Berita tentang Kevin dan Zara seketika menjadi sorotan utama di seluruh media Kota West Country.Keduanya terlihat bahagia, bersinar seperti pasangan yang saling mencintai. Siapa sangka, Kevin yang selama ini dikenal sebagai jomblo ulung, rupanya telah berhasil menyembunyikan pernikahannya selama empat tahun lamanya. Ucapan selamat dan doa baik membanjiri lini masa mereka, namun tentu saja, ada pula yang mengkritik dan mengecam Kevin. Sebagian orang menganggap tindakan Kevin hanyalah usaha untuk meningkatkan pamornya sebagai seorang pengusaha sukses.Namun, di tengah hiruk-pikuk berita yang menyudutkan mereka, cinta Kevin dan Zara tetap tak tergoyahkan, membuktikan bahwa mereka berdua lebih kuat dari segala prasangka dan hujatan yang ada.Zara diajak ke sebuah butik ternama, tempat eksklusif yang menjual barang-barang mewah, untuk mempersiapkan perjalanan bulan madu mereka. Bagai artis papan atas yang tengah bersinar, banyak awak media mengincar sorotan pada sang presdir dan istri
Zara dan Kevin akhirnya tiba di destinasi bulan madu impian mereka.Tak disangka, mereka sampai di kota A pada malam hari yang penuh bintang. Meskipun lelah, hasrat Kevin sebagai suami yang sudah lama menikah muncul tanpa bisa ditahan. "Sayang, apa kau sudah siap memberikan hakku sebagai suami malam ini?" bisik Kevin sambil memeluk tubuh Zara yang ramping dengan penuh kasih sayang, membuatnya merasa canggung dan gugup.Tak ingin membuat sang istri cemas, Kevin menambahkan dengan lembut, "Aku janji ini tidak akan menyakitimu, Sayang. Percayalah padaku." Zara mengangguk lemah, pasrah dengan keputusannya untuk tidak menunda kewajiban sebagai istri. Di balik rasa cemas yang menyelimuti, kehangatan cinta mereka pun mulai menyatukan dua hati yang berjanji setia hingga akhir hayat.Keringat bercucuran dari tubuh keduanya, menandakan dua jam sejak saat yang penuh haru - ketika Kevin berani merenggut ke********* sang istri tanpa keraguan, tanpa menghiraukan rasa sakit di kedua belah pihak.
"Zara," panggil seorang pria dengan suara lembut. Zara menoleh, senyuman manis terukir di wajahnya."Nando," balasnya penuh kehangatan. Pria itu berjalan mendekat, langkahnya ringan seolah tak ingin melewatkan setiap detik untuk menyapa Zara. Lalu mengulurkan tangan ke arahnya, menawarkan sebuah salam. "Apa kabar, Zara?" tanya Nando, matanya bersinar penasaran. Zara membalas uluran tangan Nando dengan sentuhan lembut, "Aku baik, kau gimana? Masih bekerja di sini, atau sedang liburan?" tanyanya, rasa rindu terbayang di balik ungkapan wajahnya karena mereka lama tak bertemu. "Aku masih bekerja di sini kok," jawab Nando dengan ekspresi santai, menambah keintiman percakapan mereka. "Kalau kamu? Sedang liburan?"“Iya aku sedang liburan.” Zara sempat terhanyut dalam keceriaan reuni mendadak ini, hingga akhirnya ia menyadari adanya sosok suaminya, yang tampak memberengut di sampingnya. Hatinya berdesir saat mengetahui pria yang dia cintai terlibat dalam perasaan cemburu. "Ah, maaf, i
Dua hari berikutnya Kevin dan Zara baru saja akan menuju ke tempat bulan madu berikutnya tiba-tiba suara Jenni terdengar nyaring.“Kak Zara,” panggilnya.Kevin dan Zara menoleh.“Jenni?” gumam Zara tak percaya pada penglihatannya.Ternyata niat Jenni menyusul Kevin dan Zara ke kota tempat bulan madu mereka benar-benar serius. Jenni berangkat dengan tekad bulat dan alasan yang sudah matang. Ia hendak menemui kakak angkatnya, Zara, dengan alasan ingin mencari pekerjaan di kota itu. “Ternyata beneran Kak Zara, aku pikir aku salah orang,” ucapnya setelah berada di depan Kevin dan Zara di salah satu bandara yang ada di kota itu.Begitu tiba, Jenni mengendalikan emosinya dengan penuh kesabaran. Hatinya sesak, berkecamuk antara rasa suka pada Kevin dan rasa kasihan pada Zara. “Kenapa kau ada di sini? Jauh ya liburannya?” tanya Kevin ketus. Pria itu memeluk Zara dari belakang mempertontonkan kemesraannya di depan Jenni. Kendati getir, Jenni berusaha untuk tidak menampilkan rasa kesalnya d
Satu minggu setelah kembali dari bulan madu, Kevin ada pertemuan selama tiga hari bersama para pengusaha di seluruh dunia.Dia mengajak Zara untuk ikut bersamanya seolah tak ingin jauh sedikitpun dari sang istri.“Ah ternyata sudah jam delapan malam, pantas saja aku sangat lelah,” gumam Kevin saat baru saja melangkah keluar dari ruang pertemuan.Dia terus melangkah keluar berniat segera menuju ke dalam kamar hotelnya.“Zara lagi ngapain ya, aku bisa se-bucin ini sama dia,” Kevin bermonolog. "Kevin...!" teriak Veronica dengan sedih, suaranya begitu pilu, namun tetap menyeruak ke telinga mantan kekasihnya. Merasa ada yang memanggil namanya, Kevin menghentikan langkahnya sejenak dan terkesiap, seakan mendengar hantu masa lalunya. Suara yang begitu familiar itu menggelitik penjuru hatinya yang telah lama ditinggalkan. Memegang nafasnya, ia berani membalikkan tubuhnya, menatap suara orang yang sedang memanggilnya.“Dia lagi,” gumam Kevin menahan kesal.Ternyata benar, wanita itu-lah yan
Keesokan harinya, Dimas menghubungi Kevin melalui panggilan telepon. Kevin, yang hampir berangkat ke tempat pertemuan, pun memilih untuk duduk kembali, menerima telepon dari sang asisten. "Ada apa, Dimas?" tanya Kevin pada asistennya. "Ada tiga kabar baik dan satu kabar buruk, Tuan. Anda mau dengar yang mana dulu?" tanya Dimas di seberang telepon. "Yang baik dulu saja, deh," jawab Kevin. "Kabar baik yang pertama, Mario Baron sudah ditangkap polisi. Semua aset yang masih tersisa sudah disita oleh polisi. Jaringannya juga sudah dibubarkan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya, yang meresahkan dunia bisnis selama ini, juga ikut ditangkap." Kevin tersenyum mendengar berita baik pertama yang disampaikan oleh Dimas. Ini adalah kabar yang mereka tunggu-tunggu sejak dulu. Kegelisahan dalam dunia bisnis akhirnya mendapat titik terang dan keadilan mulai menemui jalannya."Lalu, kabar baik yang kedua?" tanya Kevin dengan nada penasaran yang amat mendalam."Raras terjerat skandal
Di rumah Daniel, suasana genting merajai setiap inci ruangan. Beberapa waktu lalu, teriakan dan celaan tajam menggantung di udara, seolah-olah mampu menyesakkan dada orang yang mendengarnya.Rumah yang semestinya menjadi tempat yang nyaman seketika berubah menjadi medan pertempuran kecaman, saat keluarga istri sah pria yang tertangkap bersama Raras di hotel itu, menyerbu rumah Daniel dengan amarah membara. "Papa sama sekali tak pernah menyangka kau bisa serendah ini, Raras!" bentak Daniel dengan wajah merah padam. Air mukanya menampakkan kekecewaan mendalam yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. "Mama juga tak menyangka kau tega berbuat demikian dan merendahkan martabatmu sebagai wanita. Kami pikir dengan kau bersekolah dan menempuh pendidikan di kampus terbaik di dunia, kau akan menjadi anak kebanggaan kami. Ternyata, kau malah mencoreng nama baik keluarga!" Sang mama menyahut dengan suara gemetar, air mata kecewa tak mampu ia tahan lagi. Kedua orang tua Raras terhemp
"Apa sebaiknya aku keluar dulu dari rumahmu, Daniel? Aku merasa bersalah numpang di sini, terlebih saat kau sedang menghadapi masalah," ucap Galen dengan penuh perasaan kepada Daniel. Daniel menggeleng, seraya memandang tajam ke arah jauh, "Tidak perlu. Masalah ini juga akan berlalu, kita harus tetap fokus pada tujuan awal kita, yaitu mengambil alih segala sesuatu yang menjadi milik Kevin." Galen mengangguk tegas, menunjukkan dukungannya. "Lalu, bagaimana kabar anakmu?" tanya Daniel, seakan ingin tahu pergerakan lawan-lawannya. "Dia sudah berhasil membohongi Zara dan Kevin soal hubunganku dengan Jenni yang tengah di ujung tanduk. Bahkan Jenni sudah menempati satu unit apartemen milik Kevin," sahut Galen, bangga akan pencapaian anaknya. "Bagus, semoga semua berjalan sesuai rencana. Beri tahu anakmu agar berhati-hati dan jangan bertindak gegabah," tukas Daniel."Tentu saja, nanti aku akan sampaikan pada Jenni," balas Galen, penuh keyakinan bahwa mereka akan berhasil meraih kemenang