ara

  • Menantu Penguasa   Chapter 79

    "Apa kau sudah gila? Kau benar-benar akan meninggalkanku di sini?" geram Annisa sambil menatap tajam ke arah Zidane yang nampak tenang seperti tak memiliki dosa. Pria beralis tebal itu menatap lurus ke arah depan, sepersekian detik kemudian, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum kagum. Dia menoleh ke arah sang istri, lalu memberi kode agar gadis itu melihat ke arah yang ditunjuk olehnya. Kening Annisa mengerut, tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu. Namun, Zidane tak menyerah, dia terus mengkode agar Annisa melihat apa yang sedang dia lihat sekarang. Mata gadis itu membulat, berpendar rasa takjub akan keindahan yang sedang dia lihat. Pemandangan langit sore hari yang menampakkan warna kemerah-merahan. Sangat cantik dan menyejukkan mata. "Woaaaah ... ini sangat indah," gumam Annisa tanpa mengalihkan pandangannya. "Tempat ini sering aku datangi di saat aku sedang ingin sendirian," ucap Zidane. Pria tampan

  • Menantu Penguasa   Chapter 80

    Zidane menjentikkan jarinya di kening Annisa hingga membuat adis itu meringis kesakitan dan langsung mengusap-usap jidatnya."Tentu saja bukan," ucap Zidane sambil terkekeh pelan dan singkat. "Cerita itu aku dengar dari seorang teman yang sampai sekarang masih menunggu gadis kecil itu," sambungnya lagi.Annisa mengangguk pelan, "Apa sekarang temanmu sudah bertemu dengan gadis itu?" tanyanya."Hm, sudah." Zidane mengangguk mengiakan."Apa sekarang mereka bersama?" tanya Annisa lagi."Ya, sekarang mereka sudah menikah-" Zidane sengaja menjeda perkataannya untuk menghela napas. "Sayangnya, gadis itu tidak mengenalinya," sambung Zidane.Dia menoleh, menatap Annisa dengan mata berkaca-kaca, kemudian tersenyum getir secara singkat.Kedua alis Annisa saling bertautan, merasa bingung akan apa yang baru saja suaminya itu katakan."Tapi kau bilang mereka sudah menikah? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi kalau si wanita tidak mengenali te

  • Menantu Penguasa   Chapter 81

    "Aaakh!" pekik Annisa saat kepalanya hampir membentur bagian depan mobil, tetapi dia segera menahan dengan tangannya."Sial!" umpat Zidane.Dia berusaha menyeimbangkan laju mobilnya agar tidak oleng menabrak pembatas jalan."Kau baik-baik saja?" tanya Zidane. " Apa kau terluka?" tanyanya lagi."Aku tidak apa-apa," jawab Annisa dengan suara bergetar. "Ada apa ini, Zidane? Kenapa mobil itu menabrak mobil kita?" tanya Annisa sambil mengintip dari kaca spion yang ada di samping.Zidane tak langsung menjawab, dia fokus mengemudi sambil berusaha menghindari mobil hitam di belakangnya yang terus membuntuti dan berusaha untuk menabraknya lagi."Kencangkan sabuk pengamanmu, Kia!" titah Zidane.Meskipun gadis itu masih merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini, tetapi dia tak segan menuruti perintah suaminya.Zidane menginjak pedal gas dan memutar setir mobilnya hingga melesat kencang membelah jalanan raya, menyalip mobil-mo

  • Menantu Penguasa   Chapter 82

    Zidane tersenyum meremehkan saat dua orang pria berbaju hitam itu maju untuk menangkapnya. Tubuhnya masih memiliki cukup kekuatan untuk melawan bahkan mengalahkan keenam penjahat itu.Dengan gerakan yang lihai dan terlatih, Zidane bisa menangkis pukulan dan tendangan dari orang-orang berbaju hitam yang menyerangnya. Dalam waktu yang tidak lama, satu per satu dari mereka dapat Zidane kalahkan dengan mudah.Hanya tinggal melawan satu orang lagi yang kekuatannya seimbang dengannya. Zidane hampir mengalahkan orang itu, tetapi tidak jadi saat tiba-tiba saja dia mendengar suara Annisa dari balik sambungan telepon milik pimpinan penjahat."Lepaskan! Tolong pergi dari sini, jangan ganggu aku. Pergi! Pergi kalian semua!"Suara itu terdengar jelas di pendengaran Zidane. Suara Annisa yang meminta seseorang yang mengganggunya untuk pergi.Rahang Zidane mengeras hingga mengeluarkan suara gemeletup dari sela-sela giginya. Dia menghantamkan tinjuan terakhirnya ya

  • Menantu Penguasa   Chapter 83

    Pria paruh baya itu tertawa saat melihat raut wajah Zidane yang memerah karena sangat emosi tetapi tidak bisa melakukan apa pun. Dia berjalan menjauh dari Zidane sambil kembali menghubungi seseorang melalui ponselnya. Begitu sambungan telepon itu terhubung, dia langsung menekan tombol pengeras suara."Arrrgh!" pekik suara wanita yang sangat familiar di telinga Zidane dari balik telepon bersamaan dengan suara pukulan."To-tolong lepaskan aku. Ja-jangan lakukan ini kepadaku," ujar Annisa dengan suara ketakutan.Mendengar hal itu, membuat Zidane semakin merasa cemas dan geram karena mereka telah berani menyakiti wanita yang dicintainya."Kau dengar itu 'kan?" tanya Hari. Bibir tua itu tak henti mengembangkan senyum, tetapi sorot matanya menandakan ancaman."Serahkan semua bukti-bukti yang kau miliki jika kau ingin istrimu selamat! Saat ini, anak buahku sudah mengikatnya di atas gedung, maju satu langkah saja akan membuatnya terjatuh," ujar Hari penuh

Bab terbaru

  • Menantu Penguasa   Chapter 232

    “Kamu pasti bohong, kan?” Zidane berusaha untuk tidak percaya dengan kebenaran itu. Namun, binar mata Rizky yang tidak berkedip sedikit pun itu menghancurkan pengharapannya. “Saya punya buktinya, Pak. Orang suruhan Pak Alfian telah mengaku kepada kita. Bahkan saya sudah memberikan sejumlah uang yang nominalnya lebih besar dari yang ia terima agar pria itu mau membuka mulutnya,” jelas Rizky sambil mengutak atik layar IPADnya kemudian memberikannya kepada Zidane untuk dilihat pria itu. Zidane menggebrak meja lagi. Darahnya berdesir. Dadanya terasa sakit seperti ada pisau yang menusuk di sana. “Apa motifnya?” tanya Zidane lagi. Tangan lebarnya meraup wajah kasarnya. Rambut tipis telah tumbuh di dagu dan kumisnya akibat ia belum punya waktu untuk mencukur. “Perusahaan Alfian ingin menekan perusahaan ini agar anjlok dan tunduk di bawah kekuasaan mereka. rencana mereka ingin membeli separuh saham milik kita. Maka dari itu mereka sengaja menciptakan rumor palsu tentang perusahaan ini.” Z

  • Menantu Penguasa   Chapter 231

    Setelah mengetahui kebenaran kalau selama ini Annisalah yang membantu perusahaan ayahnya ketika hampir bangkut membuat Zidane semakin bersemangat untuk bekerja dan tidak boleh berleha-leha lagi. Zidane sangat berterimakasih kepada istrinya itu yang masih mau membantu perusahaan milik mertuanya meski Annisa belum mendapatkan restu sama sekali dari mereka. Cara satu-satunya yang bisa Zidane lakukan untuk membalas semua kebaikan istrinya meskipun tidak bisa semua kebaikan istrinya yang bisa ia balas adalah dengan memastikan pekerjaan di kantor bisa beres semua tanpa ada kesalahan sedikit pun. Zidane tidak boleh membebani Annisa lagi, istrinya itu belum cukup pulih benar. Selama kehamilan ini, keadaan Annisa selalu dipantau oleh dokter spesialis kandungannya. Dokter juga menyarankan Zidane untuk bisa menjadi suami siaga. Maka dari itu, sebisa mungkin ia tidak akan membawa pekerjaan ke rumah karena selama di rumah fokusnya harus penuh ke istrinya itu. Tumpukan berkas di meja Zidane dari

  • Menantu Penguasa   Chapter 230

    Zidane masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ternyata isi amplop cokelat besar itu adalah dokumen penting yang tertera bahwa Annisa telah mengalirkan dana miliaran rupiah ke perusahaan Alfian. Zidane baru menyadari bahwa orang yang telah membeli saham perusahaan Alfian ketika perusahaan itu hampir bangkrut adalah Annisa."Bagaimana bisa aku nggak tahu Kia melakukan ini di belakangku?" gumam Zidane seraya mengembus napas lirih. Ia agak sedikit marah karena waktu itu ia sudah melarang Annisa melakukan itu sebab tak mau dianggap sebagai suami yang memanfaatkan kekayaan sang istri. Kedua mata Zidane masih fokus membaca isi dokumen secara runut. Dari mulai lembaran pertama hingga ke lembaran selanjutnya. Saking fokusnya ia tak menyadari jika sudah menghabiskan waktu hampir lima belas menit. "Astaga! Aku ke kamar 'kan niatnya mau cari obatnya Kia." Zidane menepuk keningnya pelan. Ia pun kembali memasukkan lembaran-lembaran itu ke amplop dan menaruhnya di tempat semula. Ama

  • Menantu Penguasa   Chapter 229

    Zidane sejenak tertegun sambil memandang ke arah jendela ruang kantornya. Waktu sudah hampir petang sebab eksistensi matahari sebentar lagi akan digantikan oleh bulan. Sesekali ia mengembus napas kasar sebab memikirkan masalah yang tengah melanda perusahaannya. Suasana di ruangan kantor itu juga terasa sangat gelap dan sunyi, hanya terdengar denting jam dinding. Zidane sengaja tak menghidupkan lampu karena ia lebih senang berpikir dalam keadaan minim cahaya. Menurutnya itu bisa lebih membuat pikirannya rileks. Seperti yang diperintahkan oleh Zidane tadi, Rizky sudah menyuruh admin publishing untuk mengunggah sertifikat uji kelayakan produk milik perusahaan. Setelah sertifikat itu di-upload banyak pihak yang berkomentar dan komen negatif mulai sedikit terkikis. Untung saja mereka bertindak cepat, kalau tidak perusahaan akan mengalami kerugian lebih besar. "Saya juga sudah menangani beberapa artikel buruk mengenai produk kita, Pak. Semuanya akan dihapus secara bertahap," terang Rizky

  • Menantu Penguasa   Chapter 228

    “Annisa!!!” Zidane berteriak seperti orang kesetanan begitu sampai di rumah. Pria itu mencari istrinya ke setiap sudut rumah dengan perasaan campur aduk. Begitu melihat Annisa di dapur, ia langsung berlari dan memeluknya. “Kamu kenapa tumben pulang cepat?” tanya Annisa bingung begitu ia memisahkan diri dari pelukan Zidane. “Tangan kamu kenapa ini?” Zidane manatap tangan Annisa dengan penuh kekhawatiran begitu melihat tangan kanan Annisa yang penuh dengan luka gores. “Oh ini, tadi nggak sengaja kena duri mawar.” Tatapan Zidane kini beralih ke arah Vivi. “Mama nyuruh Annisa untuk melakukan ini semua kan? Iya kan? Jawab pertanyaan aku.” Vivi langsung memasang tampang masam. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. “Istrimu yang ngadu ya? Mama cuma mau membantu Annisa semua nggak malas-malasan saja di kamar. Ternyata istri kamu ini adalah wanita yang lemah. Baru segini saja sudah mengeluh,” sindir Vivi. “Mama!!! Sudah berapa kali Zidane bilang kalau Annisa ini tidak boleh terlalu cap

  • Menantu Penguasa   Chapter 227

    Annisa terpaksa bangun dari istirahat siangnya begitu mendengar suara pintu kamar yang diketuk. Sejak tadi pagi tubuhnya letih sekali sehingga memutuskan untuk tidur setelah mengantarkan Zidane berangkat bekerja. Sudah beberapa hari Annisa dan Zidane memutuskan untuk tinggal di rumah Vivi dan Alfian demi mengupayakan agar Vivi bisa sembuh lebih cepat. Meskipun kurang nyaman, tapi Annisa mencoba untuk bertahan sekuat mungkin di rumah besar dan megah ini. Andaikan hubungan Annisa dengan Mama mertuanya tidak seburuk ini, mungkin ia akan betah untuk tinggal. Selama berada di sini, Annisa merasa waktu berjalan sangat lambat dibandingkan dengan waktu yang ia habiskan di rumahnya sendiri. Pun dengan Zidane yang akhir-akhir ini sering pulang terlambat dari kantor menambah kurangnya semangat Annisa dalam menjalani harinya. Annisa bisa saja meminta Zidane untuk kembali saja ke rumah mereka, tapi itu akan menambah buruk hubungannya dengan Vivi. Ditambah lagi Annisa tidak ingin mertuannya jatu

  • Menantu Penguasa   Chapter 226

    Keesokan harinya Tiara bisa bermalas-malasan di rumah karena memang sedang weekend. Tadinya ia akan pergi berkencan dengan Rizky, tapi nyatanya kekasihnya itu harus bekerja lembur sehingga rencana mereka gagal. "Ra, kamu sudah bangun belum?" panggil Rubi sambil mengetuk pintu kamar putri sulungnya. Tiara yang sudah bangun sedari tadi dan hanya main smartphone di atas kasur pun menyahuti mamanya dengan malas. "Aku udah bangun kok, Ma. Cuma lagi males aja keluar kamar. Lagian sekarang juga libur."Rubi yang berada di depan pintu kamar Tiara hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Ia paham betul putrinya itu memang suka sekali bermalas-malasan saat libur kerja. Namun, mulai saat ini ia harus segera mengubah pola hidup anaknya itu. "Sekarang kamu keluar dulu, Ra. Masa perempuan yang sudah mau dilamar orang kerjanya malas-malasan. Coba belajar untuk tetap mandi pagi dan turun dari kasur setelah bangun walaupun sedang libur," suruh Rubi. Tak berapa lama, Tiara muncul membuka pintu

  • Menantu Penguasa   Chapter 225

    Setelah berbincang dengan Zidane di kafe tadi, Rizky sedikit mempertimbangkan saran dari atasannya itu. Namun, ia masih merasa jika saat ini belum waktunya untuk menjelaskan semuanya pada Tiara. Hatinya masih meragu karena takut kekasihnya itu akan pergi jika ia menceritakan soal rencana perjodohannya. Waktu sekarang menunjukkan tepat pukul lima sore dan Rizky bersiap-siap untuk pulang. Namun, baru saja ia membuka pintu ruangannya tiba-tiba saja Tiara muncul di hadapannya sambil tersenyum manis. Wajah Rizky terlihat kusut karena sedari tadi memikirkan masalah perjodohannya. Sebagai kekasih dari Rizky, jelas Tiara bisa sangat peka jika pasangannya itu sedang menyembunyikan masalah. "Biasanya kalau aku muncul kamu langsung peluk aku terus nyengir. Nah ini kok kamu diem aja dan mukanya ditekuk gitu. Kamu ada masalah ya?" tebak Tiara sambil mengerutkan dahi dan menatap Rizky tajam. "Nggak ada kok. Aku cuma lagi capek aja soalnya kerjaan lagi numpuk," dalih Rizky. Tiara tak serta mert

  • Menantu Penguasa   Chapter 224

    Setelah menghabiskan waktu pagi bersama Annisa dengan sarapan dan berjalan-jalan di taman, Zidane pun berangkat ke kantor. Hatinya baru bisa lega saat istrinya itu sudah tidak marah lagi padanya. Sebenarnya Zidane agak khawatir meninggalkan Annisa sendiri di rumah orang tuanya, tapi Annisa meyakinkannya jika tidak akan ada masalah. Istrinya itu mengatakan jika bisa mengatasi semuanya dengan baik. Ia pun percaya karena memang harus segera berangkat ke kantor sebab pekerjaan sudah menunggu. "Aku berangkat dulu ya," pamit Zidane. "Hati-hati ya, Mas," sahut Annisa sambil mencium punggung tangan kanan suaminya. Zidane pun menaiki mobilnya menuju kantor. Ia harus segera sampai karena memang sudah telat. Untung saja tidak ada panggilan mendadak sehingga ia tak perlu terlalu terburu-buru. Lagi pula sebelumnya ia juga sudah menghubungi Rizky perihal kedatangannya yang terlambat. Baru saja sampai di kantor, Zidane langsung bergegas menuju ruangannya. Kedatangannya disambut oleh beberapa pe

DMCA.com Protection Status